Sukses

Meta Rela Rugi Besar Demi Wujudkan Metaverse

Meta rela rugi besar-besaran demi mewujudkan ambisi mereka dalam membangun proyek metaverse

Liputan6.com, Jakarta - Meta tampaknya benar-benar tidak main-main untuk mewujudkan ambisi mereka membangun metaverse, bahkan sampai menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan. Hal ini seperti tercatat dalam laporan pendapatan terbarunya.

Reality Labs, divisi proyek realitas virtual Meta, tercatat kehilangan USD 3,7 miliar pada kuartal tiga (Q3) tahun 2022, naik dari kerugian USD 2,6 milari tahun lalu dan USD 2,8 miliar di kuartal terakhir.

Kepala keuangan Meta pun menyebut, tren ini mungkin tidak akan bisa berbalik dalam waktu dekat.

"Kami mengantisipasi bahwa kerugian operasional Reality Labs pada tahun 2023 akan tumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun," kata CFO Dave Whener, seperti mengutip Engadget, Kamis (27/10/2022).

Investasi Meta di Reality Labs benar-benar mahal bagi perusahaan. Di awal tahun ini, mereka melaporkan kehilangan USD 10 miliar untuk Reality di tahun 2021.

Namun, CEO Mark Zuckerberg mengatakan, investasi dalam "platform komputasi tingkat lanjut" akan tetap menjadi prioritas utama mereka.

"Ini adalah usaha besar dan seringkali membutuhkan beberapa versi dari setiap produk sebelum menjadi mainstream," kata pendiri Facebook itu.

"Tapi saya pikir pekerjaan kita di sini akan jadi sejarah penting dan menciptakan fondasi untuk cara yang sama sekali baru di mana kita akan berinteraksi satu sama lain dan memadukan teknologi dalam kehidupan kita," kata CEO Meta itu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Optimistis Bakal Membuahkan Hasil

Namun, Zuckerberg juga mengklaim investasi besar-besaran Meta di metaverse bakal membuahkan hasil.

Investor sendiri disebutkan tetap skeptis terhadap penekanan Zuckerberg dengan metaverse, dengan salah satu pemegang saham besar mengatakan di awal pekan ini bahwa perusahaan telah "kehilangan kepercayaan investor."

Skeptisisme ini juga hadir dalam panggilan pendapatan kuartal ketiga Meta dengan para analis.

"Ada perbedaan antara sesuatu yang eksperimental dan tidak tahu bagaimana sesuatu akan berakhir baik akhirnya," kata Zuckerberg menjawab keraguan dan pertanyaan para analis.

"Pekerjaan metaverse adalah serangkaian upaya jangka panjang yang sedang kami kerjakan. Tapi, saya tidak tahu, saya pikir itu akan berhasil juga," imbuhnya.

Di saat yang sama, Zuckerberg juga memperingatkan perusahaan mungkin saja menghadapi tantangan pendapatan jangka pendek.

Meta melaporkan pendapatan USD 28 miliar untuk kuartal tersebut, yang sejalan dengan ekspektasi analis. Namun menurut Zuckerberg, ini masih tertinggal di posisi seharusnya menurutnya.

 

3 dari 4 halaman

Memangkas Perekrutan

 

Zuckerberg pun mengonfirmasi perusahaan akan memangkas perekrutan terkait dengan pertumbuhan pendapatan yang melambat. Dia mengatakan, beberapa tim akan tumbuh namun sebagian besar tim lain akan tetap datar atau menyusut selama tahun depan.

"Secara keseluruhan, kita berharap untuk mengakhiri 2023 sebagai organisasi yang kira-kira sama atau bahkan sedikit lebih kecil dari saat ini," kata Zuckerberg.

Lebih lanjut, aplikasi Meta lainnya dilaporkan terus berkembang dengan Instagram memiliki dua miliar pengguna aktif bulanan, sementara WhatsApp memiliki dua miliar pengguna aktif harian.

Zuckerberg juga mengungkapkan keinginannya untuk mengubah layanan perusahaan, menjadi lebih dari sekadar "mesin penemu", di mana feed pengguna akan lebih didorong oleh rekomendasi.

Dia mengklaim, hal ini bisa membantu perusahaan untuk bersaing lebih baik dengan TikTok.

4 dari 4 halaman

Mark Zuckerberg Akui Popularitas TikTok

Mark Zuckerberg sendiri sebelumnya mengakui dirinya gagal mengantisipasi tren baru di industri jejaring sosial, yang membuat suksesnya pesaing besar Instagram yaitu TikTok.

Dalam wawancara dengan buletin Statechery dari analis Ben Thompson, pendiri Facebook itu mengatakan dia seakan melewatkan cara baru orang untuk berinteraksi dengan konten yang ditemukan.

Menurut Zuckerberg, orang-orang semakin menggunakan "feeds" media sosial, untuk menemukan konten yang menarik, dibandingkan dengan melihat media yang dibagikan oleh teman-teman yang mereka ikuti.

Dilansir CNBC, dikutip Senin (17/10/2022), CEO Meta itu mengatakan memang masih ada orang-orang yang berinteraksi dengan konten yang dibagikan oleh teman di feed mereka.

Namun pada umumnya, tren media sosial telah "beralih ke Anda menggunakan feed untuk menemukan konten, menemukan hal-hal yang menarik, Anda mengirimkannya ke teman lewat pesan dan Anda berinteraksi di sana."

"Jadi di dunia itu, sebenarnya agak kurang penting siapa yang memproduksi konten yang Anda temukan, Anda hanya menginginkan konten terbaik," imbuhnya.

Selain itu, Zuckerberg juga mengakui TikTok adalah "pesaing yang sangat efektif." Dia mengatakan, perusahaannya agak lambat soal ini karena tidak sesuai dengan pola sosial dirinya. Menurutnya, TikTok lebih seperti YouTube dalam versi lebih pendek.

(Gio/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.