Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin dianggap sebagai mata uang kripto paling kotor oleh Forex Suggest, sebuah website yang mengungkap dampak penambangan dan perdagangan mata uang kripto.
Sumber ini menyebut, penambangan Bitcoin punya dampak paling buruk bagi lingkungan pada tahun 2022.
Baca Juga
Menurut situs tersebut, para ahli membuktikan bahwa produksi satu VTS mengeluarkan hampir satu ton karbon dioksida (CO2). Sekadar informasi, laman Currency.world menyebut, VTS adalah kode mata uang untuk Veritise cryptocurrency.
Advertisement
Secara total pada 2022, penambangan Bitcoin menghasillkan sekitar 86,3 juta ton CO2. Forex Suggest pun menyebut, untuk mengurangi dampak emisi berbahaya, dunia perlu menanam sekitar 431,6 juta pohon baru.
Namun laporan tersebut tidak mempertimbangkan para penambang VTS yang beralih ke sumber energi lain.
Di sisi lain, Dewan Penambangan Bitcoin alias The Bitcoin Mining Council mengatakan, pada kuartal ketiga 2022, keseimbangan daya penambangan Bitcoin yang stabil adalah 59,4 persen, 3 persen lebih banyak dibandingkan tahun 2021.
Penambangan Bitcoin Rugikan Bumi
Laporan Gizchina, Kamis (12/1/2023) menyebut, penambangan Bitcoin dan mekanisme konsensus proof-of-work (PoW) belum diterima untuk penggunaan energi yang tinggi. Pesaing terdekat dengan jaringan Bitcoin adalah Ethereum, blockchain terbesar kedua.
Pada September lalu, sistem Ethereum mulai menggunakan mekanisme konsensus proof-of-stake. Langkah ini memungkinkan perusahaan untuk mengonsumsi energi 99,95 persen lebih sedikit di blockchain.
Penambangan Bitcoin Tak Bisa Rendah Emisi Karbon
Profesor keuangan di University of Western Australia Lee Smales memperingatkan, selama Bitcoin masih menggunakan konsensus proof-of-work, penambangannya tidak akan dapat mengonsumsi lebih sedikit energi.
"Bitcoin akan menarik lebih banyak publisitas buruk ke model PoW sekarang setelah 'penggabungan' tampaknya berhasil dengan baik," katanya.
Analis dari Forex Suggest mengatakan, aset kripto XRP ternyata mengonsumsi energi paling sedikit di antara 10 aset kripto teratas. Sebaliknya, blockchain Polygon menduduki peringkat kedua dalam hal emisi CO2.
Setahun sebelumnya, Litecoin berada di urutan kedua dalam daftar penyumbang emisi terbesar dari penambangannya. Semuanya saat itu berjalan pada konsensus PoW dan menghasilkan sekitar 522.400 ton CO2.
Aset kripto Bitcoin Cash, menempati urutan ketiga dengan jumlah emisi yang dihasilkan sebanyak 141.400 ton CO2.
Advertisement
Pencuri Kripto Dipenjara
Sebelumnya, seorang pria muda berusia 25 tahun terancam hukuman penjara karena perannya dalam penipuan kripto dengan nilai fantastis.
Bloomberg melaporkan, seorang hakim federal telah menghukum pria bernama Nicholas Truglia itu hingga 18 bulan penjara karena diduga mengambil bagian dalam skema yang mencuri kripto senilai US$ 22 juta atau Rp 339 miliar dari penasihat blockchain Michael Terpin pada 2018.
Kelompok kriminal disebut telah meminta Truglia untuk mengubah token Triggers yang dicuri dari Terpin menjadi Bitcoin setelah membobol telepon konsultan.
Mengutip Engadget, Sabtu (3/12/2022), Truglia digambarkan sebagai anggota kelompok kriminal besar yang sangat bergantung pada pertukaran SIM, atau mentransfer nomor telepon korban ke kartu SIM di bawah kendali penyerang, untuk merampok industri crypto.
Â
Hukuman Ringan karena Punya Spektrum Autisme
Terpin menuduh seorang remaja Negara Bagian New York memimpin kelompok pencuri kripto setelah penyelidikan pribadi dan berhasil mendapatkan kembali sebagian dari kerugiannya. Remaja itu adalah Truglia dan dua orang lainnya sebagai kaki tangannya.
Truglia adalah satu-satunya orang dalam kelompok kriminal yang dikenai tuntutan pidana, dan sudah menghadapi hukuman perdata hampir US$ 80 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun atas dugaan keterlibatannya.
Hukuman yang relatif ringan tampaknya dipengaruhi oleh autisme Truglia, yang menurut pengacara pembela Jeffrey Udell, membuat pelaku lebih sulit untuk memahami konsekuensi dari pencurian tersebut.
(Tin/Ysl)
Advertisement