Liputan6.com, Jakarta - Startup yang bergerak di industri peternakan, Pitik, menggandeng Charoen Pokphand Indonesia (CPI) untuk mengimplementasikan teknologi digital dalam bidang peternakan ayam melalui teknologi smart farming dan machine learning.
CEO dan Co-Founder Pitik, Arief Witjaksono, menjelaskan kerjasama antara Pitik dan CPI menjadi langkah penting dalam melakukan proses digitalisasi sektor peternakan ayam di Indonesia.
Baca Juga
"Terutama karena CPI merupakan perusahaan agro industri terbesar yang telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1971," ujar Arief melalui keterangannya, Minggu (30/10/2022).
Advertisement
Nantinya, teknologi smart farming Pitik akan dieksplorasi untuk dapat meningkatkan efisiensi peternakan yang terafiliasi dengan grup CPI di seluruh Indonesia.
Kolaborasi ini merupakan respona Pitik terhadap tingginya antusias peternak ayam di Indonesia untuk menggunakan teknologi smart farming.
Hal ini terlihat dari peningkatan pengguna teknologi Pitik dalam 10 bulan terakhir, yang mana telah meningkat 8 kali lipat. Saat ini perangkat sensor Internet of Things (IoT) Pitik telah terpasang di 500 titik di seluruh pulau Jawa.
COO Pitik, Rymax Joehana, memaparkan pencapaian target berat panen ayam broiler di Indonesia masih tertinggal sebesar 20-30 persen dari standar peternakan di dunia.
Akibatnya, pendapatan peternak lokal masih sangat rendah dan sulitnya bagi peternak maupun konsumen untuk memprediksi waktu panen.
Memprediksi Siklus Prediksi
Teknologi smart farming yang dikembangkan Pitik hadir dengan tujuan memecahkan masalah di atas.
Saat ini, Pitik mengklaim memiliki perangkat IoT yang mampu mendeteksi variabel penting di kandang (temperatur, kelembaban, kadar ammonia, kecepatan angin, dsb) secara real-time dan juga terintegrasi dengan sistem manajemen data berbasis cloud yang didukung oleh teknologi machine learning.
“Algoritma machine learning yang kami kembangkan mampu memprediksi siklus produksi yang bermasalah dengan akurasi lebih dari 90 persen, dan ini sangat berguna untuk memberikan visibilitas ke peternak apa yang akan terjadi di kandangnya sebelum masalah tersebut muncul, sehingga peternak dapat mengambil langkah pencegahan,” ucap Rymax menerangkan.
Ia memambahkan hal itu merupakan faktor pembeda teknologi Pitik dibandingkan teknologi peternakan dari perusahaan lainnya, yang mana dapat berkontribusi lebih tinggi untuk meningkatkan efisiensi produksi peternakan.
Advertisement
Uji Coba di 5 Lokasi Peternakan
Perangkat teknologi smart farming berupa IoT, Camera Tech berbasis AI (Artificial Intelligence), dan Smart Scale ini telah dilakukan uji coba di 5 lokasi peternakan dengan total populasi ayam 180 ribu ekor.
Antoni selaku Assistant Vice President CPI mengaku berdasarkan observasi yang telah dilakukan, teknologi smart farming yang dikembangkan Pitik jauh lebih unggul dibandingkan alternatif lain.
"Selain itu, dari sisi penggunaan pun paling mengedepankan peternak (farmer-centric) sehingga mudah untuk diimplementasikan,” imbuh Antoni.
Kolaborasi ini diharapkan bisa semakin memudahkan proses digitalisasi peternakan ayam serta membantu meningkatkan produktivitas peternak di Indonesia.
Perlawanan Satu Dekade Petani Kendeng (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement