Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky menanggapi dugaan bocor dan dijualnya database berisi nomor telepon dari hampir 500 juta, tepatnya 487 juta, pengguna WhatsApp baru-baru ini.
Dalam siaran persnya, Senin (28/11/2022), Victor Chebyshev selaku Lead Security Researcher Global Research & Analysis Team (GReAT) Kaspersky, menyebut bahwa laporan ini sebagai sesuatu yang memprihatinkan.
Baca Juga
"Saat data ini berakhir di tangan yang salah, penipu mungkin meluncurkan berbagai jenis serangan dari panggilan spam hingga phishing suara. Risiko privasi adalah perhatian utama lainnya," kata Chebyshev.
Advertisement
Ia mengatakan, bagi penjahat siber, memiliki nomor telepon calon korban secara signifikan, meningkatkan peluang serangan yang berhasil.
Hal itu karena sebagian besar layanan online mengharuskan memasukkan nomor telepon bersama dengan data pribadi lainnya seperti nama, alamat, email, dan terkadang detail kartu.
"Doxing, cyberbullying, pemerasan, hingga pemerasan adalah beberapa potensi ancaman siber yang mungkin dihadapi para korban," ujarnya.
Maka dari itu, Kaspersky pun memberikan saran bagi para pengguna WhatsApp, terkait adanya laporan tersebut:
- Pertama, sembunyikan data dari semua orang kecuali yang terdapat di daftar kontak Anda di pengaturan privasi WhatsApp.
- Kemudian, berhati-hatilah dan perhatikan panggilan dan pesan dari nomor yang tidak dikenal.
- Aktifkan otentikasi dua faktor jika belum diaktifkan, sehingga para penipu tidak akan dapat menggunakan nomor Anda untuk tujuan berbahaya.
- Jangan pernah membuka tautan mencurigakan yang dikirim oleh siapa pun karena mungkin ada file berbahaya yang dilampirkan atau dapat langsung mengarahkan Anda ke konten penipuan."
Â
Hacker Klaim Jual 487 Juta Data Pengguna WhatsApp
Sebelumnya, seorang hacker mengklaim telah meretas dan mencuri 487 juta data pengguna WhatsApp, dan menjualnya di forum komunitas peretasan terkenal.
Mengutip Cybernews, Minggu (27/11/2022), data tersebut berisikan informasi dan nomor pengguna WhatsApp dari 84 negara, termasuk Indonesia.
Diketahui, nomor WhatsApp dari negara Mesir yang bocor mencapai 44,8 juta dilanjutkan dengan Italia sebanya 3,6 juta nomor. Adapun nomor WhatsApp berasal dari Amerika Serikat 32,3 juta, Prancis, 1,8 juta, dan Turki di angka 19,6 juta. Lalu bagaimana dari Indonesia.
Walau tidak mencapai puluhan juta, tercatat ada sekitar 130.331 nomor WhatsApp pengguna di Indonesia yang ikut dijual oleh pelaku kejahatan.
Pelaku kejahatan siber tidak secara jelas tentang bagaimana cara mendapatkan data tersebut, dan berapa harga seluruh nomor WhatsApp tersebut.Â
Advertisement
Digunakan untuk Phishing
Dalam salah satu postingannya, pelaku dapat menjual nomor WhatsApp curian tersebut berdasarkan negara yang diminta.
Adapun, informasi ini kebanyakan digunakan pelaku kejahatan untuk melancarkan aksi phising berbentuk SMS atau voice (suara).
WhatsApp dilaporkan memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan secara global. Diyakini, nomor WhatsApp ini didapatkan pelaku dengan cara memanen data tersebut dari pihak ketiga.
Meta sendiri diketahui sering mendapatkan kritik dari sejumlah pihak, karena masih membiarkan pihak ketiga untuk mengumpulkan dan menggunakan data pengguna.
"Di zaman ini, kita semua meninggalkan jejak digital yang cukup besar--dan seharusnya perusahaan seperti Meta mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi data tersebut" kata kepala riset Cybernews, Mantas Sanauskas.
(Dio/Isk)