Liputan6.com, Jakarta - Isu privasi dan keamanan data menjadi salah satu yang banyak disorot di pesatnya perkembangan teknologi dan meningkatnya pemanfaatan dunia siber untuk kehidupan sehari-hari.
Menurut Kaspersky, di 2022 terdapat beberapa aktivitas regulasi terkait privasi di seluruh dunia, yang menargetkan sektor korporat dan swasta.
Baca Juga
Beberapa tindakan menangani praktik pengawasan komersial dan keamanan data merugikan konsumen, sementara lainnya menangani teknologi pembelajaran mesin invasif untuk lebih melindungi data sensitif.
Advertisement
Dikutip dari siaran pers, Sabtu (17/12/2022), Kaspersky menilai masih banyak masalah privasi dihadapi masyarakat dalam waktu dekat, terutama terkait dengan agenda geopolitik dan ekonomi saat ini.
"Pada tahun 2022, kami melihat bagaimana aktivitas regulasi menggeser pasar data global pada pemain lokal," kata Vladislav Tushkanov, pakar privasi di Kaspersky.
Di saat sama, menurut Tushkanov, tahun ini menunjukkan bagaimana pengumpulan data konsumen dapat berdampak langsung pada hubungan antara warga negara dan pemerintah.
"Selain itu, kami tidak dapat menyangkal topik seperti metaverse, AI, atau pembelajaran mesin akan tetap menjadi sorotan para pakar privasi pada tahun 2023," ia menambahkan.
"Namun, kami percaya bahwa peristiwa geopolitik dan ekonomi tahun 2022, serta tren teknologi baru, akan menjadi faktor utama yang memengaruhi lanskap privasi pada tahun 2023," pungkas Tushkanov.
Kaspersky pun memprediksikan beberapa hal terkait privasi di tahun 2023. Prakiraan ini dikembangkan berdasarkan pergeseran dan tren yang disaksikan oleh pakar privasi di sana, pada tahun 2022
Pengumpulan Data Perilaku
Menurut para peneliti, perselisihan besar antara berbagai pemangku kepentingan dalam percakapan seputar privasi dan pengumpulan data akan menghasilkan kecenderungan sebagai berikut:
1. Balkanisasi internet akan mengarah pada pasar behaviour tracking yang semakin beragam (dan terlokalisasi) dan pemeriksaan transfer data lintas batas (cross-border).
Kaspersky menyebut, sebagian besar laman web memiliki pelacak tidak terlihat, mengumpulkan data perilaku, yang selanjutnya dikumpulkan dan digunakan, terutama untuk iklan bertarget.
Mereka mengatakan, beberapa perusahaan teknologi besar Amerika Serikat seperti Meta, Amazon, dan Google, adalah pemimpin yang tidak perlu dipertanyakan lagi.
Namun, di banyak daerah, pihak berwenang semakin berhati-hati dalam berbagi data dengan perusahaan asing. Itu mendorong bisnis untuk menunjukkan preferensi pada pemain lokal, yang mungkin memiliki berbagai implikasi privasi.
Kaspersky menyebut, sementara perusahaan teknologi besar mungkin menghabiskan lebih banyak biaya untuk keamanan daripada perusahaan yang lebih kecil, bahkan mereka memiliki andil dalam pelanggaran data.
Entitas yang lebih kecil mungkin kurang menarik bagi peretas, tetapi juga kurang mendapat pengawasan dari badan pengatur.
Â
Â
Advertisement
HP Gantikan Dokumen Kertas
2. Ponsel pintar akan menggantikan lebih banyak dokumen kertas
Ponsel pintar atau perangkat lain sekarang sudah banyak digunakan sebagai metode pembayaran. Bahkan di beberapa negara, kartu kredit atau debit klasik sudah ketinggalam zaman.
Smartpone juga dapat digunakan untuk keperluan medis misalnya bukti vaksinasi atau status kesehatan negatif Covid-19, bahkan sebagai versi digital kartu identitas. Ini membawa kenyamanan sekaligus risiko.
Di satu sisi, sistem yang diterapkan dengan benar dapat membantu menangani verifikasi harian tanpa harus menunjukkan kepada kasir seluruh dokumen dengan perincian lain seperti nama atau alamat.
Di sisi lain, menggunakan smartphone untuk menyimpan data pribadi dalam jumlah yang semakin banyak menciptakan satu titik kegagalan, sehingga menimbulkan masalah keamanan yang serius.
Ini menempatkan tuntutan serius pada keamanan perangkat seluler dan cara data disimpan sembari menjaga privasi.
3. Perusahaan akan melawan faktor manusia dalam keamanan siber untukmengendalikan ancaman orang dalam dan rekayasa sosial demi melindungi data pengguna.
Perusahaan dianggap sudah menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang semakin komprehensif. Namun, manusia tetap menjadi mata rantai yang paling lemah.
Kesalahan konfigurasi berbagai solusi cloud untuk penyimpanan data diperkirakan akan menyebabkan lebih sedikit kebocoran data, dan lebih banyak pelanggaran bakal diakibatkan oleh kesalahan manusia.
Untuk mengurangi ancaman ini, perusahaan bisa berinvestasi dalam solusi pencegahan kebocoran data, serta edukasi pengguna yang lebih menyeluruh untuk meningkatkan kesadaran keamanan siber.
Â
Metaverse dan Asuransi
4. Lebih banyak kekhawatiran tentang privasi pada metaverse
Menurut Kaspersky, jumlah data yang dihasilkan orang hanya dengan melakukan pembayaran non-tunai dan membawa ponsel sepanjang hari, sudah cukup menarik kesimpulan yang paling sensitif.
Berbagai teknologi kehidupan sehari-hari, serta digitalisasi layanan yang berkelanjutan akan membuat privasi pribadi, setidaknya di perkotaan, berubah menjadi masa lalu.
Oleh karena itu, sementara metaverse berjanji untuk menghadirkan pengalamanoffline ke dunia online, dunia online sudah terlebih dahulu menguasai dunia fisik.
5. Asuransi untuk menghadapi kebocoran data
Kesadaran privasi akan semakin meningkat. Orang-orang pun diperkirakan akan mulai mengambil tindakan pencegahan, untuk mengamankan akun pribadi dan meminimalkan jejak digitalnya.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengasuransikan diri terhadap pelanggaran data.
Meskipun sudah ada layanan yang mengganti kerugian jika terjadi pencurian identitas, penawaran asuransi yang lebih luas di masa depan diprediksi akan bermunculan.
(Dio/Ysl)
Advertisement