Liputan6.com, Jakarta - Microsoft, dalam beberapa bulan terakhir, diketahui cukup agresif memperluas lini bisnis game-nya. Hal itu ditunjukkan lewat akuisisi studio game dengan nama besar, seperti Bethesda.
Tidak hanya Bethesda, Microsoft juga terang-terangan tengah menawar Activision Blizzard. Namun, rencana tersebut harus terganjal dengan regulasi.
Baca Juga
Terbaru, tidak hanya soal regulasi, sejumlah perusahaaan lain juga menyatakan kecemasannya terkait rencana Microsoft tersebut. Berdasarkan laporan Bloomberg, setidaknya ada dua perusahaan yang menyatakan hal tersebut, yakni Google dan Nvidia.
Advertisement
Mengutip informasi dari Gamerant, Selasa (17/1/2023), Google dan Nvidia berpendapat Microsoft dapat berpotensi mendapatkan keuntungan yang tidak adil dari ceruk pasar cloud, mobile game, hingga layanan berlangganan.
Lalu Nvidia secara khusus juga menekankan pentingnya untuk mendapatkan akses yang sama dalam sebuah game. Keduanya juga sudah melayangkan kekhawatiran tersebut secara resmi ke FTC (Federal Trade Commision) Amerika Serikat.
Sebelumnya, Sony sebagai pembesut PlayStation juga sempat menyatakan kekhawatiran serupa.
Perlu diketahui, FTC memang tengah mempertanyakan keputusan akuisisi ini, karena dianggap akan memberikan Microsoft kepemilikan pada beberapa judul game besar seperti Call of Duty, World of Warcraft, dan Candy Crush.
Kondisi tersebut membuat potensi persaingan di industri akan berkurang. Adapun uji untuk proses akuisisi ini akan dilakukan pada Agustus 2023.
Meski ada sejumlah kekhawatiran, akusisi Microsoft terhadap Activision Blizzard ini sudah disetujui oleh Brasil, Serbia, Arab Sauid, hingga Chili. Karenanya, untuk sekarang kepastian terkait akusisi ini masih perlu menunggu waktu.
Microsoft Akuisisi Activision Blizzard Seharga Rp 986 Triliun
Sebagai informasi, Microsoft mengumumkan telah secara resmi mengakuisisi studio gim kenamaan di dunia, yakni Activision Blizzard pada Januari 2022.
Adapun kesepakatan membeli penerbit gim Call of Duty, World of Warcraft, dan Diablo tersebut mencapai harga USD 68.7 miliar atau Rp 986 triliun.
Langkah Microsoft beli Activision Blizzard ini merupakan cara perusahaan bentukan Bill Gates itu bersaing dengan Sony dan Tencent di industri gim.
Mengutip The Verge, Rabu (19/1/2022), Microsoft sudah berencana untuk menambahkan deretan judul gim Activision ke Xbox Game Pass dan PC Game Pass setelah kesepakatan ini rampung.
“Setelah rampung, kami akan menawarkan sebanyak mungkin gim Activision Blizzard di dalam Xbox Game Pass dan PC Game Pass,” kata CEO Game Microsoft, Phil Spencer.
Advertisement
Siap Manjakan Pelanggan Xbox Game Pass
Lebih lanjut, Xbox Game Pass saat ini sudah memiliki 25 juta pelanggan. Agar dapat memuaskan player yang berlangganan dengan layanan mereka, Microsoft terus mengakuisisi studio untuk meningkatkan layanannya.
“Kami berinvestasi besar-besaran dalam konten, komunitas, dan cloud untuk mengantarkan era baru gim yang mengutamakan pemain dan pembuat konten," kata kata CEO Microsoft, Satya Nadella.
Tak hanya itu, dia juga menyebutkan, Microsoft ingin menjadikan gim aman bagi seluruh player, inklusif, dan dapat diakses oleh semua orang.”
Di sisi lain, Microsoft secara resmi mengumumkan bahwa mereka berhenti memproduksi salah satu konsol game-nya yaitu Xbox One.
Diketahui, Microsoft awalnya menghentikan Xbox One X dan Xbox One S digital sebelum peluncuran Xbox Series X. Mereka lalu diam-diam berhenti memproduksi Xbox One S di akhir 2020.
Microsoft Tuding Sony Bayar Pengembang Agar Tak Rilis Game di Xbox Game Pass
Sebelumnya, Microsoft baru saja mengungkap informasi mengejutkan tentang persaingan mereka dengan Sony. Perusahaan mengklaim, Sony membayar "hak pemblokiran" untuk mencegah pengembang game merilis gim buatan mereka ke Xbox Game Pass.
Pernyataan tersebut merupakan bagian dari dokumen yang diajukan ke regulator kompetisi nasional Brasil, dan bagian dari tinjauan akuisisi Microsoft atas Activision Blizzard.
"Kemampuan untuk menambah konten ke Game Pass terhambat oleh keinginan Sony untuk mengekang pertumbuhan itu," kata Microsoft ke Dewan Administratif untuk Pertahanan Ekonomi (CADE), sebagaimana dikutip dari The Verge, Minggu (14/8/2022).
"Sony membayar 'hak pemblokiran' untuk mencegah pengembang menambahkan konten mereka ke Game Pass dan layanan berlangganan pesaing lainnya," tambah Microsoft.
Pernyataan Microsoft ini dipakai untuk melawan klaim Sony, dimana tidak ada yang mampu menyaingi kesuksesan game Call of Duty di pasaran saat ini.
Mereka khawatir bila satu platform mengambil kepemilikannya, maka akan mempengaruhi pilihan konsol dimana konsumen dapat memainkan seri game tersebut.
Dokumen tersebut mencatat, Sony adalah bagian penting dari strategi PlayStation dan menyebut kekhawatiran perusahaan tentang eksklusivitas Activision "tidak koheren".
Microsoft juga menjelaskan, bagaimana Sony telah berusaha keras dengan membayar pengembang agar tidak merilis game buatan mereka di Xbox Game Pass.
(Dam/Isk)
Advertisement