Sukses

Peneliti Kembangkan Lengan Robot Mirip Belalai Gajah

Para peneliti Universitas Saarland yang dipimpin oleh Profesor Stefan Seelecke mengembangkan lengan robot yang terinspirasi oleh belalai gajah

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Universitas Saarland yang dipimpin oleh Profesor Stefan Seelecke mengembangkan lengan robot yang terinspirasi oleh belalai gajah.

Tidak seperti robot industri tradisional dengan lengan logam yang berat dan diartikulasikan, belalai yang lembut dan lentur ini tidak terikat pada sendi besar, yang berarti dapat berayun, bergoyang, dan menekuk ke segala arah.

Otot-otot buatan perangkat berinteraksi satu sama lain untuk menciptakan struktur yang seluruhnya terbuat dari polimer pintar dan membentuk paduan memori. Batangnya tidak memiliki tulang atau kerangka logam kaku, sehingga ia lebih ringan, lebih fleksibel, dan lebih senyap daripada lengan logam yang berat.

Para peneliti mengatakan bahwa teknologi ini berkelanjutan dan hemat biaya karena mengandalkan sedikit daya listrik.

Bahan pintar dan otot buatan yang terbuat dari kawat nikel-titanium yang dapat berkontraksi dan mengendur sesuai perintah adalah teknologi inti yang digunakan di dalam desain lengan robot ini. Memanaskan kawat akan mengerutkannya, sementara mendinginkannya akan mengembalikannya ke panjang semula.

Batang robotik terdiri dari banyak untaian otot buatan, dengan masing-masing terdiri dari seikat kawat memori bentuk sangat halus yang menyediakan area permukaan yang luas untuk perpindahan panas, yang memastikan mereka mengendur lebih cepat setelah kontraksi.

Dengan memasukkan bundel kawat melalui serangkaian cakram plastik tipis bundar, para peneliti menciptakan segmen struktur seperti batang.

2 dari 4 halaman

Sifat Sensorik

Para peneliti dapat membuat batang tubuh melentur dengan mengalirkan arus listrik ke otot-ototnya. Memendekkan untaian otot buatan di satu sisi segmen otot menyebabkan batang tubuh membengkok ke arah luar pada sudut yang diinginkan.

Otot-otot buatan dibuat untuk melentur dan memanjang untuk menciptakan urutan gerakan yang mengalir dengan mengontrol bagaimana kumpulan kawat individu diaktifkan.

Otot buatan memiliki sifat sensorik, yang membuatnya mampu bertindak sebagai sistem saraf internal tanpa memerlukan sensor tambahan.

Setiap distorsi pada kabel menyebabkan perubahan hambatan listrik, sehingga memungkinkan tim untuk menetapkan nilai hambatan yang tepat untuk setiap deformasi spesifik dari kabel.

Tim ini memamerkan prototipe belalai sepanjang 30 cm di Hannover Messe tahun ini. Ini akan mendemonstrasikan kemampuan belalai, yang otot dan sarafnya terbuat dari kumpulan kawat nikel-titanium.

Para peneliti mengatakan bahwa teknologi yang mereka kembangkan dapat diskalakan dan dapat digunakan pada lengan robot yang besar untuk aplikasi industri.

 

3 dari 4 halaman

Ramah Lingkungan

Profesor Motzki, yang bekerja sama dengan Stefan Seelecke, mengatakan bahwa kawat-kawat tersebut memiliki kerapatan energi tertinggi dari semua mekanisme penggerak yang diketahui dan dapat menghasilkan gaya tarik yang besar. Hal ini memungkinkan tim untuk membangun teknologi penggerak yang kuat di ruang kecil, yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.

Batang robot bisa menjadi pengubah permainan untuk robot industri karena dapat berayun, bergoyang, dan menekuk ke segala arah, membuatnya lebih fleksibel dan mudah beradaptasi daripada lengan logam berat tradisional.

Bobotnya yang ringan dan hemat biaya membuatnya lebih mudah diakses oleh bisnis yang ingin merampingkan operasi mereka, sementara sifat sensoriknya berarti ia dapat bertindak sebagai sistem saraf internal tanpa memerlukan sensor tambahan.

Teknologi ini berkelanjutan dan lebih tenang daripada senjata logam berat tradisional, sehingga lebih ramah lingkungan. Para peneliti percaya bahwa teknologi mereka dapat merevolusi masa depan robot industri, menjadikannya lebih efisien, fleksibel, dan mudah beradaptasi.

4 dari 4 halaman

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)