Liputan6.com, Jakarta - Teknologi deepfake tidak dimungkiri terus berkembang semakin canggih. Terbaru, teknologi ini bisa 'menghidupkan kembali' Steve Jobs pendiri Apple yang telah meninggal pada 2011.
Mengutip informasi dari Gizmochina, Rabu (25/1/2023), Steve Jobs kembali hidup melalui rekayasa suara yang dibuat mirip dirinya dan ditampilkan dalam konten video singkat. Konten itu diunggah oleh akun YouTube Synthetic Voices beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Dalam video berjudul Steve Jobs on ChatGPTÂ : The Future of AI Communication itu, para penonton memang bisa mendengar suara mirip Steve Jobs tengah menjelaskan soal ChatGPT. Video berdurasi 1 menit 27 detik itu pun dengan segera menjadi perbincangan di Reddit.
Advertisement
Diketahui, suara mirip Steve Jobs itu dibuat menggunakan voice synthesizer berbasis machine learning, yakni elevenlabs.io. Sementara naskah video itu dibuat oleh ChatGPT yang tengah populer saat ini.
"ChatGPT merupakan piranti kecerdasan buatan sangat canggih bisa memahami dan merespons bahasa manusia dengan tingkat akurasi belum pernah ada sebelumnya," ujar suara hasil rekayasa tersebut.
Berbekal teknologi pengubah suara dan algoritma deep learning, suara rekayasa tersebut memang sangat terdengar mirip dengan Steve Jobs. Bahkan, suara rekayasa itu dapat meniru pembawaan sosok pendiri Apple tersebut saat tengah berbicara.
Akibat kemunculan video tersebut, diskusi mengenai masa depan kecerdasan buatan dan dampaknya bagi kehidupan manusia bermunculan. Beberapa di antaranya ada yang memuji perkembangan teknologi saat ini, tapi tidak sedikit pula yang mempertanyakannya.
Mereka yang mempertanyakan pengembangan teknologi ini banyak menyorot mengenai persoalan etis pada penggunaan kecerdasan buatan. Terlebih, jika teknologi semacam ini dibuat untuk meniru seseorang tanpa izin mereka terlebih dulu, seperti pendiri Apple ini.
Mengenal ChatGPT, Bot Pintar Buatan OpenAI yang Bisa Jawab Pertanyaan Nyeleneh
Untuk diketahui, perkembangan kecerdasan buatan tidak dimungkiri telah begitu pesat dalam beberapa tahun terakhir. Terbaru, ada ChatGPT yang berhasil menarik perhatian publik.
Alasannya, bot berbasis kecerdasan buatan ini disebut memiliki kemampuan menjawab pertanyaan yang lebih baik dibandingkan mesin penelusuran lain. Dikutip dari The Guardian, ChatGPT merupakan kecerdasan buatan yang dikembangkan OpenAI.
Sebagai informasi, OpenAI merupakan yayasan kecerdasan buatan yang dibuat oleh Elon Musk. OpenAI menyebut kecerdasan buatan ini dikembangkan dengan berfokus pada kemudahan penggunaan.
"Format dialog memungkinkan ChatGPT menjawab pertanyaan tindak lanjut, mengakui kesalahannya, menantang premis yang salah, dan menolak permintaan tidak pantas," tulis OpenAI dalam unggahan saat ChatGPT rilis.
Selain itu, berbeda dari kecerdasan buatan sebelumnya, ChatGPT kini dirilis untuk semua orang dan gratis selama masa percobaan. Perusahaan berharap umpan balik yang diberikan pengguna bisa meningkatkan kemampuan kecerdasan buatan ini.
Â
Advertisement
Kemampuan ChatGPT
Salah satu kemampuan ChatGPT yang menarik adalah bisa mengenali pertanyaan yang dibuat-buat dengan lebih baik. Sebagai contoh, kecerdasan buatan ini dapat menjawab pertanyaan mengada-ada seperti kapan Columbus tiba di Amerika pada 2015.
Pada versi terdahulu, sistem ini bisa menampilkan hasil penelusuran yang fiktif. Namun, ChatGPT dapat mengenali pertanyaan itu mengada-ada dan memperingatkan jawaban apa pun adalah fiktif.
Sistem ini juga mampu menolak menjawab pertanyaan. Misalnya, saat pengguna minta saran untuk mencuri mobil, kecerdasan buatan ini bisa menjawab 'mencuri mobil adalah kejahatan serius yang dapat menimbulkan konsekuensi parah', dan menyarankan untuk 'menggunakan transportasi umum'.
Meski memiliki kemampuan yang menjanjikan, bot ini tetap mempunyai batasan. Mengingat pelatihan data kecerdasan buatan ini kebanyakan mengambil informasi hingga 2021, informasi yang ditampilkan kadang tidak terlalu aktual.
Menjajal Kemampuan ChatGPT
Kendati demikian, ChatGPT saat ini belum bisa menjelajah internet atau mengakses informasi eksternal. Karenanya, sistem ini baru memberikan jawaban atau saran untuk pertanyaan yang lebih bersifat lokal, seperti rekomendasi restoran di kota tertentu.
Dalam melatih kecerdasan buatan ini, tim pengembang mengambil banyak teks yang diambil dari internet, tapi pengumpulan itu tidak mendapat izin eksplisit dari penulis materi yang dipakai. Hal ini pun menimbulkan kontroversi, karena berpotensi melanggar hak cipta.
Untuk menjajal kemampuan bot ini, pengguna tinggal mengakses situs resmi OpenAI. Dari situ, mereka tinggal memilih opsi 'Try ChatGPT', lalu login untuk mulai mengajukan pertanyaan.
Di sisi lain, nilai pasar kecerdasan buatan (AI) di seluruh dunia, termasuk perangkat lunak, perangkat keras, dan layanan untuk aplikasi Artificial Intelligence sentris dan Artificial Intelligence non-sentris, mencapai USD 383,3 miliar pada tahun 2021.
(Dam/Ysl)
Advertisement