Liputan6.com, Jakarta - Dell mengungkapkan sejumlah tema besar yang akan menjadi tren teknologi dalam sebuah perusahaan untuk 2023. Hal itu diungkapkan Vice Chairman dan Co-COO Dell Tehcnologies, Jeff Clarke melalui blog perusahaan.
Salah satunya, menurut Jeff, teknologi akan semakin menentukan pengalaman kerja karyawan bukan lagi ruang kerja fisik. Untuk itu, ini merupakan peluang tak terbatas untuk merancang apa yang terbaik untuk para CIO, perusahaan termasuk budaya kerja mereka.
Baca Juga
"Kita perlu alat dan perangkat yang tepat, ruang kerja yang cocok untuk kolaborasi dan budaya yang tepat untuk membuat bekerja bisa berjalan dengan baik," tutur Jeff dalam keterangan resmi yang diterima, Selasa (27/12/2022).
Advertisement
Terlebih, kebutuhan setiap orang tentu berbeda-beda. Karenanya, Dell memprediksi kapabilitas dan form factor PC yang tetap termasuk ekosistemnya akan menciptakan sebuah lingkungan yang lengkap untuk sukses.
Saat ini, Jeff menuturkan, Dell melihat investasi di teknologi layar canggih telah meningkatkan efektivitas pengembangan software jarak jauh. Selain itu, kemampuan audio dan video yang lebih baik juga telah menghadirkan perbedaan dramatis untuk pembelajaran jarak jauh.
"Jadi, apa pun pendekatan yang diterapkan perusahaan untuk pekerjaaan di masa depan, teknologi akan menentukan pengalaman kerja termodern," ujarnya melanjutkan.
Lalu pada 2023, Dell melihat percepatan inovasi akan fokus pada upaya membuat seluruh ekosistem teknologi berfungsi sebagai satu platform untuk transformasi digital perusahaan. Perusahan pun akan disebut akan mengandalkan teknologi yang memberikan fleksibilitas dan keterbukaan akses.
"Alasannya, tidak ada solusi, platform atau penyedia tunggal yang bisa memenuhi semua 'janji' manfaat teknologi. Artinya, 'platform tertutup' dari ekosistem tertutup akan runtuh," tutur Jeff.
Â
Â
Tren Lain
Untuk tahun depan, Dell turut memperkirakan perusahaan yang memanfaatkan gelombang kedua AI (Artificial Intelligence) akan melihat keunggulan kompetitif yang berbeda. Sebab, AI mampu memahami, mempelajari, serta menalar dengan lebih baik.
Berbekal hal tersebut, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, memangkas kebutuhan daya, serta mempercepat strategi multicloud dan edge. Saat industri makin berkembang, AI juga akan lebih bisa demokratis karena open-source AI menjadi lebih lazim dan bisa diakses oleh komunitas yang lebih luas.
Terakhir, momentum transformasi digital yang terus terjadi di 2023 akan mempercepat arsitektur zero trust. Jeff menuturkan, dengan makin banyak pelanggan global Dell yang mentransformasi strategi keamanan mereka, banyak yang tertarik pada arsitektur zero trust untuk melindungi lingkungan TI-nya.
Oleh sebab itu, dengan rencana pengembangan yang berkelanjutan, praktik terbaik, serta standarisasi, Dell bisa membuat adopsi Zero Trus menjadi lebih cepat dan mudah. Dan akhirnya, zero trust akan menjadi dasar bagi level baru keamanan data.
Hal itu didukung pula dengan tiga prinsip utama dari zero trust yang sebenarnya tidak terlalu sulit, yakni autentikasi universal berkelanjutan untuk semua hal, perilaku yang didorong oleh kebijakan otoritatif yang kuat, serta pengelolaan ancaman yang sangat terintegrasi.
"Tidak diragukan lagi, 2023 akan penuh dengan ketidakpastian dan kejutan. Namun, sebagai seorang yang optimistis akan teknologi, saya yakin inovasi akan mendorong kemajuan yang luar biasa," ujar Jeff memungkasi.
Advertisement
Teknologi Deep Learning Dell Dipakai Bantu Lindungi Terumbu Karang Besar
Di sisi lain, teknologi Deep Learning dari Dell Technologies digunakan untuk membantu relawan dalam melindungi Great Barrier Reef atau seklumpulan terumbu karang besar di Australia.
Hal ini diungkap dalam pengumuman kerja sama antara Dell Technologies dengan organisasi konservasi Citizens of The Great Barrier Reef di Australia.
"Dell Technologies bekerja sama dengan organisasi-organisasi yang memiliki misi yang sama untuk mewujudkan dampak sosial iklim yang positif," kata Amit Midha, President, Asia Pasifik dan Jepang (APJ) dan Global Digital Cities.
Amit dalam siaran persnya, ditulis Rabu (31/8/2022) mengatakan, bersama Citizens of the Great Barrier Reef, teknologi Dell untuk mendukung penelitian sudah jauh modern sejak Great Reef Census pertama hingga hari ini.
"Dengan kemampuan deep learning bisa meningkatkan upaya konservasi yang dilakukan tim untuk bisa mengakses data berkualitas dengan cepat dan mendukung kesuksesan kolaborasi antara semua pihak yang terlibat," ujarnya.
Model teknologi deep learning baru akan memungkinkan ilmuwan warga global, untuk menganalisis foto-foto yang dikumpulkan dari Great Barrier Reef dengan lebih cepat dan akurat dalam fase Great Reef Census (GRC) berikutnya.
Model deep learning dari Dell akan menghadirkan informasi yang lebih baik dalam upaya konservasi Great Barrier Reef, sebagai salah satu keajaiban alam terbesar di dunia.
Â
Mempercepat Analisa Foto
Solusi edge dari Dell yang sebelumnya dipasang di perahu, akan secara otomatis mengunggah data langsung ke model deep learning melalui jaringan seluler, untuk memastikan foto disimpan secara real-time.
Teknologi ini akan membantu GRC mempercepat analisa foto yang sebelumnya sangat bergantung pada sukarelawan manusia.
Sehingga, para ilmuwan warga bisa mengalihkan fokus, demi mendukung upaya pemulihan cepat di area yang paling membutuhkan perhatian dan selama periode penting tahunan, seperti musim ikan bertelur.
Analisis deep learning tersebut membutuhkan waktu kurang dari satu menit per foto, dibandingkan dengan tujuh atau delapan menit pada fase sensus sebelumnya.
Dalam GRC pertama, perlu 1.516 jam untuk mempelajari 13 ribu gambar. Sementara, model deep learning baru ini dapat menganalisa data dalam jumlah yang sama dalam waktu kurang dari 200 jam.
Menurut Dell Technologies, inisiatif ini sejalan dengan ambisi environmental, social, dan governance (ESG) perusahaan.
Hal ini untuk memajukan keberlanjutan dengan menciptakan teknologi yang mendorong kemajuan dan bekerja bersama para pelanggan, mitra, pemasok, dan komunitas untuk memastikan terjadinya penanganan perubahan iklim.
Menurut Dell, proyek GRC ini terwujud berkat kerja sama di seluruh wilayah Asia Pasifik dan Jepang.
Proyek ini menggabungkan keahlian tim Citizens of the Great Barrier Reef, Dell, peneliti dari Universitas Queensland dan Universitas James Cook (JCU), Sahaj Software Solutions dan ilmuwan warga.
(Dam/Ysl)
Advertisement