Liputan6.com, Jakarta - Genshin Impact dipastikan bakal diadaptasi menjadi anime. Informasi ini diumumkan langsung HoYoverse melalui dalam siaran live streaming.
Sebagai bagian dari rencana ini, seperti dikutip dari IGN, Minggu (18/9/2022), HoYoverse telah mengumumkan kerja sama dengan studio animasi Ufotable. Sebagai informasi, Ufotable merupakan studio asal Jepang yang menggarap anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba.
Baca Juga
Hoyoverse Umumkan Genshin Impact Versi 5.2: Debut Chasca dan Ororon hingga Fitur Terbang di Natlan!
Kode Redeem Genshin Impact Terbaru 8 November 2024: Klaim 300 Primogems Gratis dan Item Eksklusif!
HoYoverse Rilis Update Besar Zenless Zone Zero: Debut Tsukishiro Yanagi dan Mode Gameplay Seru, Kapan?
Kendati demikian, belum ada informasi kapan proyek anime ini akan dirilis. Namun dalam pengumumannya, HoYoverse menyebut kolaborasi ini merupakan proyek jangka panjang.
Advertisement
Bersama dengan pengumuman ini, HoYoverse juga sempat mengungkap trailer konsep anime ini nantinya. Meski masih sebatas konsep, trailer ini sudah menyajikan tampilan menarik ditambah memperlihatkan pula lokasi populer dalam game ini.
Pengumuman ini seolah menjawab keinginan para fans game Genshin Impact. Perlu diketahui, banyak fans yang meminta agar game ini diadaptasi menjadi anime.
Berbekal visual yang apik dan kisah yang ditawarkan, adaptasi anime pun menjadi salah satu yang dinantikan para fans. Karenanya, rumor mengenai adaptasi Genshin Impact dalam anime sempat ramai diperbincangkan.
Di sisi lain, HoYoverse telah meluncurkan update 3.0 untuk Genshin Impact pada 24 Agustus 2022. Update ini hadir dengan nama The Morn a Thousand Roses Brings.
Update ini akan menghadirkan wilayah baru untuk para pemain, yakni hutan hujan basah dan gurun yang diberi nama Sumeru. Sejumlah karakter baru juga akan diperkenalkan dalam Update Genshin Impact 3.0 ini.
Hacker Manfaatkan Genshin Impact untuk Sebar Ransomware
Selain itu, berdasarkan laporan terbaru, hacker memanfaatkan software anti-cheat Genshin Impact untuk menyebar ransomware dan mematikan antivirus.
Setidaknya satu peretas menggunakan software anti-cheat bernama 'mhyprot2.sys' di dalam game MMOPRG Genshin Impact untuk mendistribusikan ransomware secara massal.
Vendor antivirus Trend Micro mendapati hal ini pada Juli 2022, dari pelanggan yang menjadi korban ransomware, meski sistemnya telah diproteksi dengan perlindungan endpoint.
Ketika peneliti Trend Micro menyelidiki serangan tersebut, mereka menemukan seorang peretas menggunakan driver bertanda kode 'mhyprot2.sys', untuk melewati dan mematikan perlindungan virus dengan perintah kernel.
Windows mengenali sistem 'mhyprot2.sys' sebagai sistem yang dapat dipercaya, sehingga Genshin Impact pun tak perlu diinstal agar driver eksploit bisa berfungsi. Pasalnya, pelaku jahat bisa memakainya secara mandiri dan menambahkan 'mhyprot2.sys' ke malware apa pun.
Mengutip Techspot, Senin (29/8/2022), driver ini sebenarnya sudah ada sejak 2020. Pengembang GitHub bahkan membuat bukti konsep yang menunjukkan bagaimana seseorang bisa menyalahgunakan driver tersebut untuk mematikan proses sistem, termasuk antivirus.
Advertisement
Dipakai untuk Hal Jahat
Trend Micro mengatakan, ini adalah pertama kalinya mereka melihat seseorang menggunakan driver secara jahat.
"Ransomware ini hanyalah contoh pertama dari aktivitas jahat yang kami catat. Aktor jahat bertujuan menyebarkan ransomware di dalam perangkat korban dan menyebarkan infeksi," kata Trend Micro.
Trend Micro pun telah memberi tahu studio Genshin Impact, MiHoYo, tentang kerentanan tersebut. Pengembang pun tengah memperbaikinya.
Masalahnya, karena peretas bisa memakai driver secara mandiri, patch apa pun hanya akan mempengaruhi patch yang menginstal game. Peretas mungkin akan menyebarkan versi driver lama di sekitar komunitas mereka.Â
Telah Membuat Perbaikan
Trend Micro mencatat, telah membuat perbaikan khusus pada software antivirusnya untuk mengurangi driver. Namun suite perlindungan virus lainnya mungkin melewatkan driver mhyprot2.sys, kecuali jika dikonfigurasi secara khusus untuk mendeteksinya.
"Tidak semua produk keamanan disebarkan dengan cara yang sama, dan mungkin memiliki pemeriksaan sertifikat di tingkat tumpukan yang berbeda atau mungkin tidak diperiksa sama sekali," kata Trend Micro.
Peneliti keamanan Kevin Beaumont merekomendasikan untuk memblokir hash diver di atas.
(Dam/Isk)
Advertisement