Liputan6.com, Jakarta - Kelompok the big techs alias perusahaan-perusahaan teknologi raksasa yang terdiri dari Apple, Microsoft, Amazon, Meta, dan Alphabet disebut-sebut telah kehilangan nilai pasar hingga total USD 3,9 triliun pada 12 bulan terakhir.
Mengutip Gizchina dan media Brasil G1, Jumat (6/1/2023), data ini berasal dari survei yang dilakukan konsultan TradeMap, Einar Rivero. Survei ini membandingkan nilai pasar the big techs pada 4 Januari 2023 dengan data tanggal yang sama setahun lalu.
Baca Juga
Hasilnya, nilai pasar Apple berkurang 32 persen dari sebelumnya USD 2,9 triliun di 2022 menjadi USD 2,0 triliun tahun ini. Nilai pasar Microsoft turun 31 persen, dari USD 2,4 triliun pada 2022 menjadi USD 1,7 triliun pada 2023.
Advertisement
Lalu, nilai pasar Alphabet induk Google turun paling banyak, yakni 84 persen, dari USD 1,9 triliun menjadi USD 1,1 triliun.
Riset yang sama menyebut, nilai pasar Amazon turun 49 persen dari USD 1,6 triliun menjadi USD 869 triliun. Begitu pula dengan nilai pasar Meta yang turun 64 persen, dari USD 936 miliar menjadi USD 338 miliar.
Selain nilai pasar dari the big techs yang mengalami penurunan, nilai kekayaan dari para pemiliknya juga turun drastis di 2022. Elon Musk yang semula merupakan orang terkaya di dunia kehilangan posisinya pada Desember 2022.
Bloomberg mencatat, sejak November 2021, nilai kekayaan Elon Musk turun sebesar USD 212 miliar. Apa yang membuat nilai pasar the big techs turun drastis?
Penyebab pertama, menurut riset ini, adalah inflasi yang terus terjadi beberapa bulan terakhir di Amerika Serikat.
Kondisi keuangan ini berdampak pada penjualan, sehingga membuat banyak perusahaan mengurangi belanja iklan. Alhasil, raksasa teknologi yang bergantung pada iklan digital pun kehilangan pendapatannya.
Penurunan Pendapatan Iklan di Google dan Meta
Contohnya Google yang hanya mengalami sedikit pertumbuhan dalam hal pendapatan iklan pada kuartal ke-3 2022. Di sisi lain, salah lini usahanya, YouTube justru kehilangan pendapatan iklan hingga 2 persen.
Meski pendapatan Alphabet masih naik, namun peningkatannya pada kuartal 3 2022 dicatatkan sebagai kenaikan paling rendah sejak 2013.
Serupa, di Meta terjadi penurunan pendapatan iklan pada kuartal ke-2 dan 3 tahun 2022, dibandingkan tahun 2021. Kondisi keuangan perusahaan juga dipengaruhi dengan investasi besar-besaran Mark Zuckerberg di bidang metaverse, yang saat ini masih belom membuahkan hasil.
Amazon menyalahkan perlambatan ekonomi untuk keputusannya memberhentikan ribuan karyawan. Perusahaan bahkan akan memangkas lebih dari 18.000 tenaga kerjanya karena alasan serupa.
Bukan hanya Amazon, ada banyak perusahaan teknologi yang berencana untuk memangkas jumlah karyawannya. Bahkan AFP menyebut rencana pemangkasan karyawan tersebut paling parah dalam sejarah perusahaan.
Advertisement
Pandemi
Hal lain yang juga menjadi tantangan adalah menurunnya gelombang pandemi. Memang sudah bukan rahasia lagi kalau pandemi membawa berkah tersendiri bagi perusahaan teknologi. Hal ini bahkan diakui oleh Mark Zuckerberg, CEO Meta.
"Pada awal Covid-19, dunia dengan cepat beralih ke online dan gelombang e-commerce menyebabkan pertumbuhan pendapatan. Banyak orang memerkirakan bahwa ini akan berlanjut bahkan setelah pandemi berakhir," tutur Zuck.
Mark Zuckerberg pun percaya dengan hal tersebut. "Saya juga percaya dengan skenario ini, jadi saya membuat keputusan untuk meningkatkan investasi kami secara signifikan. Sayangnya ini tidak berjalan seperti yang saya harapkan," katanya pada November 2022, saat mengumumkan adanya PHK terhadap 11.000 karyawan di Meta.
Pandemi Bikin Apple Kesulitan Produksi iPhone
Sementara dalam kasus Apple, pandemi justru membawa kemunduran. Pasalnya, gelombang baru virus corona di Tiongkok pada akhir 2022 memengaruhi mitra produksi iPhone, Foxconn.
Lamanya kebijakan zero covid di Tiongkok, pabrikan mengurangi kapasitas operasionalnya sepanjang tahun. Hal ini pun turut berdampak pada penjualan perangkat.
Tesla pun tidak luput dari masalah. Survei Einar Rivero menyebut, nilai pasar Tesla turun dari USD 936 miliar menjadi USD 338 miliar antara 2021 dan 2022.
(Tin/Ysl)
Advertisement