Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan Mozilla menemukan, tombol "dislike" pada di dalam konten video YouTube tidak berguna atau tak efektif.
Meskipun pengguna telah memberikan feedback dengan menekan tombol dislike atau tidak tertarik, video serupa tetap muncul sebagai rekomendasi.
Baca Juga
YouTube telah menghadirkan tombol khusus tersebut agar penggunanya dapat memberikan feedback terhadap konten yang mereka tonton.
Advertisement
Tombol seperti dislike, not interested, stop recommending channel, dan remove from watch history ada untuk menunjukkan apa yang pengguna YouTube nikmati.
Akan tetapi, studi tersebut membuktikan tombol-tombol tersebut tidak efektif untuk mencegah konten serupa muncul sebagai video rekomendasi dari YouTube.
Bukti studi ini menggunakan data video rekomendasi milik lebih dari 20.000 pengguna YouTube, dimana menunjukkan tombol tersebut masih mengizinkan separuh konten serupa tidak disukai tetap muncul.
Beberapa dari tombol tersebut tidak berhasil memblokir konten video serupa untuk muncul kembali di halaman depan YouTube pengguna.
"YouTube harus menghormati feedback yang dibagikan pengguna tentang pengalaman mereka, memperlakukannya sebagai sinyal bagaimana orang ingin menghabiskan waktu mereka di platform," tulis para peneliti yang dikutip The Verge, Minggu (25/9/2022).Â
Â
Proses Penelitian Mozilla
Para peneliti dari Mozilla meminta sukarelawan menggunakan RegretsReporter, sebuah browser extension dari Mozilla yang memiliki tombol "Stop Recommending" pada video YouTube, untuk mengumpulkan data video dan pengguna.
Relawan dibagi ke dalam beberapa kelompok secara acak, sehingga sinyal yang dikirimkan ke YouTube setiap waktu mereka mengetuk tombol feedback, seperti dislike, not interested, don't recommend channel, dan remove from history terkirim secara acak.
Dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari 500 juta lebih video rekomendasi, para sisten peneliti membuat sekitar 44.000 lebih video. Satu video ditolak, satu lagi video yang sering direkomendasikan YouTube.
Setelah itu, para peneliti meninjau data tersebut sendiri atau menggunakan machine learning untuk melihat apakah video rekomendasi tersebut sama dengan video yang sudah ditolak oleh pengguna.
Berdasarkan perbandingan tersebut, mengirimkan feedback dislike dan not interested ternyata hanya mencegah sekitar 12 persen dari 11 persen rekomendasi yang sudah ditolak.
Sementara itu, untuk feedback don't recommend channel and remove from history dinilai lebih efektif dibandingkan kedua tombol sebelumnya dengan persentase mencegah rekomendasi buruk sebesar 43 persen dan 29 persen.
Meskipun begitu, peneliti masih menilai tombol tersebut masih belum memadai untuk mengontrol algoritma rekomendasi YouTube.
Advertisement
Tanggapan YouTube Mengenai Penelitian yang Dilakukan Mozilla
Elena Hernandez selaku juru bicara YouTube mengatakan bahwa hal tersebut dengan sengaja dilakukan, sebab platform tidak mencoba untuk memblokir seluruh konten terkait topik tersebut. Ia pun mengkritik laporan tersebut karena tidak mempertimbangkan kontrol yang sudah dirancang YouTube.
Melansir The Verge (20/9), Elena Hernandez menyatakan bahwa kontrol YouTube tidak menyaring seluruh topik atau sudut pandang, sebab hal ini dapat memberikan efek negatif kepada pengguna, seperti menciptakan echo chamber.
"Kami menerima adanya penelitian terhadap platform kami, itu sebabnya baru-baru ini kami memperluas akses Data API ke program penelitian YouTube. Laporan dari Mozilla tidak memperhitungkan bagaimana sistem kami bekerja, dan oleh karena itu sulit untuk kami mendapatkan masukan," tambahnya kemudian.
Menurutnya, Mozilla gagal dalam mendefinisikan bagaimana sistem rekomendasi YouTube bekerja. Opsi not interested digunakan untuk menghapus video secara spesifik, sedangkan tombol don't recommend channel digunakan untuk mencegah munculnya rekomendasi dari kanal tersebut.