Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara adalah masalah kesehatan yang tersebar luas dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) memperkirakan bahwa polusi udara menyebabkan lebih dari 4 juta kematian dini setiap tahunnya.
Namun, kualitas udara tidak selalu diukur secara memadai. Para peneliti Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah mengembangkan detektor polusi udara berbiaya rendah yang bersifat open source dan berbiaya rendah yang disebut Flatburn, yang memungkinkan orang untuk melacak kualitas udara secara lebih luas.
Baca Juga
Flatburn dapat dibuat dengan menggunakan komponen yang tidak mahal atau dengan pencetakan 3D, dan para peneliti telah menguji dan mengkalibrasi alat ini dibandingkan dengan mesin-mesin canggih yang sudah ada. Mereka merilis semua informasi tentang Flatburn secara terbuka, termasuk instruksi tentang cara membuatnya, menggunakannya, dan menginterpretasikan data yang alat ini hasilkan.
Advertisement
Menurut Carlo Ratti, direktur Senseable City Lab di MIT, "Tujuannya adalah agar kelompok masyarakat atau warga negara perorangan di mana pun dapat mengukur polusi udara setempat, mengidentifikasi sumbernya, dan, idealnya, menciptakan umpan balik dengan para pejabat dan pemangku kepentingan untuk menciptakan kondisi yang lebih bersih."
Sementara itu, peneliti di Senseable City Lab dan salah satu penulis makalah penelitian ini, Simone Mora, mengatakan bahwa dia dan timnya telah melakukan beberapa uji coba di berbagai lokasi.
"Kami telah menyempurnakan serangkaian prototipe, dengan perangkat keras, perangkat lunak, dan protokol, untuk memastikan bahwa data yang kami kumpulkan kuat dari sudut pandang ilmu lingkungan," ujar Mora.
Â
Proyek City Scanner
Perangkat Flatburn adalah bagian dari proyek yang lebih besar yang dikenal sebagai City Scanner, yang menggunakan perangkat seluler untuk memahami kehidupan perkotaan dengan lebih baik.
Para peneliti berharap bahwa rilis Flatburn secara terbuka akan mendorong kelompok-kelompok akar rumput dan komunitas di negara-negara yang kurang berkembang untuk membangun dan berbagi pengetahuan.
Makalah yang berjudul "Leveraging Machine Learning Algorithms to Advance Low-Cost Air Sensor Calibration in Stationary and Mobile Settings" itu terbit di jurnal Atmospheric Environment.
Konsep Flatburn di Senseable City Lab berawal pada tahun 2017 ketika para peneliti MIT mulai membuat prototipe detektor polusi bergerak untuk digunakan pada truk sampah di Cambridge, Massachusetts.
Detektor ini bertenaga baterai dan dapat diisi ulang dari sumber listrik atau panel surya, dengan data yang disimpan pada kartu yang dapat diakses dari jarak jauh.
Â
Advertisement
Pengujian NYC dan Boston
Perpanjangan proyek saat ini melibatkan pengujian perangkat di New York City dan wilayah Boston, membandingkan kinerjanya dengan sistem pendeteksi polusi yang sudah ada. Detektor dipasang untuk mengukur konsentrasi partikel halus serta nitrogen dioksida, di area seluas sekitar 10 meter.
Tim peneliti menemukan bahwa detektor bergerak memperkirakan konsentrasi materi partikulat halus yang lebih rendah daripada perangkat yang sudah digunakan, tetapi dengan korelasi yang cukup kuat untuk menghasilkan hasil yang dapat diandalkan dengan penyesuaian kondisi cuaca dan faktor lainnya.
Para peneliti juga mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin harus dihadapi orang ketika menggunakan detektor Flatburn, termasuk "drift", yang mengacu pada perubahan pembacaan detektor secara bertahap dari waktu ke waktu, dan "penuaan", yang merupakan kerusakan yang lebih mendasar dari kondisi fisik unit.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, para peneliti percaya bahwa unit-unit ini akan berfungsi dengan baik dan menyediakan instruksi lengkap dalam rilis Flatburn sebagai alat sumber terbuka. Mereka bertujuan untuk mendemokratisasi data lingkungan dan mendorong masyarakat untuk terlibat dengan para pejabat untuk memproses hasil dan mencoba untuk membentuk tindakan.
Infografis Penyebab Buruknya Kualitas Udara di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement