Sukses

Warganet Pertanyakan dan Kecam Penggunaan Gas Air Mata di Tragedi Arema

Banyak dari warganet yang mempertanyakan pilihan aparat keamanan untuk menggunakan gas air mata dalam mengatasi massa di Tragedi Arema.

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi Arema yang mengakibatkan sekitar ratusan suporter meninggal dunia masih terus mendapatkan sorotan warganet Tanah Air. Salah satu yang kini menjadi perhatian adalah penggunaan gas air mata untuk membubarkan suporter yang ketika itu masih di dalam stadion.

Berdasarkan pantauan Tekno Liputan6.com, Minggu (2/10/2022), keyword gas air mata kini menjadi Trending Topic di Twitter. Kebanyakan warganet mempertanyakan dan mengecam penggunaan gas air mata yang digunakan aparat keamanan.

Sejumlah warganet menyebut tindakan tersebut tidak tepat, bahkan sebenarnya melanggar aturan FIFA. Untuk diketahui, berdasarkan FIFA Stadium Safety and Security Regulation, pasal 19 poin b memang menyebutkan tidak diperbolehkan memakai senjata api atau gas pengendali massa.

Oleh sebab itu, ada pula warganet yang menyarankan agar dilakukan pelatihan khusus untuk pengamanan dalam stadion.

"Gas air mata biasanya digunakan di ruang terbuka, sehingga orang yg terkena, bisa lari mencari pertolongan di sekitar mereka. Sedangkan di stadion, mereka akan sulit mencari pertolongan," tulis salah seorang warganet.

"Gue masih inget rasanya pas demo terus kena gas air mata aja bener-bener sesek bgt kaya gakuat buat diri/lari & itu aja ditempat terbuka, ini lagi di stadion yg minim udara & akses keluar yg bener-bener susah. gangerti lagi gw pikirannya dimana..," tulis warganet lain.

"Gas air mata itu di mata pedih, di pernafasan sesak. (Pengalaman aksi). Apalagi dengan kondisi seramai itu. Panik, desak desakan, sulit bernafas," timpal warganet lain.

Di sisi lain, Terkait penggunaan gas air mata, Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta menyampaikan ada alasan kuat aparat menembakkan gas air mata saat peristiwa tersebut terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Ia menuturkan, pihak keamanan menggunakan gas air mata, karena suporter sudah mulai anarkis dengan melakukan perlawanan pada petugas dan melakukan pengrusakkan kendaraan.

"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen," tuturnya seperti dilansir Bola.com.

2 dari 4 halaman

Liga 1 Dihentikan Satu Pekan Buntut Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Di sisi lain, Liga 1 musim 2022-2023 dihentikan selama satu pekan buntut dari kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang usai pertandingan Arema FC dengan Persebaya Surabaya, Sabtu malam.

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita mengatakan, keputusan tersebut diumumkan setelah mendapatkan arahan dari Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan.

 "Ini dilakukan untuk menghormati semua pihak, sambil menunggu proses investigasi dari PSSI," kata dalam siaran persnya diterima di Surabaya, Minggu (2/10/2022).

LIB menyatakan kerusuhan di Stadion Kanjuruhan menyebabkan beberapa orang meninggal dunia, namun jumlah korban kehilangan nyawa masih belum dapat dipastikan.

Selain itu, beberapa fasilitas di stadion berkapasitas 46.000 penonton tersebut juga rusak parah.

"Kami prihatin dan sangat menyesalkan peristiwa tersebut. Kami ikut berdukacita dan semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua," kata Akhmad.

Kericuhan itu bermula saat ribuan suporter Arema FC, Aremania, merangsek masuk lapangan setelah tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya.

Polisi kemudian menembakkan gas air mata di dalam lapangan yang membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernafas.

Para pendukung yang bertumbangan membuat kepanikan di area stadion. Jumlah suporter yang membutuhkan bantuan medis tidak sebanding dengan jumlah tenaga medis yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.

Banyak suporter yang mengeluh sesak nafas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun Stadion Kanjuruhan.

 

3 dari 4 halaman

Mahfud MD Pastikan Biaya Pengobatan Korban Tragedi Arema Ditanggung Pemkab

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia Mahfud MD memastikan biaya pengobatan korban tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, ditanggung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malang. Pemerintah juga akan menangani tragedi dengan baik.

Tragedi Kanjuruhan usai laga Arema vs Persebaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 memakan korban 127 orang, dua di antaranya anggota Polri tewas. Sementara 180 orang lainnya masih dirawat di sejumlah rumah sakit.

"Saya sudah dapat informasi dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit. Saya juga sudah berkoordinasi dengan Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta. Pemerintah menyesalkan atas tragedi Kanjuruhan," kata Mahfud dalam pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 2 Oktober 2022.

"Pemerintah akan menangani tragedi ini dengan baik. Pemda Kabupaten Malang akan menanggung biaya rumah sakit bagi para korban."

Mahfud juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. Ia meminta keluarga korban dapat ters berkoordinasi dengan petugas di lapangan terkait perkembangan berita lebih lanjut.

"Kepada keluarga korban, kami menyampaikan belasungkawa. Kami juga berharap agar keluarga korban bersabar dan terus berkordinasi dgn aparat dan petugas pemerintah di lapangan," lanjutnya.

Tragedi Kanjuruhan Malang bermula saat Arema FC menelan kekalahan 2-3 dari tamunya, Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang. Aremania (sebutan supporter Arema) pun meluapkan kekecewaannya dengan masuk ke lapangan. Situasi tak terkendali yang berakhir jadi duka.

(Dam/Isk)

4 dari 4 halaman

Infografis Jatuh Bangun Skuad Garuda di Piala AFF (Liputan6.com/Triyasni)