Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak penyandang disabilitas membutuhkan dukungan lebih besar untuk menavigasi risiko di internet dan mengelola kehidupan digital mereka, menurut penelitian baru yang dipimpin oleh University of East Anglia.
Meskipun komunitas daring dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi anak-anak ini, mereka juga menghadapi risiko bahaya online yang lebih besar dibandingkan teman sebayanya.
Baca Juga
Penelitian ini menunjukkan bahwa para profesional, seperti guru, terapis wicara dan bahasa, serta pekerja sosial, sering kali gagal memberikan dukungan yang memadai bagi anak-anak penyandang disabilitas saat mereka beraktivitas di dunia maya, sehingga menghambat akses mereka ke dukungan ketahanan digital.
Advertisement
Ketahanan digital mengacu pada kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan pulih dari pengalaman berisiko saat online, seperti perundungan, pesan seksual, dan disinformasi.
Penelitian yang dilakukan bekerja sama dengan University of Liverpool ini mengajak para profesional untuk memberikan dukungan yang lebih baik dalam mempromosikan ketahanan digital dan melawan ketidaksetaraan digital bagi penyandang disabilitas.
Temuan ini sangat penting karena draf terbaru dari RUU Keamanan Online di Inggris mendekati akhir pengesahannya di Parlemen.
Meskipun rancangan undang-undang tersebut menempatkan tanggung jawab yang lebih besar pada perusahaan teknologi untuk melindungi pengguna, termasuk anak-anak, hal ini tidak mungkin menghilangkan semua risiko dari kehidupan online.
Hal ini menyoroti pentingnya mengedukasi kelompok rentan, seperti anak-anak penyandang disabilitas, tentang risiko online.
Â
Saran peneliti
Penulis utama Dr. Simon P. Hammond menekankan jumlah waktu yang dihabiskan oleh para pendidik untuk menangani kejadian-kejadian perlindungan yang tidak terduga, yang merupakan kontributor utama terhadap beban kerja mereka yang tinggi dan penuh tekanan.
Studi ini menyoroti perlunya para profesional pendidikan menginvestasikan waktu untuk membangun dan memelihara hubungan dalam komunitas mereka untuk mendukung anak-anak penyandang disabilitas secara online.
Jeanette D'Arcy dari University of Liverpool menekankan pentingnya memberikan dukungan untuk mengatasi kesenjangan struktural di antara para profesional yang terlibat dalam mendukung anak-anak penyandang disabilitas.
Sementara itu, Dr. Hammond menambahkan bahwa dukungan dari anggota masyarakat lainnya juga sangat penting untuk mendorong ketahanan digital dan memastikan bahwa anak-anak penyandang disabilitas menerima dukungan yang cukup untuk mengenali, mengelola, dan pulih dari risiko online.
Â
Advertisement
Wawancara semi-terstruktur
Penelitian ini melibatkan 30 wawancara daring semi-terstruktur dengan para profesional yang mendukung anak-anak penyandang disabilitas di Inggris.
Temuan ini menggambarkan bahwa para profesional harus memeriksa sumber daya dan aset masyarakat, serta bertindak sebagai 'perantara penghubung' untuk mengaktifkan dan menyediakan akses ke berbagai aset untuk membangun ketahanan digital di tingkat masyarakat, dan juga untuk individu.
Penelitian ini didanai oleh Internet Matters, sebuah organisasi yang menyediakan sumber daya, informasi, dan dukungan untuk menjaga anak-anak tetap aman di dunia maya.
Kepala Kebijakan dan Penelitian Simone Vibert mengatakan bahwa data secara konsisten menunjukkan bahwa anak-anak yang rentan secara offline, termasuk mereka yang memiliki disabilitas, juga lebih rentan secara online dan membutuhkan dukungan khusus untuk meningkatkan ketahanan mereka.
Vibert juga menambahkan bahwa pendidik dan profesional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan anak-anak dan dapat memainkan peran penting dalam membantu anak-anak menavigasi risiko online agar dapat menikmati manfaat teknologi dengan aman.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Advertisement