Liputan6.com, Jakarta - Sam Altman, CEO dari perusahaan teknologi artificial intelligence (AI), OpenAI, mengatakan bahwa saat ini penting untuk meregulasi kecerdasan buatan.
Hal ini dinyatakan oleh CEO OpenAI itu dalam sebuah utas beberapa waktu lalu. Menurutnya, adaptasi ke dunia yang terintegrasi alat-alat AI mungkin akan terjadi dengan sangat cepat.
Baca Juga
Mengutip dari akun resminya @sama, Sabtu (25/2/2023), menurut CEO dari perusahaan pengembang ChatGPT itu, alat-alat ini akan membantu orang-orang untuk lebih produktif, lebih sehat, lebih pintar, dan lebih menghibur.
Advertisement
Altman pun juga mengatakan transisi semacam ini sebagian besar baik dan bisa terjadi dengan cepat, seperti perubahan yang terjadi dari dunia pra-smartphone ke post-smartphone.
"Namun transisi akan terjadi dengan sangat cepat, di mana ini menakutkan--masyarakat membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan sesuatu yang begitu besar," kata Sam Altman.
Menurutnya, dibutuhkan waktu yang cukup bagi institusi-institusi untuk mencari tahu apa yang harus mereka lakukan.
"Regulasi akan sangat penting dan akan butuh waktu untuk mencari tahu; meskipun alat AI generasi sekarang tidak terlalu menakutkan, saya pikir kita mungkin tidak terlalu jauh dari yang berpotensi menakutkan," cuitnya.
Mengutip dari Business Insider, Altmansudah berbicara soal meregulasi AI sejak 2015. Dia juga sempat menuliskan soal ini pada awal Maret 2015, melalui blog-nya.
OpenAI Sebut ChatGPT Harus Diatur
Cuitan Sam Altman pada Minggu pekan lalu ini juga menggaungkan komentar yang dibuat oleh CTO OpenAI Mira Murati, yang dalam wawancaranya dengan majalah Time, bahwa ChatGPT harus diatur karena berpotensi disalahgunakan.
Menurut Murati "tidak terlalu dini" untuk mengatur chatbot AI besutan mereka itu.
Pernyataan yang hampir mirip juga sebelumnya dilontarkan oleh Elon Musk. Berkaca dari perkembangan ChatGPT, bos Twitter itu khawatir perkembangan AI yang tak terkendali bisa mengancam umat manusia.
Bos Tesla dan SpaceX itu pun juga meminta agar pemerintah dapat segera mengembangkan safety net atau pagar pengaman sehubungan dengan populeritas ChatGPT dan lainnya.
Pernyataan ini diungkap oleh bos Twitter, Tesla, dan SpaceX saat menghadiri World Goverment Summit di Dubai secara virtual.
Advertisement
Elon Musk Sebut AI Dampak Positif dan Negatif
"Salah satu risiko terbesar bagi masa depan peradaban adalah AI. Tapi AI itu ada dampak positif dan negatif--teknologi ini memiliki potensi besar, kemampuan besar, tetapi juga memiliki bahaya besar," kata Elon Musk.
Ucapan Elon Musk ini terbilang cukup menarik, mengingat dirinya ikut andil mendirikan perusahaan OpenAI di balik pengembangan ChatGPT.
"Sebagai contoh, penemuan fisika nuklir berujung pada pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir tetapi juga bom nuklir," katanya.
Menurut Musk, seperti dikutip dari Business Insider, memang perlu diatur tentang keamanan AI. Meski peraturan mungkin sedikit memperlambat kecerdasan buatan, tapi baginya, hal itu juga mungkin merupakan sesuatu yang baik.
Pejabat PBB Ingatkan AI Bisa Berisiko bagi HAM
Di sisi lain, Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa/ PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM), mengingatkan bahwa kecerdasan buatan atau artifical intelligence (AI), juga bisa memunculkan risiko terhadap HAM.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan HAM Volker Turk.
"Saya sangat terganggu oleh potensi bahaya dari kemajuan terbaru dalam kecerdasan buatan. Agensi manusia, martabat manusia, dan semua hak asasi manusia dalam risiko serius," ujarnya.
Mengutip Twitter UN Human Rights, Selasa (21/2/2023), Turk menyebut sekarang ada panggilan yang mendesak kepada bisnis dan pemerintah, untuk mengembangkan pagar pengaman efektif dengan cepat yang sangat dibutuhkan.
"Kami akan mengikuti ini dengan cermat, memberikan keahlian khusus kami dan memastikan dimensi hak asasi manusia tetap menjadi inti dari bagaimana hal ini berjalan," imbuh Turk.
(Dio/isk)
Advertisement