Sukses

Peneliti  Temukan Metode Identifikasi Baru untuk Buka Kunci Smartphone, dengan Bernapas!

Para peneliti di Jepang menemukan metode baru untuk mengidentifikasi ciri biometrik seseorang. Metode ini bisa dipakai untuk membuka kunci smartphone, caranya adalah dengan bernapas.

Liputan6.com, Jakarta - Pengguna smartphone mungkin berpikir, pengenalan wajah sebagai metode paling aman sekaligus identifikasi terbaik. Namun ternyata hal itu tak berlaku jika pengguna menggunakan masker karena tidak akan bekerja secara maksimal.

Meski begitu, pada berbagai perangkat metode pengenalan wajah sama sekali tak bisa digunakan saat pengguna pakai masker.

Tidak bisa dimungkiri, sejumlah smartphone, seperti iPhone 12 atau versi lebih baru mendukung kerja pengenal wajah (Face ID) meski sedang memakai masker. Namun, hal ini juga berarti tingkatan keamanannya berkurang.

Untuk itulah, sekelompok peneliti dan mahasiswa mencoba meneliti solusi baru untuk mengidentifikasi dan membantu buka kunci smartphone. Meski tampaknya cara baru ini menarik, ada banyak kesulitan teknis dalam implementasinya.

Belum lama ini, peneliti di Kyushu University dan University of Tokyo Jepang menghadirkan metode baru untuk membuka smartphone, di mana pengguna hanya perlu bernapas.

Untuk mengerti bagaimana metode ini berjalan, kita perlu berkenalan dengan beberapa istilah. Misalnya ada yang disebut "hidung elektronik" atau electronic nose yang menggunakan sensor penciuman.

Dengan begitu teknologi bisa menganalisis berbagai bau di udara dan secara akurat mengidentifikasi komponen bau tersebut.

Dalam industri makanan, hidung elektronik dapat digunakan untuk mendeteksi makanan mana yang digunakan dan apakah rasanya enak atau tidak.

2 dari 3 halaman

Bagaimana Bedakan Napas Milik Seseorang?

Lantas bagaimana smartphone bisa memahami napas tertentu adalah milik siapa? Rupanya, komposisi napas yang diembuskan seseorang sangat kompleks.

Misalnya ketika kita sedang makan, napas kita juga barubah. Namun, tiap-tiap orang memiliki kemistri unik dalam napas. Meski begitu, menurut para peneliti, udara yang diembuskan mungkin untuk mengidentifikasi sejumlah penyakit, misalnya diabetes.

Hasil studi mengungkap, ada setidaknya 28 senyawa dalam satu napas. Para peneliti memakai 16 sensor bau. Setiap saluran bisa mengidentifikasi beberapa bau.

Selain itu, para peneliti menggunakan machine learning untuk menganalisis komposisi kimia dari napas tiap orang. Uniknya, metode ini memiliki tingkat akurasi mencapai 97,8 persen.

Bicara mengenai tingkat akurasi, tingkat akurasi pengenalan wajah atau face recognition adalah 99,97 persen. Sementara akurasi pemindai sidik jari adalah 98,6 persen.

3 dari 3 halaman

Belum Bisa Diaplikasikan

Meski begitu, skala penelitian mengenai pengenal napas ini masih terlalu kecil sehingga hasilnya tidak bisa dianggap wajar. Dengan kata lain, teknologi pengenal napas ini belumlah matang.

Asal tahu saja, metode membuka kunci telepon pakai pengenal napas bukanlah hal yang paling aneh. Pasalnya, ada banyak cara otentikasi biometrik.

Semuanya menggunakan fitur unik. Namun terlepas dari itu, saat ini sudah ada pengenalan iris (mata), DNA, pemindaian saluran telinga, pemindaian pembuluh darah jari, frekuensi magnetik, dan lain-lain.

Namun semua metode ini tidak bisa memberikan identifikasi yang ideal. Alasannya, dalam berbagai situasi, karakteristik hal-hal di atas mungkin berubah.

Dengan begitu, ciri biometik di atas akan tetap menjadi milik seseorang, tetapi sistem mungkin tidak selalu mengenalnya. Selain itu, semuanya merupakan metode fisik, jadi saat seseorang cedera, ciri biometrik di atas mungkin akan berubah bentuk.

(Tin/Isk)