Liputan6.com, Jakarta - Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia Makassar, Izki Fikriani Amir, menjelaskan hoaks adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca maupun audiens untuk mempercayai sesuatu, padahal si pembuat berita tersebut sadar bahwa berita tersebut adalah palsu.
Ia mencontohkan, hoaks yang paling umum adalah mengklaim suatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan berbeda dengan barang atau kejadian sebenarnya.
"Hoaks juga bisa diartikan sebagai berita bohong," kata Izki dalam webinar bertema 'Menjadi Generasi Kebal Hoaks di Ruang Digital' yang berlangsung di Makassar, belum lama ini.
Advertisement
Menurut Izki, ciri-ciri hoaks adalah sumbernya yang tidak jelas, isi pemberitaan tidak berimbang dan cenderung menyudutkan pihak tertentu. Begitu hoaks disebar, berita itu bisa menimbulkan kecemasan, permusuhan, dan kebencian pada masyarakat yang terpapar.
Ia menambahkan, judul berita hoaks biasanya kerap fantastis, bahkan terkesan menghakimi tanpa didasari fakta sesungguhnya.
“Agar terhindar dari paparan hoaks, pertama-tama, lihat dari mana sumbernya. Berpikir logis dan memiliki pendirian atas kabar bohong yang beredar tersebut. Lalu, jangan mudah percaya dengan suatu hal tanpa melihat fakta,” ucap Izki, dikutip Kamis (20/10/2022).
Dalam webinar yang digelar Kemkominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi ini, Izki juga memberikan tips untuk memeriksa apakah berita yang beredar masuk kategori hoaks atau bukan.
"Caranya adalah dengan memeriksa di situs cekfakta.com atau melapor ke situs hoax booster tools (Mafindo) maupun ke akun 'Turn Back Hoax'. Tentu saja cara lainnya adalah dengan mencari informasi relevan melalui situs-situs yang sudah terpercaya," Izki menuturkan.
Maraknya peredaran hoaks membuat kita harus lebih teliti lagi dalam meneliti informasi yang diterima. Oleh karena itu, chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta hadir untuk melawan misinformasi dan disinformasi yang kian masif menyebar di masyarakat, baik ...
Tak Cukup Berpikir Positif
Sementara Relawan Mafindo Yogyakarta, Fununun Nisha, menambahkan saat ini tak cukup berpikir positif dalam menerima informasi, tetapi juga dibutuhkan berpikir kritis.
Apabila menerima informasi, sebaiknya diam sejenak untuk berpikir positif dan netral. Selanjutnya, harus diikuti dengan berpikir kritis apakah kabar tersebut hoaks atau berdasar fakta sebenarnya.
“Apabila yakin berita itu benar, tidak masalah untuk membagikan ke orang lain. Sebaliknya, apabila itu terbukti hoaks, sebaiknya tidak diteruskan ke orang lain,” tuturnya.
Senada dengan Nisha, Co-Founder & Fact Check Specialist Aribowo Sasmito, juga menganjurkan agar bersikap tenang dan tidak terpancing emosi apabila membaca maupun mendengar sebuah kabar.
Sebaiknya, untuk meyakinkan apakah kabar tersebut hoaks atau bukan, bisa diverifikasi lewat situs maupun aplikasi pencari fakta. Periksa ulang atau cross check, setidaknya dengan menggunakan satu sumber yang valid maupun yang memiliki otoritas.
“Selalu bersikap skeptis. Curiga bahwa yang disebarkan adalah hoaks sampai terbukti sebaliknya. Ingat, hoaks kerap disertai dengan narasi viralkan atau sebarkan,” ujarnya.
Advertisement