Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk dikabarkan bakal melanjutkan pembelian perusahaan media sosial Twitter, setelah sebelumnya sempat bersitegang akibat kabar dibatalkannya proses tersebut.
Dalam pengajuan yang dikonfirmasi di Securities and Exchange Commission (SEC), tercatat transaksi akan dilakukan di harga USD 54,20 per saham alias sesuai dengan kesepakatan awal keduanya.
Baca Juga
Di pengajuan SEC, Musk mengatakan akan "melanjutkan penutupan transaksi" dengan syarat yang ia negosiasikan dengan Twitter pada bulan April, selama gugatan yang diajukan perusahaan media sosial itu terhadapnya untuk memaksa menutup kesepakatan, ditunda.
Advertisement
Dilansir The Verge, dikutip Rabu (5/10/2022), pengajuan ini menyusul laporan Bloomberg yang menyebut bos Tesla itu, akan menutup kesepakatan di bawah persyaratan asli yang diusulkannya pada Bulan April, sebelum upaya pembatalan.
Selasa malam waktu setempat, Musk di akun Twitter-nya mengunggah cuitan yang menunjukkan ketertarikannya dengan ide memiliki Twitter.
"Membeli Twitter adalah akselerator untuk membuat X, aplikasi segalanya," kata Musk melalui akun resminya.
Sementara, menanggapi kabar dilanjutkannya pembelian oleh Elon Musk, akun Twitter's Investor Relations juga telah mengonfirmasi akan menutup transaksi tersebut.
"Kami menerima surat dari pihak Musk yang telah mereka ajukan ke SEC. Tujuan perusahaan adalah untuk menutup transaksi pada USD 54,20 per saham," tulis akun tersebut di Twitter.
Alasan Mau Batal Beli Twitter
Sebelumnya, Elon Musk dan Twitter sempat berseteru setelah CEO SpaceX itu menyatakan tidak jadi membeli perusahaan media sosial tersebut. Keduanya bahkan memiliki jadwal di pengadilan.
Alasan pembatalan pembelian, secara garis besar, seperti mengutip The Verge, Minggu (7/8/2022), dokumen dari kubu Musk mengklaim Twitter berbohong mengenai statistik yang mencerminkan jumlah pengguna aktif dan jumlah bot.
"Tindakan ini (pembatalan) muncul dari pernyataan keliru Twitter kepada pihak Musk mengenai kondisi perusahaan dan metrik utama yang dipakai Twitter untuk mengevaluasi jumlah pengguna di platformnya," kata dokumen pihak Elon Musk.
Disebutkan dalam dokumen pula, pihak Musk bernegosiasi untuk membuktikan kebenaran pengungkapan Twitter pada SEC. Namun, pengungkapan tersebut jauh dari kebenaran.
"Sebaliknya, (pengungkapan) mengandung banyak kesalahan representasi atau kelalaian material yang mendistorsi nilai Twitter dan penyebabkan Pihak Musk setuju untuk mengakuisisi perusahaan dengan harga yang lebih tinggi," katanya.
Elon Musk bahkan diketahui sempat menantang CEO Twitter Parag Agrawal, untuk melakukan debat terbuka terkait persentase bot di platform media sosial tersebut.
Pihak jejaring sosial tersebut pun juga sudah menyatakan menggugat Elon Musk, Selasa (12/7/2022), karena dinilai melanggar kesepakatan senilai USD 44 miliar (Rp 659 triliun).
Advertisement
Disney Sempat Mau Akuisisi Twitter, tapi Batal
Masalah bot di Twitter sendiri tak cuma dikeluhkan oleh Elon Musk. Mantan CEO The Walt Disney Company, Robert Iger, baru-baru ini mengungkapkan bahwa Disney ternyata pernah ingin mengakuisisi Twitter di tahun 2016.
Namun, menurut pria yang lebih dikenal dengan Bob Iger itu mengatakan, perusahaan induk dari karakter Mickey Mouse itu batal membeli Twitter karena masalah yang serupa dengan Elon Musk.
Mengutip New York Post, Senin (12/9/2022), Bob Iger mengatakan menurut mereka saat itu, Twitter penuh dengan bot dan "ujaran kebencian."
Dalam konferensi teknologi di Los Angeles Rabu pekan ini, Iger mengatakan dirinya sadar "sebagian besar" pengguna Twitter "tidak nyata."
Kisah ini sebenarnya pernah diungkap di memoar Iger tahun 2019 yang berjudul "The Ride of a Lifetime: Lessons Learned from 15 Years as CEO of the Walt Disney Company."
Saat itu, Iger menulis bahwa dewan kedua perusahaan mencapai kesepakatan, tetapi dia memutuskan untuk mundur karena "kejahatan" yang umum di situs.
Pria yang mundur dari jabatannya di Disney dua tahun lalu itu mengatakan, mereka mempertimbangkan ulang akuisisi Twitter karena dinilai tidak selaras dengan brand perusahaan yang sehat, ramah keluarga, dan menyenangkan.
Bisnis Membuat Kebahagiaan
Kepada Vox Code di acara itu, menurut Iger, Twitter bisa menjadi kendaraan distribusi yang fenomenal untuk Disney. "Kami berniat untuk masuk ke bisnis streaming," ujarnya. "Kami membutuhkan solusi teknologi," imbuh Bob Iger.
Saat Iger dan jajarannya di Disney mendengar bahwa Twitter akan dijual, mereka mengatakan segera memulai proses akuisisi. Saat itu, platform tersebut dilihat sebagai semacam jejaring sosial.
"Kami melihatnya sebagai sesuatu yang sama sekali berbeda. Kami dapat menempatkan berita, olahraga, hiburan, (dan) menjangkau dunia," kata Iger mengatakan.
"Dan sejujurnya, itu akan menjadi solusi yang fenomenal, dari segi distribusi," imbuhnya. Meski begitu, Disney memperkirakan bahwa ada banyak bot meski mereka bukan mayoritas.
"Saya tidak ingat jumlahnya tetapi kami sangat mengurangi nilainya," kata Iger. "Tapi itu dibangun ke dalam ekonomi kami. Sebenarnya, kesepakatan yang kami miliki cukup murah."
Faktor lain yang menghalangi perusahaan untuk menggunakan Twitter adalah banyaknya kata-kata kasar di platform tersebut.
"Kami berada dalam bisnis membuat kebahagiaan di Disney--tidak melakukan apa pun selain kebaikan, meski ada orang lain hari ini yang mengkritik Disney sebaliknya, di mana itu salah."
(Dio/Isk)
Advertisement