Sukses

Peneliti BRIN Tulis Ancaman ke Jemaah Muhammadiyah, Warganet: Harusnya Fokus di Riset Iptek

Peneliti BRIN AP Hasanuddin menulis komentar berisi ancaman ke jemaah Muhammadiyah, warganet pun menyebut, BRIN harusnya fokus pada penelitian iptek dan tidak masuk ke ranah agama.

 

Liputan6.com, Jakarta - Seorang peneliti ilmu astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin belum lama ini menunggah komentar bernada ancaman pembunuhan ke jemaah Muhammadiyah.

Komentar peneliti dengan akun Facebook AP Hasanuddin itu diunggah ke status Facebook yang dibuat oleh profesor sekaligus peneliti senior bidang astronomi dan astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin.

Dalam komentarnya, AP Hasanuddin atau Andi Pangerang Hasanuddin menyebut, "perlu saya halalkan darahnya" ketika berkomentar terkait penentuan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriyah yang dilakukan Muhammadiyah.

Buntut kasus unggahan komentar ancaman terhadap warga Muhammadiyah ini, AP Hasanuddin kemudian di dilaporkan kepada Bareskrim Polri oleh Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah.

Kasus unggahan komentar ancaman terhadap jemaah Muhammadiyah oleh peneliti BRIN itu pun disoroti oleh warganet.

Pengguna Twitter bahkan mencuit banyak komentar terkait dengan unggahan komentar dari peneliti BRIN. Linimasa Twitter pun memperlihatkan trending topic BRIN dengan berbagai komentar menyindir para peneliti BRIN yang justru mempersoalkan perbedaan penetapan Idul Fitri alih-alih fokus pada tugasnya.

Warganet pengguna Twitter dengan akun @kua*** menyebut, BRIN seharusnya fokus pada riset iptek, seni, dan pendidikan alih-alih mengkritik mengenai tafsir agama.

"Dari awal dikritik jangan masukkan hal-hal soal tafsir agama ke BRIN, fokus riset iptek, seni, dan pendidikan. Malah maksain masuk, akhirnya semacam ini," katanya.

2 dari 4 halaman

Warganet: Tak Semua Peneliti BRIN Buruk

Ada pula warganet yang sudah kesal dengan para peneliti BRIN dan berkomentar BRIN membuang-buang anggaran.

Warganet juga menyindir si peneliti BRIN yang begitu emosional mengunggah komentar hingga mengancam jemaah Muhammadiyah.

"Mungkin belum tahu kalau BRIN sudah punya riset tentang teknologi penghilang marah, siapa tahu bisa jadi bahan penelitian selanjutnya," kata pengguna dengan akun @rof***.

Meski begitu, ada pula pengguna Twitter yang menyebut tidak semua peneliti BRIN berpikiran tertutup.

"Kalau ini berlebihan, Muhammadiyah tolong ingatkan, tidak semua scientist atau engineer BRIN buruk," kata pengguna dengan akun @mrf***.

 

3 dari 4 halaman

Minta Peneliti BRIN Pengancam Jemaah Muhammadiyah Ditindak Tegas

Pengguna internet lainnya meminta agar pengunggah komentar ancaman pembunuhan mendapat sanksi yang tegas, tidak hanya berakhir di permintaan maaf.

"Masa ancaman pembunuhan hanya minta maaf, kasih sanksi tegas dong biar buat pelajaran untuk yang lainnya," kata pemilik akun @opi***.

Pengguna dengan akun @aul*** tampak kesal dengan unggahan peneliti BRIN AP Hasanuddin. Ia bahkan menyebut bahwa Muhammadiyah lebih berperan dan banyak jasa kepada rakyat ketimbang para peneliti BRIN.

4 dari 4 halaman

Peneliti Senior BRIN Thomas Djamaluddin Minta Maaf ke Warga Muhammadiyah

Peneliti senior Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin meminta maaf kepada warga Muhammadiyah atas kegaduhan komentarnya yang mengkritik perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri 1444 H.

"Masih dalam suasana bermaaf-maafan, dengan tulus saya memohon maaf atas sikap kritis saya pada kriteria wujudul hilal," kata Thomas Djamaluddin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (25/4/2023).

Dia menjelaskan bahwa komentarnya semata-mata dilayangkan sebagai kritik yang dilandaskan pada ilmu astronomi yang ia pelajari. Sebab, ia mengaku hanya ingin mencoba menyatukan pandangan umat Islam dalam menentukan awal hijriah.

"Yang saya anggap usang secara astronomi dan sikap ego-organisasi yang menghambat dialog menuju titik temu," kata dia.

"Tidak ada kebencian atau kedengkian saya pada organisasi Muhammadiyah yang merupakan aset bangsa yang luar biasa. Niat saya hanya mendorong perubahan untuk bersama-sama mewujudkan kesatuan umat secara nasional lebih dahulu," tambah dia.

Pasalnya, Thomas mengklaim bahwa perbedaan yang terjadi dalam penetapan Idul Fitri bisa diselesaikan dan tidak untuk dilestarikan. Oleh sebab itu, dia meminta maaf atas ketidaknyamanan dan kesalahpahaman yang terjadi.