Sukses

Apple Dominasi Pasar Smartphone Q1 2023 di Tengah Penurunan Volume Pengapalan

Pengapalan smartphone turun 14 persen secara tahunan (Year over Year, YoY) dan 7 persen secara kuartalan (Quarter over Quarter, QoQ), dengan total 280,2 juta unit.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar smartphone global terus mengalami kontraksi, dengan pengapalan menurun pada kuartal pertama tahun 2023. Demikian menurut laporan terkini Market Monitor dari Counterpoint.

Volume pengapalan smartphone turun 14 persen secara tahunan (Year over Year, YoY) dan 7 persen secara kuartalan (Quarter over Quarter, QoQ), dengan total 280,2 juta unit.

Analis Senior, Harmeet Singh Walia, mengomentari dinamika pasar dengan mengatakan, "Pengapalan smartphone menurun lebih lanjut pada Q1 2023 setelah kuartal musim liburan terlemah sejak 2013, karena pemulihan yang lebih lambat dari yang diharapkan di China dirusak oleh kegagalan bank yang mengkhawatirkan di kedua sisi Atlantik."

Itu, menurut Walia, semakin melemahkan kepercayaan konsumen dalam menghadapi volatilitas pasar yang tiada henti.

Selain itu, beberapa merek besar memasok lebih sedikit perangkat baru ke pasar yang sedang berjuang dengan persediaan yang tinggi di saat konsumen memilih untuk lebih jarang memperbarui, tetapi dengan smartphone yang lebih tahan lama ketika mereka membeli.

Akibatnya, pendapatan smartphone global dan laba operasional juga menurun, meskipun tidak sebanyak pengapalan. Hal ini sebagian disebabkan oleh penurunan pengapalan Apple yang lebih rendah dari biasanya, menjadi 58 juta unit pada Q1 2023.

Dengan demikian, Apple berhasil meraih hampir setengah dari semua pendapatan smartphone. Sementara pengapalan Samsung turun 19 persen YoY, meskipun tumbuh 4 persen QoQ menjadi 60,6 juta unit.

Peluncuran seri Galaxy S23 memungkinkan harga jual rata-rata (Average Selling Point, ASP) Samsung meningkat menjadi USD340, naik 17 persen YoY dan 35 persen QoQ, yang pada gilirannya berkontribusi pada penurunan pendapatan global yang relatif lebih sedikit.

2 dari 3 halaman

Apple dan Samsung

Apple dan Samsung juga tetap menjadi merek yang paling menguntungkan, bersama-sama meraih 96 persen dari keuntungan operasional smartphone global.

Direktur Riset Jeff Fieldhack menjelaskan kinerja Apple, dengan mengatakan, "Apple mengungguli pasar karena beberapa faktor. Pertama, kelekatan ekosistemnya mencegah pelanggannya untuk memilih smartphone yang lebih murah bahkan di masa-masa sulit ekonomi."

Kedua, lanjut Fieldhack, Apple tidak hanya merebut hampir separuh dari pasar sekunder, tetapi juga menarik pengguna yang bersedia mengeluarkan uang lebih banyak untuk perangkat yang lebih tahan lama dengan keberlanjutan yang menjadi prioritas bagi banyak orang.

"Ketiga, ini adalah merek yang disukai oleh konsumen Gen Z di Barat dan dengan demikian memposisikan dirinya untuk kesuksesan yang berkelanjutan. Pada saat yang sama, Apple telah mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Huawei di pasar premium China," tutur Fieldhack

Oleh sebab itu, kata Fieldhack, Apple mampu menghadapi fluktuasi ekonomi dan fluktuasi lainnya dengan lebih baik daripada para pesaingnya sambil menikmati kesetiaan yang tak tergoyahkan.

 

3 dari 3 halaman

Temuan Lain

Selain itu, Xiaomi, OPPO (termasuk OnePlus), dan vivo, merek smartphone global terbesar dari China, harus menunggu lebih lama untuk pulih kembali karena masing-masing dari mereka mengalami penurunan tahunan sebesar dua digit pada Q1 2023. Hal ini disebabkan oleh perlambatan musiman di Tiongkok pada saat pemulihan ekonomi negara tersebut membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan.

OPPO baru-baru ini juga menghadapi tantangan di pasar luar negeri. OPPO harus keluar dari pasar Jerman setelah kalah dalam gugatan paten dengan Nokia.

Pada saat yang sama, pendapatan dan profitabilitas ketiga merek tersebut juga mengalami kesulitan. Sementara OPPO* dan vivo mengalami penurunan pengapalan tahunan dan ASP, yang menyebabkan penurunan pendapatan dua digit, pertumbuhan ASP tahunan Xiaomi yang sedikit juga tidak dapat mencegah penurunan pendapatan dua digit pada Q1 2023.

Ke depan, pasar smartphone secara keseluruhan kemungkinan akan mengalami kesulitan selama beberapa kuartal ke depan.

Direktur Riset Tarun Pathak mengatakan, "Masalah terus-menerus yang mempengaruhi pasar smartphone sepertinya tidak akan mereda dalam waktu dekat.

Selain itu, keputusan baru-baru ini oleh negara-negara OPEC untuk memangkas produksi minyak dapat menyebabkan tingkat inflasi yang lebih tinggi, menyebabkan penurunan daya beli konsumen.

Akibatnya, meskipun penurunan pengapalan smartphone stabil, pemulihan yang signifikan tidak mungkin terjadi sebelum kuartal liburan akhir tahun."