Sukses

Pengguna Twitter Kini Bisa Gabungkan Foto, Video, dan GIF dalam Satu Cuitan

Fitur baru Twitter ini memungkinan pengguna untuk mengabungkan foto, video, dan GIF di satu cuitan.

Liputan6.com, Jakarta - Twitter baru saja meluncurkan fitur baru bagi pengguna Android dan iOS, dimana mereka bisa menggabungkan teks, foto, video, dan GIF di satu cuitan.

Adalah Alessandro Paluzzi yang menemukan fitur baru Twitter tersebut pada April 2022, dan dikonfirmasi perusahahaan beberapa bulan kemudian.

Kini, perusahaan mulai menggulirkan fitur tersebut ke pengguna mereka secara bertahap.

Bagi kamu yang penasaran ingin mencoba fitur baru Twitter ini, bisa tap ikon foto ketika ingin membuat tweet dan menambahkan media pilihan.

Nantinya, seluruh konten yang ditambahkan akan muncul berdampingan atau dalam bentuk kotak-kotak (grid) berisikan foto, video, dan GIF.

Berdasarkan pengalaman tim Tekno Liputan6.com, kamu hanya bisa memposting empat konten (foto, video, dan GIF) di dalam satu cuitan.

Adapun kehadiran fitur baru ini bertepatan dengan kabar panas soal terwujudnya akuisisi Twitter oleh Elon Musk.

Setelah melalui proses tarik ulur, bos Tesla dan SpaceX tersebut akhirnya memutuskan setuju membeli Twitter di harga kesepakatan awal keduanya, yaitu USD 54,20 per saham.

Di pengajuan SEC, Musk mengatakan akan "melanjutkan penutupan transaksi" dengan syarat yang ia negosiasikan dengan Twitter pada bulan April, selama gugatan yang diajukan perusahaan media sosial itu terhadapnya untuk memaksa menutup kesepakatan, ditunda.

Dilansir The Verge, pengajuan ini menyusul laporan Bloomberg menyebut bos Tesla itu akan menutup kesepakatan di bawah persyaratan asli yang diusulkannya pada Bulan April, sebelum upaya pembatalan.

Selasa malam waktu setempat, Musk di akun Twitter-nya mengunggah cuitan yang menunjukkan ketertarikannya dengan ide memiliki Twitter.

"Membeli Twitter adalah akselerator untuk membuat X, aplikasi segalanya," kata Elon Musk melalui akun resminya.

2 dari 4 halaman

Alasan Mau Batal Beli Twitter

Ilustrasi Twitter. (Pexels.com/Brett Jordan)

Sebelumnya, Elon Musk dan Twitter sempat berseteru setelah CEO SpaceX itu menyatakan tidak jadi membeli perusahaan media sosial tersebut. Keduanya bahkan memiliki jadwal di pengadilan.

Alasan pembatalan pembelian, secara garis besar, seperti mengutip The Verge, Minggu (7/8/2022), dokumen dari kubu Musk mengklaim Twitter berbohong mengenai statistik yang mencerminkan jumlah pengguna aktif dan jumlah bot.

"Tindakan ini (pembatalan) muncul dari pernyataan keliru Twitter kepada pihak Musk mengenai kondisi perusahaan dan metrik utama yang dipakai Twitter untuk mengevaluasi jumlah pengguna di platformnya," kata dokumen pihak Elon Musk.

Disebutkan dalam dokumen pula, pihak Musk bernegosiasi untuk membuktikan kebenaran pengungkapan Twitter pada SEC. Namun, pengungkapan tersebut jauh dari kebenaran.

"Sebaliknya, (pengungkapan) mengandung banyak kesalahan representasi atau kelalaian material yang mendistorsi nilai Twitter dan penyebabkan Pihak Musk setuju untuk mengakuisisi perusahaan dengan harga yang lebih tinggi," katanya.

Elon Musk bahkan diketahui sempat menantang CEO Twitter Parag Agrawal, untuk melakukan debat terbuka terkait persentase bot di platform media sosial tersebut.

Pihak jejaring sosial tersebut pun juga sudah menyatakan menggugat Elon Musk, Selasa (12/7/2022), karena dinilai melanggar kesepakatan senilai USD 44 miliar (Rp 659 triliun). 

3 dari 4 halaman

Disney Sempat Mau Akuisisi Twitter, tapi Batal

Ilustrasi Disney (Photo by Benjamin Suter on Unsplash)

Masalah bot di Twitter sendiri tak cuma dikeluhkan oleh Elon Musk. Mantan CEO The Walt Disney Company, Robert Iger, baru-baru ini mengungkapkan bahwa Disney ternyata pernah ingin mengakuisisi Twitter di tahun 2016.

Namun, menurut pria yang lebih dikenal dengan Bob Iger itu mengatakan, perusahaan induk dari karakter Mickey Mouse itu batal membeli Twitter karena masalah yang serupa dengan Elon Musk.

Mengutip New York Post, Senin (12/9/2022), Bob Iger mengatakan menurut mereka saat itu, Twitter penuh dengan bot dan "ujaran kebencian."

Dalam konferensi teknologi di Los Angeles Rabu pekan ini, Iger mengatakan dirinya sadar "sebagian besar" pengguna Twitter "tidak nyata."

Kisah ini sebenarnya pernah diungkap di memoar Iger tahun 2019 yang berjudul "The Ride of a Lifetime: Lessons Learned from 15 Years as CEO of the Walt Disney Company."

Saat itu, Iger menulis bahwa dewan kedua perusahaan mencapai kesepakatan, tetapi dia memutuskan untuk mundur karena "kejahatan" yang umum di situs.

Pria yang mundur dari jabatannya di Disney dua tahun lalu itu mengatakan, mereka mempertimbangkan ulang akuisisi Twitter karena dinilai tidak selaras dengan brand perusahaan yang sehat, ramah keluarga, dan menyenangkan.

4 dari 4 halaman

Bisnis Membuat Kebahagiaan

Ilustrasi Twitter  (iStockPhoto)

Kepada Vox Code di acara itu, menurut Iger, Twitter bisa menjadi kendaraan distribusi yang fenomenal untuk Disney. "Kami berniat untuk masuk ke bisnis streaming," ujarnya. "Kami membutuhkan solusi teknologi," imbuh Bob Iger.

Saat Iger dan jajarannya di Disney mendengar bahwa Twitter akan dijual, mereka mengatakan segera memulai proses akuisisi. Saat itu, platform tersebut dilihat sebagai semacam jejaring sosial.

"Kami melihatnya sebagai sesuatu yang sama sekali berbeda. Kami dapat menempatkan berita, olahraga, hiburan, (dan) menjangkau dunia," kata Iger mengatakan.

"Dan sejujurnya, itu akan menjadi solusi yang fenomenal, dari segi distribusi," imbuhnya. Meski begitu, Disney memperkirakan bahwa ada banyak bot meski mereka bukan mayoritas.

"Saya tidak ingat jumlahnya tetapi kami sangat mengurangi nilainya," kata Iger. "Tapi itu dibangun ke dalam ekonomi kami. Sebenarnya, kesepakatan yang kami miliki cukup murah."

Faktor lain yang menghalangi perusahaan untuk menggunakan Twitter adalah banyaknya kata-kata kasar di platform tersebut.

"Kami berada dalam bisnis membuat kebahagiaan di Disney--tidak melakukan apa pun selain kebaikan, meski ada orang lain hari ini yang mengkritik Disney sebaliknya, di mana itu salah."

(Ysl/Isk)