Liputan6.com, Jakarta Elon Musk dikabarkan kehilangan harta kekayaannya sebesar USD 200 miliar (sekitar Rp 3.100 triliun), dan disebut-sebut sebagai yang pertama di dunia.
Bloomberg Billionaire's Index pun menyebut, pendiri Tesla dan pemilik Twitter ini menjadi orang pertama di dunia yang kehilangan USD 200 miliar dari kekayaan bersihnya.
Baca Juga
Mengutip New York Post, Senin (2/1/2023), Musk di 2021 menjadi orang terkaya kedua di dunia, dengan kekayaan lebih dari USD 200 miliar, setelah pendiri Amazon Jeff Bezos.
Advertisement
Kekayaan bersihnya lalu mencapai puncak pada November 2021 sebesar USD 340 miliar, namun anjlok karena terdampak saham Tesla yang merosot 65 persen dalam setahun terakhir.
2022 pun dianggap sebagai tahun terburuk bagi perusahaan produsen mobil listrik itu sampai saat ini.
Dalam sebuah memo ke para stafnya di pengujung Desember 2022, Musk mengucapkan terima kasih kepada para pekerjanya atas "eksekusi luar biasa" mereka sepanjang tahun, dengan tidak terlalu memedulikan kinerja saham perusahaan.
"Jangan terlalu terganggu dengan kegilaan pasar saham," kata Musk dalam memo yang diperoleh CNBC.
"Saat kita menunjukkan kinerja luar biasa yang berkelanjutan, pasar akan mengenalinya," sambungnya.
Tahun ini, Musk juga tampaknya sedang fokus ke usaha barunya yaitu media sosial Twitter yang baru saja dia ambil alih.
Menurut indeks kekayaan Bloomberg, Musk terpaksa menjual sebagian besar saham Tesla-nya tahun ini, sebagai hasil dari pembelian Twitter yang bernilai sangat besar mencapai USD 44 miliar.
Gelar Orang Terkaya di Dunia Elon Musk Digeser
Beberapa waktu lalu, posisi Elon Musk sebagai orang terkaya nomor satu di dunia versi Forbes, juga akhirnya disalip oleh Bernard Arnault dan keluarganya.
Mengutip perhitungan real-time billionaires Forbes, Selasa (13/12/2022), bos LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton (LVMH) itu menduduki peringkat pertama orang terkaya di dunia menurut Forbes.
Adapun, kekayaan Bernard Arnault dan keluarganya berada di angka USD 186,2 miliar, sementara Elon Musk berada di posisi kedua dengan kekayaan senilai USD 181,3 miliar.
Di bawah Elon Musk, secara berturut-turut dari posisi ketiga adalah Gautam Adani, bos Amazon Jeff Bezos, dan Warren Buffett. Co-Founder Microsoft Bill Gates juga masih di daftar tersebut namun di posisi enam.
Posisi Elon Musk sebagai orang terkaya di dunia versi Forbes memang diketahui mulai terancam oleh Arnault pada pekan lalu, setelah sang CEO Tesla sempat merosot ke posisi kedua selama beberapa saat.
Namun pada Rabu pekan lalu, dikutip dari New York Post, Musk mendapatkan kembali keunggulannya di penutupan hari perdagangan, diakhiri dengan perkiraan kekayaan bersih mencapai USD 185,4 miliar.
Â
Advertisement
Merosotnya Kekayaan Elon Musk
Meski begitu, sepertinya Bernard Arnault dan keluarganya kembali menempatkan posisinya sebagai orang terkaya di dunia versi Forbes pada pekan ini, melengserkan Elon Musk.
Elon Musk sebelumnya menempati posisi pertama di daftar orang terkaya di dunia versi Forbes sejak September 2021. Kekayaannya mencapai puncak tertinggi sepanjang waktu di USD 320,3 miliar pada 4 November 2021.
Berkurangnya kekayaan Musk terjadi saat saham Tesla merosot hampir enam persen beberapa waktu lalu.
Saham perusahaan kendaraan listrik itu, yang merupakan porsi terbesar dari perkiraan kekayaan Musk, turun sekitar 60 persen sejak Januari karena kekhawatiran resesi dan ketidakpastian makroekonomi mencengkeram investor.
Anjloknya saham Tesla membuat kekayaan pengusaha teknologi itu merosot sampai lebih dari USD 100 miliar tahun 2022.
Pembelian Twitter juga berpengaruh pada harta Musk. Kekayaan bersihnya menyusut sekitar USD 70 miliar sejak dia pertama kali mengajukan tawaran untuk membeli Twitter pada bulan April.
Investor Tesla juga menyatakan frustrasi karena Musk terlibat dalam konflik atas akuisisi Twitter senilai USD 44 miliar, yang akhirnya ia selesaikan pada bulan Oktober 2022 lalu.
Musk sendiri diketahui menjual saham Tesla beberapa kali, demi mengambil alih platform media sosial tersebut.
Â
Bill Gates Komentari Gaya Kepemimpinan Elon Musk di Twitter
Sementara itu, Bill Gates baru-baru ini menanggapi kepemimpinan Elon Musk di Twitter. Co-founder Microsoft itu menyebut Musk memiliki gaya pengambilan keputusan "seat-of-the-pants."
Istilah seat-of-the-pants, dikutip dari Britannica.com, bisa diartikan sebagai melakukan sesuatu hanya berdasarkan penilaian dan perasaan personal, tanpa perencanaan atau persiapan.
Dalam wawancara dengan Financial Times, seperti dikutip dari Insider, Jumat (23/12/2022), Gates mengatakan Twitter memperburuk polarisasi digital.
Menurutnya, tidak jelas apakah tantangan untuk mengatasi polarisasi digital tergantung pada penilaian manusia atau rekayasa.
"Saya pikir, tentu saja, situasi Twitter sedang teraduk-aduk," kata Gates. "Itu, alih-alih serangkaian tindakan obyektif dilakukan sekelompok besar orang, Anda seperti melihat aktivitas seat-of-the-pants," ujarnya.
Gates juga mengatakan, platform media sosial itu perlu memperhatikan apa yang menyebabkan kesalahpahaman tentang keamanan vaksin, atau apa yang memicu kerusuhan.
Sejak berada di bawah kendali Elon Musk, Twitter memang kerap kali mendapatkan kritik. Salah satu paling disorot adalah bagaimana perusahaan memangkas karyawan dalam jumlah besar.
Salah satu keputusan disorot adalah dikembalikannya sejumlah akun figur publik kontroversial seperti Donald Trump. Padahal dia sempat diblokir dari platform, tetapi kembali ke Twitter usai lewat jajak pendapat dibuat Musk.
(Dio/Isk)
Advertisement