Sukses

Sudah Tahun 2022, Jepang Masih Pakai Disket?

Meski dikenal sebagai negara maju dengan berbagai produk elektronik, ternyata orang Jepang masih ada yang menggunakan disket alias floppy disk untuk menyimpan dan transfer data. Kok bisa?

Liputan6.com, Jakarta - Jepang menyatakan perang terhadap disket alias floppy disk. Kaget kan, karena ternyata di negara dengan teknologi secanggih Jepang masih ada yang memakai perangkat penyimpanan jadul tersebut.

Rupanya, Menteri Digital Jepang Taro Kono secara terbuka di Twitter menyatakan perang terhadap penggunaan disket.

Mengutip Gizchina, Selasa (20/9/2022), Menteri Karo Tono menyebut, pemerintah Jepang memiliki terlalu banyak bisnis yang mengharuskan orang untuk menyerahkan formulir dan aplikasi melalui perangkat lama, misalnya floppy disk (disket), CD, dan lain-lain.

Kini, Jepang berupaya menghentikan penggunaan disket dan membiarkan semua orang mengirimkan aplikasi dan formulir secara online.

Sekadar informasi, pada 2022, disket seolah jadi menjadi duri dalam daging bagi teknologi di Jepang. Pasalnya, di negara maju dan bermartabat serta terkenal sebagai pusat industri elektronik, robotika, dan budaya siber rupanya penggunaan disket masih ada.

Penggunaan disket di Jepang termasuk untuk keperluan mentransfer data bagi mitra bisnis. Bahkan baru-baru ini, masih ada beberapa insiden kehilangan disket di Jepang, membuktikan bahwa penggunaan disket masih berlaku di negara tersebut.

Pada 27 Desember lalu misalnya, Kepolisian Metropolitan Jepang mengaku kehilangan data pribadi 38 warganya. Mereka mengajukan permohonan perumahan umum di Meguro Ward Tokyo dan pemerintah perlu mengkonfirmasi dengan polisi apakah pemohon beralifiasi dengan kelompok kriminal.

Selama survei, mereka mentransfer data para pelamar melalui disket. Di luar dugaan, disket tersebut hilang secara tidak sengaja sehingga informasi pribadi para pemohon perumahan juga hilang.

2 dari 3 halaman

Sampai Dikira Hoaks

Ketika kabar ini menyeruak, banyak yang mengira itu adalah hoaks karena siapa yang percaya Jepang masih memakai disket.

Selain dipakai oleh pemerintah, disket juga masih dipakai oleh sistem perbankan di Jepang. Laporan Nikkei menyebut, Bank Yamagata memiliki setidaknya 1.000 nasabah yang memakai disket untuk mentransfer data gaji karyawan mereka.

Tentunya dalam kasus ini disket dipakai oleh pengusaha UMKM. Baru beberapa hari lalu, organisasi di Jepang melakukan survei terhadap 300 orang berusia 15-29 tahun. Setidaknya, 20 persen di antara anak muda ini masih memakai disket.

Tentang Disket

Sekadar informasi, disket hadir pada 1971 dengan ukuran 32 inci. Namun untuk kenyamanan, ukuran disket diperkecil jadi 8 inci saja oleh IBM.

Perusahaan terkenal Jepang, Sony, pada 1981 meluncurkan disket berukuran 3,5 inci untuk pertama kalinya. Selanjutnya inovasi ini dipakai luas. Pada 1984, Apple memiliki disk drive 3,5 floppy disk alias disket.

3 dari 3 halaman

Populer di Tahun 1990-an

Pada 1990-an, disket sangatlah populer, bahkan di tahun 1996, ada sekitar 5 miliar disket yang dipakai. Namun disket mudah rusak karena memori 1,44MB yang tersedia di dalamnya cepat digantikan oleh produk yang lebih andal seperti flash disk dan lain-lain.

Seiring perkembangan, Sony pada 2011 berhenti membuat disket namun 11 tahun kemudian, masyarakat Jepang rupanya masih sangat bergantung pada disket. Menurut sebagian warganet lokal, disket tidak ditinggalkan karena dianggap lebih aman. Karena ruang penyimpanannya kecil virus pun berukuran lebih besar ketimbang penyimpanan itu sendiri.

Sayangnya perkembangan teknologi komputasi tak lagi menghadirkan perangkat yang bisa membaca disket. Oleh karenanya, disket hanya bisa dibaca di perangkat milik pemerintah.

Birokrasi Jepang sendiri agak ngotot memakai disket. Bahkan dalam laporan, seorang pegawai pemerintah yang bertanggung jawab atas pengelolaan dana publik berulang kali menekankan keandalan disket kepada Nikkei. Menurut pegawai tersebut, disket hampir tidak pernah rusak dan meminimalisasi kehilangan data.

Di kalangan nasabah perbankan pun masih banyak yang bersikeras bahwa disket menghadirkan pengiriman lebih aman ketimbang transmisi online. Alhasil, disket masih bertahan di Jepang hingga saat ini.

(Tin/Isk)