Sukses

Apa Itu MQ-9 Reaper, Drone AS yang Ditabrak Jet Rusia di Laut Hitam

Berikut ini adalah penjelasan tentang apa itu MQ-9 Reaper, drone yang ditabrak jet Rusia di atas Laut Hitam, dan negara-negara mana saja yang pakai.

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan politik Amerika Serikat dan Rusia semakin memanas, setelah baru-baru ini sebuah peristiwa tak terduga terjadi di atas Laut Hitam dimana jet Rusia tabrak drone AS.

Dalam video yang diungkap oleh pihak Pentagon, terlihat bagaimana jet tempur milik Rusia itu dengan sengaja membuang bahan bakar di atas dan menabrak drone AS MQ-9 Reaper.

Walau pertempuran jarak dekat antara pesawat milik AS dan Rusia bukan hal aneh, insiden yang terjadi pada Selasa 14 Maret 2023 itu memaksa drone harus mendarat di laut.

Diketahui, pemakaian drone atau kendara udara tak berawak (unmanned aerial vehicles, UAV), di dalam dan sekitar zona perang sendiri sudah lumrah berlangsung selama beberapaa dekade ini.

Namun, banyak pihak yang penasaran dengan apa itu MQ-9 Reaper, drone yang ditabrak jet Rusia di atas Laut Hitam.

Apa itu drone MQ-9 Reaper

MQ-9 Reaper adalah drone atau pesawat nirawak yang diproduksi oleh kontraktor militer, yakni General Atomics.

Seperti drone pada umumnya, pesawaat ini dioperasikan dari jarak jauh oleh tim dua orang--atau lebih--yang terdiri dari pilot dan awak pesawat bertugas untuk mengoperasikan sensor dan memandu senjata.

Mengutip laporan Angkatan Udara Amerika Serikat via The Guardian, Jumat (17/3/2023), drone MQ-9 Reaper memiliki panjang 11 meter dengan lebar sayap lebih dari 22 meter.

 

2 dari 4 halaman

Fungsi MQ-9 Reaper

<p>Amerika Serikat mengklaim jet tempur Rusia menghantam baling-baling pesawat pengintainya MQ-9 Reaper di wilayah perairan internasional Laut Hitam. (Dok. AFP)</p>

Angkatan Udara AS mengatakan, penggunaan drone ini adalah sebagai aset berharga untuk mengumpulkan intelijen atau informasi.

Selain itu, drone ini juga memiliki kemampuan untuk melakukan serangan presisi terhadap target penting.

Disebutkan, Reaper mampu membawa 16 rudaal Hellfire yang setara dengan kapasitas muatan helikopter Apache.

Reaper, dan drone lainnya dapat terbang di ketinggian hingga 50,000 kaki atau 15 km dan keliaran di atas target kurang lebih selama 24 jam.

Dengan ini, Reaper sering digunakan untuk misi pengawaasan untuk mengumpulkan informasi di area berbahaya atau zona merah.

Selama 2018, MQ-9 Reaper telah mengantongo total jam terbang hingga 325.000 jam untuk angkatan udara AS, dimanaa 91 persen kegiatannya untuk mendukung operasi tempur.

 

3 dari 4 halaman

Drone Sering Dipakai oleh Pemerintah

<p>Jet Rusia tabrak drone AS di atas Laut Hitam. (Doc: U.S. European Command/ YouTube)</p>

Informasi, UAV telah digunakan secara reguler sejak 1995. Kala itu, pendahulu Reaper, Predator, dikerahkan untuk mendukung serangan udara NATO di Serbia.

Predator mendapatkan ketenaran selama perang Irak dan Afghanistan, di mana ia memperoleh reputasi karena menimbulkan banyak korban sipil dalam apa yang disebut "serangan presisi".

Predator telah pensiun pada tahun 2017, ketika Reaper menjadi pesawat tak berawak utama angkatan udara AS.

Penggunaan UAV sekarang begitu meluas sehingga pada tahun 2017, angkatan udara AS memiliki lebih banyak pekerjaan untuk operator drone daripada jenis pilot lainnya.

Saat itu ada 1.000 pilot drone dibandingkan dengan 889 penerbang yang mengemudikan pesawat angkut C-17 dan 803 penerbang F-16.

4 dari 4 halaman

Negara yang Pakai Drone Reaper

Selain algojo, pesawat mata-mata Inggris jenis reaper itu juga menangkap sejumlah tahanan ISIS.

Amerika Serikat menjadi negara utama yang menggunakan dan membeli drone Reaper. Menurut laporan Congressional Research Service, angkatan udara AS telah 'mengontrak' 366 Reaper sejak 2007 dengan biaya rata-rata USD 28 juta.

Negara Inggris juga pernah mengerahkan Reaper untuk mendukung operasi militernya selama beberapa tahun. RAF saat ini memiliki sembilan Reaper aktif.

Prancis, Italia,, Spanyol, India, Jepang, dan Belanda juga diketahui mengoperasikan drone Reaper.

Selain itu, banyak negara lain telah mengerahkan UAV dengan desain berbeda. Pakistan dan Turki telah mengembangkan program mereka sendiri.

Disebutkan, Turki menggunakan drone untuk melawan kelompok Kurdi di negaranya sendiri dan Irak utara.

Sementara, China mulai memasok drone ke beberapa negara di dunia, termasuk UEA, Mesir, Nigeria, Arab Saudi, dan Irak.

(Ysl/Isk)

Video Terkini