Sukses

Studi: Covid-19 Mengurangi Frekuensi Interaksi Sosial di Daerah Perkotaan

Pandemi Covid-19 telah mengurangi frekuensi interaksi sosial antara orang-orang dari berbagai kelompok pendapatan di daerah perkotaan.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi terkini yang dipimpin oleh para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah mengurangi frekuensi interaksi sosial antara orang-orang dari berbagai kelompok pendapatan di daerah perkotaan.

Para peneliti menganalisis pergerakan satu juta pengguna di empat kota besar di Amerika Serikat (Boston, Dallas, Los Angeles, dan Seattle) dari awal 2019 hingga akhir 2021, dengan fokus pada kunjungan ke 433.000 lokasi "tempat menarik" tertentu.

Mereka menemukan penurunan 15 hingga 30 persen dalam hal kunjungan ke area dengan status sosial ekonomi yang berbeda dari pengguna itu sendiri.

Penurunan ini menyebabkan berkurangnya kesempatan orang untuk berinteraksi dengan orang lain dari latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda.

Meskipun penelitian ini mengonfirmasi penurunan langsung dalam mobilitas perkotaan karena lockdown pada musim semi 2020, para peneliti juga tertarik untuk melacak pola mobilitas setelah pembatasan dicabut.

Mereka mendapati bahwa meskipun orang-orang mulai bergerak lebih bebas, jumlah tempat yang mereka kunjungi masih lebih sedikit dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan oleh perubahan perilaku seperti bekerja dari rumah, lebih sedikit eksplorasi, dan lebih banyak belanja online.

Akibatnya, orang-orang tidak bertemu satu sama lain pada tingkat yang sama seperti sebelumnya, sehingga mengurangi keragaman hubungan sosial di daerah perkotaan.

 

2 dari 4 halaman

Terbit di jurnal Nature Communications

Temuan penelitian ini terbit di jurnal Nature Communications, dan penulisnya adalah Takahiro Yabe, seorang peneliti pascadoktoral di MIT Media Lab; Bernardo García Bulle Bueno, seorang kandidat doktoral di Institute for Data, Systems, and Society (IDSS) di MIT; Xiaowen Dong, seorang profesor di Universitas Oxford; Alex Pentland, profesor seni dan ilmu media di MIT; dan Esteban Moro, seorang peneliti di Sociotechnical Systems Research Center (SSRC) MIT.

Para peneliti mengkategorikan status sosial ekonomi orang-orang dalam penelitian ini berdasarkan kuartil pendapatan rata-rata mereka, dengan menggunakan data dari Biro Sensus AS.

Mereka kemudian melacak kejadian-kejadian di mana seseorang menghabiskan waktu 10 menit hingga empat jam di blok sensus yang berbeda dengan blok sensus mereka sendiri, untuk melihat seberapa sering orang mengunjungi daerah-daerah dengan kuartil pendapatan yang berbeda.

 

 

3 dari 4 halaman

Temuan

Studi tersebut menemukan bahwa mobilitas warga perkotaan secara umum kembali ke tingkat sebelum pandemi pada akhir 2021, tetapi eksplorasi telah menurun 5 hingga 10 persen. Orang-orang melakukan lebih sedikit kunjungan ke museum, tempat rekreasi, lokasi transportasi, dan kedai kopi, yang cenderung lebih beragam.

Kunjungan ke toko bahan makanan, yang cenderung lebih tersegregasi, tetap konstan.

Para peneliti juga mencatat bahwa penurunan keragaman hubungan sosial dapat memiliki efek sosial jangka panjang. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa keragaman hubungan sosial dikaitkan dengan kesuksesan ekonomi yang lebih besar bagi orang-orang dalam kelompok berpenghasilan rendah.

Selain itu, penyempitan pengalaman dapat melemahkan ikatan kewarganegaraan dan koneksi politik yang berharga.

4 dari 4 halaman

Infografis TIdur Cukup Untuk Cegah Risiko Penularan Covid-19. Source: Liputan6