Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk tampaknya tak ragu untuk mulai mengubah secara besar-besaran platform media sosial Twitter, setelah secara resmi menjadi pemiliknya. Kabarnya, salah satu perombakan yang akan digarap adalah mengubah Twitter Blue serta verifikasi akun.
Elon Musk dikabarkan telah memberikan karyawan ultimatum pertamanya yaitu untuk memenuhi tenggat waktu memperkenalkan verifikasi berbayar di Twitter, atau meninggalkan perusahaan.
Baca Juga
Dilansir The Verge, dikutip Senin (31/10/2022), Musk dikabarkan meminta agar harga layanan berlangganan Twitter Blue, di mana pengguna bisa membuka fitur tambahan, dinaikkan agar pelanggan juga bisa melakukan verifikasi pengguna.
Advertisement
Menurut narasumber The Verge, Twitter sekarang berencana untuk membebankan biaya USD 19,99 untuk langganan Twitter Blue yang baru. Dengan paket tersebut, pengguna terverifikasi akan punya 90 hari untuk berlangganan atau centang birunya akan dicabut.
Karyawan yang mengerjakan proyek itu diberitahu pada hari Minggu bahwa mereka harus memenuhi tenggat waktu 7 November 2022 untuk merilis fitur ini, atau mereka akan dipecat.
Dalam cuitan di akun Twitter resminya pada hari Minggu waktu setempat, bos Tesla itu juga mengatakan: "Seluruh proses verifikasi sedang diubah sekarang."
Namun, CEO SpaceX ini belum menjabarkan lebih lanjut seperti apa bentuk perubahan proses verifikasi tersebut nantinya.
Casey Newton dari Platformer pertama kali melaporkan bahwa Twitter sedang mempertimbangkan untuk membebankan biaya jika pengguna ingin akunnya terverifikasi. Juru bicara Twitter tidak menanggapi permintaan berkomentar.
Â
Bikin Dewan Moderasi Konten
Baru beberapa hari menjabat sebagai "Chief Twit," Musk sudah mulai melakukan perubahan di Twitter. Salah satu yang pertama adalah dengan mengubah beranda bagi pengguna yang logged out.
Karyawan yang ditugaskan untuk melaksanakan proyek Musk sejak dia mengambil alih pada Kamis malam waktu setempat, juga dilaporkan telah bekerja hingga larut malam dan selama akhir pekan.
Elon Musk juga kabarnya akan membentuk dewan moderasi. Mengutip Engadget, Sabtu (29/10/2022), rencana tersebut diungkapkannya melalui cuitan di akun Twitternya. Ia menuliskan, dewan moderasi konten ini akan terdiri dari berbagai sudut pandang.
"Twitter akan membentuk dewan moderasi konten dengan sudut pandang yang beragam. Tidak ada keputusan besar terkait konten atau pemulihan akun terjadi sebelum dewan itu bersidang," tulisnya lewat akun @elonmusk.
Kendati demikian, ia tidak mengungkap lebih detail mengenai pembentukan dewan moderasi konten ini. Begitu pula dengan nama-nama yang akan masuk dalam dewan ini.
Â
Advertisement
Sejumlah Petinggi Twitter Dipecat
Untuk diketahui, Musk memang telah lama memiliki rencana untuk mengubah soal kebijakan moderasi Twitter. Salah satu yang menjadi sorotan adalah ketika Twitter melarang secara permanen Donald Trump untuk memiliki akun di platform tersebut.
Oleh sebab itu, ada kemungkinan di bawah Elon Musk, Twitter akan melakukan perubahan terkait kebijakan moderasi konten. Namun, perubahan seperti apa yang akan dibawa belum diketahui.
Di samping rencana pembentukan dewan moderasi konten, Musk juga merombak secara besar-besaran jajaran petinggi Twitter. CEO terakhir Twitter sebagai perusahaan publik, Parag Agrawal, juga kabarnya telah dicabut dari posisinya.
Selain itu, Chief Financial Officer Ned Segal dan Vijaya Gadde, kepala kebijakan perusahaan yang dikritik oleh CEO Tesla itu secara terbuka, juga diberitakan telah meninggalkan kantor Twitter.
The New York Times juga melaporkan, penasihat umum Twitter Sean Edgett, telah meninggalkan kantor Twitter. Chief Customer Officer Sarah Personette, juga jadi salah satu eksekutif yang dicopot dari jabatannya.
Â
Elon Musk Bantah Mau PHK 75 Persen Karyawan
Mengutip The Verge, Jumat (28/10/2022), para eksekutif ini juga menerima pembayaran dalam jumlah yang besar, usai perombakan tersebut.
Insider melaporkan, Agrawal mendapat USD 38,7 juta, Segal mendapat USD 25,4 juta, Gadde mendapat USD 12,5 juta, dan Personette, mendapat USD 11,2 juta.
Soal karyawan, Musk sendiri sempat mengatakan tidak berencana untuk memangkas 75 persen pekerja. Hal ini dinyatakannya saat berkunjung ke kantor pusat Twitter, jelang pengambil alihan.
Sumber Bloomberg juga menambahkan, Musk membantah angka pemangkasan yang mencapai 75 persen yang dilaporkan oleh The Washington Post beberapa waktu lalu itu.
Meskipun demikian, karyawan Twitter tampaknya masih harap-harap cemas, mengingat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih mengintai, ditambah beberapa kekhawatiran terkait pekerjaan mereka.
(Dio/Isk)
Advertisement