Liputan6.com, Jakarta Sam Altman, CEO OpenAI, pembuat chatbot ChatGPT, pada Senin awal pekan ini bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida di Tokyo.
Usai pertemuan tersebut, Altman mengatakan bahwa mereka punya keinginan untuk membuka kantor di Jepang suatu saat nanti, serta memperluas bisnisnya di negara itu.
Baca Juga
"Kami berharap untuk menghabiskan banyak waktu di sini dan ingin terlibat dengan talenta yang luar biasa dan membuat sesuatu yang hebat untuk orang-orang Jepang serta membuat model lebih baik," kata Altman.
Advertisement
Mengutip Japan Times, Altman tidak memberikan informasi tambahan mengenai kapan OpenAI bakal membuka kantor cabang di Jepang. Hanya saja, perusahaan mungkin akan menawarkan perincian lebih lanjut dalam beberapa bulan.
Altman juga mengklaim sudah ada lebih dari satu juta pengguna harian chatbot AI ChatGPT di Jepang. Ia pun menambahkan, perusahaan punya tujuan untuk meningkatkan kualitas layanan di Jepang.
Ini merupakan perjalanan luar negeri pertama Sam Altman sejak peluncuran ChatGPT pada bulan November 2022. Altman dan Kishida pun berdiskusi tentang keuntungan dan risiko dari teknologi AI ini.
Selain itu, dikutip dari Nikkei Asia, Jumat (14/4/2023), Altman dan Kishida juga berjanji untuk bekerja sama melindungi privasi dan keamanan pengguna.
Lebih lanjut, Altman pun menyatakan kesediaan OpenAI untuk bekerja sama dengan pemerintah Jepang untuk melindungi pengguna.
"Kami berbicara tentang sisi positif dari teknologi ini, dan bagaimana mengurangi sisi negatifnya," kata Sam Altman kepada awak media setelah menemui Fumio Kishida.
CEO OpenAI Sebut Pemerintah Punya Peran Lindungi Warga
Altman menambahkan, pemerintah memiliki peran dalam melindungi warganya ketika teknologi baru muncul. Dia juga mengatakan perusahaannya bersedia bekerja sama dengan Jepang dan negara lain untuk melakukan ini.
Sore harinya, Altman menghadiri pertemuan anggota parlemen Partai Demokrat Liberal untuk diskusi. "Perkembangan AI akan menjadi salah satu revolusi teknologi terpenting yang pernah ada," kata Altman dalam awal pertemuannya.
Setelah pertemuan, mantan Menteri Transformasi Digital Takuya Hirai juga menekankan perlunya pemanfaatan teknologi secara aktif, seperti ChatGPT.
Namun Takuya juga menekankan: "Tidak diragukan lagi ada risiko jika kita menggunakan teknologi ini sebagaimana adanya."
Terkait ChatGPT, juru bicara pemerintah juga menyatakan bahwa penggunaan AI di kementerian dan lembaga pemerintah akan dipertimbangkan.
Â
Advertisement
Respon Jepang Terhadap Kehadiran AI dan ChatGPT
"Kami akan membuat semua pertimbangan yang diperlukan tentang cara menangani informasi rahasia dan kekhawatiran tentang kebocoran informasi," kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno.
"Setelah kekhawatiran itu teratasi, kami akan mempertimbangkan penggunaan AI untuk mengurangi beban kerja pegawai negeri nasional," imbuhnya.
Jepang sendiri mengambil pendekatan yang hati-hati soal kehadiran ChatGPT dan AI.
Dalam konferensi pekan lalu, Matsuno mengatakan kementerian pendidikan bakal menyusun pedoman penggunaan ChatGPT di sekolah, di tengah kekhawatiran penggunaan yang berlebihan, yang bisa merusak lingkungan belajar siswa.
ChatGPT Diblokir di Italia
OpenAI sebelumnya menyatakan mereka mulai memblokir akses ke chatbot AI mereka ChatGPT di Italia, setelah otoritas setempat meminta pemblokiran platform tersebut.
Diketahui, otoritas perlindungan data pribadi Garante, pada Jumat pekan lalu waktu setempat, meminta OpenAI untuk tidak memproses data warga Italia, untuk mendukung layanan yang bisa menjawab berbagai pertanyaan pengguna menggunakan AI itu.
Mengutip Tech Crunch, Senin (3/4/2023), OpenAI juga mengatakan akan mengembalikan uang atau me-refund ke pengguna di Italia, yang sudah membeli langganan ChatGPT Plus bulan lalu.
Selain itu, perpanjangan langganan ChatGPT Plus juga akan dihentikan sementara, agar pengguna tidak dikenakan biaya saat layanan ditangguhkan.
Pemblokiran sendiri tampaknya hanya dilakukan secara geoblock atau di lokasi tertentu. Sehingga, warga Italia masih bisa menggunakan VPN untuk beralih ke IP negara lain, dan menggunakan chatbot AI itu.
Namun, jika akun ChatGPT awalnya terdaftar di Italia, akun tersebut mungkin tidak bisa diakses, sehingga jika pengguna ingin menghindari pemblokiran, harus membuat akun baru dengan alamat IP non-Italia.
(Dio/Isk)
Advertisement