Liputan6.com, Jakarta - OpenAI akhirnya memperkenalkan layanan berbayar untuk chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mereka yang sedang naik daun, ChatGPT.
Dalam pengumumannya, layanan bernama ChatGPT Plus ini akan dirilis terlebih dulu untuk konsumen di Amerika Serikat, dengan harga USD 20 (sekitar Rp 300 ribu) per bulan.
Baca Juga
Dikutip dari pengumuman di blog-nya, Jumat (3/2/2023), ada beberapa kelebihan yang ditawarkan untuk pengguna ChatGPT Plus.
Advertisement
Pelanggan ChatGPT Plus akan mendapatkan akses secara publik ke ChatGPT di saat jam-jam sibuk. Pelanggan juga akan menerima waktu respon lebih cepat, serta akses prioritas ke fitur dan peningkatan baru.
OpenAI akan memulai proses undangan ke orang-orang dari waitlist yang sudah mereka rilis, selama beberapa pekan ke depan. Perusahaan juga berencana memperluas akses dan dukungan ke layanan ini untuk lebih banyak negara dan wilayah di kemudian hari.
Meski begitu, OpenAI mengatakan mereka masih akan terus menawarkan akses gratis ke chatbot AIÂ ChatGPT.
"Kami mencintai pengguna gratis kami dan akan terus menawarkan akses gratis ke ChatGPT. Dengan menawarkan harga langganan ini, kami dapat membantu mendukung ketersediaan akses gratis kepada sebanyak mungkin orang."
Kabar ChatGPT berbayar memang sudah santer terdengar beberapa waktu lalu, saat OpenAI mengatakan mulai berpikir untuk memonetisasi chatbot AI yang sedang banyak dibicarakan itu.
Memastikan Kelangsungan ChatGPT
Perusahaan mengatakan, hal ini adalah salah satu cara untuk memastikan kelangsungkan jangka panjang dari alat tersebut. OpenAI juga sudah membagikan tautan untuk waitlist atau daftar tunggu, yang berisi berbagai pertanyaan mengenai preferensi pembayaran.
Salah satunya adalah soal kira-kira harga chatbot ChatGPT per bulan, yang menurut pengguna tidak terlalu mahal, sehingga seseorang akan mempertimbangkan untuk berlangganan.
Selain itu, daftar tunggu juga menguraikan keuntungan ChatGPT berbayar seperti di antaranya tidak ada jendela "blackout" atau semuanya tersedia, tidak ada pembatasan, dan jumlah pesan yang tidak terbatas.
OpenAI di sisi lain juga baru saja mengumumkan sebuah tools yang dibuat, untuk mengenali apakah teks tersebut dibuat oleh manusia atau AI mirip dengan teknologi ChatGPT.
Advertisement
OpenAI Bikin Alat untuk Deteksi Teks Buatan AI atau Manusia
Tools ini hadir dua bulan setelah startup penelitian kecerdasaran buatan OpenAI ini memperkenalkan chatbot bernama ChatGPT.
Kehadiran ChatGPT ini bukannya tanpa ada masalah. Beberapa diantaranya masalah plagiarisme dan konten curian juga menjadi perhatian dan ditakutkan oleh banyak pihak terkait teknologi ChatGPT ini.
"GPT-Classifier dirancang untuk mendeteksi dan mengenali apakah teks yang dibaca adalah karya ChatGPT atau buatan teknologi AI GPT lainnya," tulis OpenAI di blog perusahaan, Rabu (2/1/2023).
Perusahaan menjelaskan, tool GPT-Classifier saat ini baru bisa mengidentifikasi dengan benar 26 persen teks tulisan AI. "Sementara itu melabeli 9 persen teks manusia sebagai tulisan AI," katanya.
Akurasi Tools Akan Meningkat
OpenAI juga mencatat, akurasi tool ini akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah teks yang ditulis. Sayangnya, tool GPT-Classifier ini baru bisa mendeteksi teks yang ditulis menggunakan bahasa Inggris.
"Pekerjaan kami dalam mendeteksi teks yang ditulis AI akan terus berlanjut, dan berharap dapat memberikan hasil lebih di masa mendatang," tulis Hendrik Kirchner, Ahmad, Aaronson, dan Leike.
Walau fungsi dan fitur GPT-Classifier ini masih terbatas, permintaan untuk tool pendeteksi ChatGPT atau lainnya ini sangat dinanti oleh banyak pihak.
Kreator ChatGPT ini juga berkomitmen untuk membuat dan merilis tool deteksi GPT ini secara gratis untuk dipakai pelajar, penulis, programer, dan lainnya.
(Dio/Ysl)
Advertisement