Sukses

Nama Hacker Jim Geovedi Kembali Mencuat di Tengah Heboh Kasus Bjorka

Nama hacker Indonesia Jim Geovedi ramai diperbincangkan lagi, usai hebohnya kasus pembocoran data oleh Bjorka

Liputan6.com, Jakarta - Hacker atau peretas tengah jadi bahan perbincangan, setelah munculnya pembocor data-data pejabat atas nama Bjorka. Namun, ia bukanlah satu-satunya peretas yang pernah dibicarakan di Indonesia.

Salah satu nama yang sempat ramai dibicarakan di dunia peretasan adalah Jim Geovedi. Tidak sedikit warganet yang mengaitkan kasus Bjorka dengan Jim, atau meminta tanggapan darinya.

Sejauh ini, Jim Geovedi belum mengeluarkan pernyataan spesifik terkait kasus pembocoran data pejabat oleh Bjorka melalui media sosialnya.

Namun, dia pernah mencuit beberapa tweet dan komentar yang menampilkan tangkapan layar berita tentang kasus kebocoran data yang dilakukan Bjorka, sebelum terjadi pembocoran data para pejabat.

Beberapa di antaranya juga mengomentari respon Kementerian Komunikasi Informatika dalam menghadapi Bjorka.

Cuitan lain di tengah ramainya kasus penanganan kebocoran data di Indonesia adalah saat ia mengunggah cover album Extreme Conditions Demand Extreme Responses dari band Brutal Truth.

Di unggahan itu, hacker Jim Geovedi juga menulis bahwa album tersebut sudah ada di dalam daftar putarnya sejak pertengahan 90-an. Meski begitu, unggahan ini juga disertai retweet dari akun @lantip, yang menampilkan "flowchart penanganan kasus kebocoran data."

Meski begitu sampai saat ini, di tengah "sentilan" yang ia berikan soal keamanan siber di Tanah Air, Jim Geovedi tidak berkomentar secara khusus mengenai hacker Bjorka.

2 dari 4 halaman

Terkenal Usai Meretas Satelit

Jim Geovedi sendiri terkenal usai berhasil meretas satelit. Mengutip Merdeka.com, dia pernah menjadi pembicara dalam pertemuan hacker atau peretas internasional.

Memang aksi peretasan satelit ini bukan dilakukan atas dasar iseng atau sejenisnya. Jim melakukan hal tersebut karena pada tahun 2006 (BBC News, 2006) dia pernah menjadi pembicara atas isu keamanan satelit.

Dari hal tersebut, Jim mencoba mempelajari sistem dan proses kerja satelit yang akhirnya dia dapat melakukannya. Tidak hanya dapat mengubah arahnya saja, Jim juga mampu menggeser satelit yang dia 'lumpuhkan' tersebut.

Tekno Liputan6.com di tahun 2014 pernah menuliskan bahwa Jim hanyalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Lampung. Dia juga pernah menjalani kehidupan sebagai seniman grafis.

Beruntung, ia bertemu dengan seorang pendeta yang memperkenalkan dirinya dengan dunia komputer dan internet. Sejak saat itu, pria kelahiran 28 Juni 1979 ini belajar secara otodidak dengan cara mengintip ruang chatting para peretas ternama dunia.

 

3 dari 4 halaman

Belajar Secara Otodidak dengan Pergaulan Luas

Berkat kerja kerasnya dalam mempelajari seni merangkai kode perangkat lunak dan memanipulasi perangkat keras komputer, ia pun akhirnya menjadi salah satu hacker yang cukup disegani.

Kisahnya juga pernah diulas di Archive.Cert.Uni-Stuttgart.de, yang menceritakan Jim mendapatkan kemampuan hacker tidak karena sekolah tinggi atau mempunyai gelar IT.

Tetapi, ia mempelajari sistem internet dan komputer secara otodidak dari pergaulannya yang luas dengan para hacker dunia. Karirnya pun terus berlanjut dengan mendirikan perusahaan untuk lembaga pemerintahan C2PRO Consulting pada tahun 2001.

Kemudian pada tahun 2004, ia mendirikan sekaligus mengoperasikan perusahaan konsultan keamanan `Xynexis International` yang sebelumnya bernama TI Bellua Asia Pacific dan juga mendirikan Noosc Global.

 

4 dari 4 halaman

Sempat Direkrut KPU pada 2004

Perannya untuk Tanah Air juga patut diperhitungkan. Pada tahun 2004, Jim direkrut Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mencari tahu pelaku penjebol pusat data penghitungan suara pemilu. Dan hebatnya ia berhasil memecahkan kasus tersebut.

Lama tak muncul, pada tahun 2012, Jim diketahui hijrah ke London dan mendirikan perusahaan jasa sistem keamanan teknologi informasi bersama rekannya. Dalam hal ini ia menangani para klien yang membutuhkan jasa pengamanan sistem satelit, perbankan dan telekomunikasi.

Menariknya, Jim menolak disebut ahli. Dalam sebuah wawancara dengan Deutsche Welle, Jim lebih suka menganggap dirinya sebagai pengamat atau terkadang partisipan aktif dalam `seni mengawasi` dari tempat yang jauh dan aman.

Mengutip laman resminya di jim.geovedi.com, Jim saat ini tinggal di Jakarta bersama sang istri dan tiga ekor anjing yang ia selamatkan. Selain itu, Jim juga menjadi founder, penasehat, dan investor untuk beberapa perusahaan internet.

Jim, yang dalam lamannya tersebut mengibaratkan dirinya sebagai seorang "penyihir" itu juga mengatakan bahwa "dalam beberapa tahun terakhir, dia memimpin tim penyihir muda untuk membuat mantra tingkat lanjut."

(Dio/Isk)