Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, warganet dibuat terkejut dengan beredarnya iklan aplikasi deepfake yang menampilkan aktris Emma Watson.
Dalam video iklan tersebut, Emma Watson ditampilkan dengan tatapan sensual ke arah kamera sembari berlutut seakan ingin melakukan aktivitas seksual.
Baca Juga
Nyatanya, aplikasi bernama FaceMega ini menggunakan teknologi video penukar wajah deepfake untuk mengiklankan platform-nya.
Advertisement
Selain Emma Watson, sejumlah wajah tokoh terkenal juga dicatut oleh si pembuat aplikasi tersebut. Hingga berita ini ditulis, aplikasi FaceMega ini sudah ditendang dari App Store dan Play Store.
Dengan semakin canggih dan mudah diakses, apa itu deepfake dan seberapa berbahayanya teknologi ini?
Deepfake adalah video rekayasa atau materi digital yang dibuat melibatkan orang-orang dan dibuat dengan neural network.
Dalam pembuatannya, alih-alih memakai teknik pengeditan gambar tradisional, penggunaan deep learning menggeser kebutuhan akan keterampilan dan membuat gambar atau suara palsu lebih meyakinkan.
Ilmuwan Data Utama di Kaspersky, Vladislav Tuskanov, mengatakan, deepfake merupakan contoh utama dari teknologi yang berkembang lebih cepat dari pemahaman manusia dan cara mengelola komplikasinya.
"Deepfake dianggap memiliki dua sudut pandang. Di satu sisi, sebagai instrumen tambahan bagi seniman, dan kedua, memberi celah untuk disinformasi yang dapat menjadi tantangan bagi masyarakat, mengenai apa yang kita percayai," kata Tuskanov.
Mulanya, deepfake merujuk pada istilah software tertentu yang mendapatkan popularitas di Reddit.
Software ini menanamkan wajah seseorang ke video yang menampilkan orang lain. Hampir seluruhnya dipakai untuk membuat pornografi non-konsensual dengan selebritas.
Cara Kenali Bahaya Deepfake Jelang Pemilu 2024
Jelang pemilu 2024, ancaman deepfake sulit untuk dihindari. Menanggapi hal ini, Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan meminta masyarakat untuk tidak langsung percaya hanya pada satu informasi.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat bisa menghindari konten manipulasi deepfake.
"Jadi masyarakat perlu mengkombinasikan sumber-sumber informasi, tidak hanya pada satu macam saja," ujar Firman dikutip dari laman Antara, Rabu (15/3/2023).
Keberadaan deepfake dinilai membuka peluang timbulnya disinformasi di tengah masyarakat. Konten-konten deepfake diyakini akan semakin banyak ditemukan, khususnya di tahun politik seperti saat ini.
Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024, konten-konten deepfake berpotensi digunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk saling menjatuhkan antar kandidat peserta pemilu.
Untuk terhindar dari konten tersebut, Firman meminta masyarakat untuk lebih selektif dalam memilah Informasi yang diperoleh.
Masyarakat diminta tidak terpaku dan langsung percaya terhadap informasi yang diperoleh hanya dari satu sumber. Hal itu, kata dia, penting untuk terhindar dari filter bubble maupun echo chamber.
"Kalau sumber informasinya dibaca oleh algoritma satu macam, itu akan terjebak yang namanya filter bubble dan echo chamber," kata Firman.
Firman menyebut, "Jadi dia masuk ke sebuah ruangan berisi dengan informasi-informasi sejenis. Dia mengira itulah kenyataan tentang kandidat yang saya dukung, padahal kalau kita pakai sumber informasi yang lain, itu bisa jadi bunyinya akan lain, dan itu perlu keterbukaan pikiran untuk memahami."
Advertisement
Cara Kerja Deepfake
Deepfake dapat menghasilkan konten tiruan dengan mempelajari foto dan video dari sosok tertentu, dari berbagai sudut pandang dan meniru gerak-gerik tubuh dan gerakan bibirnya.
Ketika materi awal palsu sudah dibuat, sebuah metode yang disebut Generative Adversarial Networks (GANs) bisa membuatnya jadi makin terlihat asli.
"Proses GAN mendeteksi kekurangan sehingga bisa membuat video terlihat sempurna," kata Paul Barret, profesor hukum di Universitas New York, sebagaimana dikutip dari Merdeka.com, Rabu (15/3/2023).
Perusahaan AI Deeptrace menemukan, ada 15.000 video deepfake online pada September 2019, hampir dua kali lipat selama sembilan bulan.
Dimana 96 persen video tersebut adalah pornografi dan 99 persen dari mereka memetakan wajah dari selebritas wanita hingga bintang porno.
Dengan cara ini, memungkinkan orang tidak terampil membuat deepfake dengan beberapa foto, video palsu cenderung menyebar ke luar dunia selebritas untuk memicu pornografi balas dendam.
Seperti yang dikatakan oleh Danielle Citron, seorang profesor hukum di Boston University, "Teknologi deepfake sedang dipersenjatai untuk melawan wanita." Di luar pornografi, ada banyak spoof, sindiran, dan kenakalan.
Cara Mengenali Deepfake Jelang Pemilu 2024
Berikut adalah cara pengguna bisa mengenali deepfake, seperti dikutip dari keterangan Kaspersky, Kamis (9/6/2022).
- Deepfake yang meyakinkan, seperti yang menampilkan Tom Cruise masih membutuhkan banyak keahlian dan upaya, bahkan bagi peniru profesional sekalipun.
Deepfake yang dipakai untuk scam masih cenderung berkualitas rendah. Pengguna bisa memperhatikan gerakan bibir yang tidak wajar, rambut yang dibuat dengan buruk, bentuk wajah tidak selaras, sedikit atau tidak ada kedipan, warna kulit yang tidak cocok, dan lain-lain.
Kesalahan dalam rendering pakaian atau tangan yang melewati wadah juga bisa memperlihatkan betapa amatirnya sebuah deepfake.
- Jika kamu melihat orang terkenal/ publik membuat klaim palsu atau penawaran yang terlalu baik, meski videonya meyakinkan, pastikan untuk meng-cross check informasi melalui sumber terpercaya.
Perhatikan penipu dapat sengaja membuat kode video untuk menyembunyikan kekurangan deepfake.
Jadi, strategi terbaik bukanlah menatap video untuk mencari petunjuk, tetapi memakai akal sehat dan keterampilan memeriksa fakta.
- Terapkan solusi keamanan terpercaya. Pasalnya, deepfake berkualitas tinggi meyakinkan pengguna untuk mengunduh file atau program berbahaya, atau mengunjungi situs web phishing mencurigakan.
- Jika pengguna jadi korban deepfake pornografi, pengguna bisa menghubungi kedua situs web untuk meminta video tersebut dihapus.
Pengguna juga bisa datang ke lembaga penegak hukum, karena dalam beberapa peraturan perundang-undangan, membuat deepfake adalah tindak pidana.
(Ysl/Dam)
Advertisement