Sukses

Studi: ChatGPT Beri Tanggapan Medis Lebih Berempati Ketimbang Dokter

Sebuah studi baru yang terbit di JAMA Internal Medicine mengungkapkan potensi asisten kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) ChatGPT di bidang kedokteran.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru yang terbit di JAMA Internal Medicine mengungkapkan potensi asisten kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) di bidang kedokteran.

Dipimpin oleh Dr. John W. Ayers dari Qualcomm Institute di University of California San Diego, penelitian ini membandingkan tanggapan dari dokter dengan tanggapan dari ChatGPT, model AI yang dikembangkan oleh OpenAI, saat menjawab pertanyaan kesehatan di dunia nyata.

Sebuah panel yang terdiri dari para profesional kesehatan berlisensi lebih menyukai tanggapan ChatGPT dan menilai tanggapan tersebut lebih berkualitas dan lebih berempati.

"Peluang untuk meningkatkan layanan kesehatan dengan AI sangat besar dan perawatan yang ditingkatkan dengan AI adalah masa depan kedokteran," ujar Dr. Ayers dalam rilis resmi, dikutip Senin (8/5/2023).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah ChatGPT dapat secara akurat menanggapi pertanyaan pasien, yang berpotensi memungkinkan model AI untuk diintegrasikan ke dalam sistem kesehatan dan meningkatkan respons dokter terhadap pertanyaan pasien.

Karena respons dokter terhadap pesan pasien elektronik telah berkontribusi pada tingkat kelelahan dokter yang memecahkan rekor, penelitian ini berupaya untuk meringankan beban dokter.

Tim peneliti memperoleh sampel pertanyaan kesehatan dan jawaban dokter yang tidak mengandung informasi pribadi yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan media sosial, khususnya subreddit r/AskDocs. Di sana sekitar 452.000 anggota Reddit menuliskan pertanyaan medis yang kemudian dijawab oleh tenaga medis profesional terverifikasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Panel Profesional

Secara acak tim mengambil sampel 195 percakapan di mana dokter yang terverifikasi menanggapi pertanyaan publik. Tim memberikan pertanyaan asli kepada ChatGPT dan memintanya untuk memberikan jawaban.

Panel yang terdiri atas tiga profesional kesehatan berlisensi membandingkan tanggapan berdasarkan kualitas informasi dan empati, mencatat mana yang mereka sukai, dan tidak mengetahui apakah tanggapan tersebut berasal dari dokter atau ChatGPT.

Panel penilai profesional kesehatan lebih menyukai tanggapan ChatGPT daripada tanggapan dokter. Tanggapan ChatGPT juga dinilai secara signifikan lebih tinggi kualitasnya daripada tanggapan dokter, dengan tanggapan berkualitas baik atau sangat baik 3,6 kali lebih tinggi untuk ChatGPT daripada dokter.

Tanggapannya juga lebih berempati, dengan tanggapan berempati atau sangat berempati 9,8 kali lebih tinggi untuk ChatGPT daripada dokter.

 

 

3 dari 5 halaman

Memanfaatkan Asisten AI untuk Pesan Pasien

"Meskipun penelitian kami membandingkan ChatGPT dengan dokter, solusi utamanya bukanlah menyingkirkan dokter sama sekali," kata Dr. Adam Poliak, asisten profesor Ilmu Komputer di Bryn Mawr College dan salah satu penulis penelitian. "Sebaliknya, dokter yang memanfaatkan ChatGPT adalah jawaban untuk perawatan yang lebih baik dan berempati."

Sementara itu, Dr. Christopher Longhurst, Chief Medical Officer dan Chief Digital Officer di UC San Diego Health, menyatakan bahwa studi ini adalah salah satu studi pertama yang menunjukkan bagaimana asisten AI berpotensi memecahkan masalah pelayanan kesehatan di dunia nyata.

"Hasil ini menunjukkan bahwa alat seperti ChatGPT dapat secara efisien menyusun saran medis yang berkualitas tinggi dan dipersonalisasi untuk ditinjau oleh dokter, dan kami memulai proses itu di UCSD Health," ujar Dr. Longhurst.

 

4 dari 5 halaman

Menghilangkan kesenjangan kesehatan

Mike Hogarth, seorang dokter-bioinformatika, salah satu direktur Altman Clinical and Translational Research Institute di UC San Diego, profesor di Fakultas Kedokteran UC San Diego dan kopenulis studi, menambahkan, "Penting untuk mengintegrasikan asisten AI ke dalam pesan perawatan kesehatan yang dilakukan dalam konteks uji coba terkontrol secara acak untuk menilai bagaimana penggunaan asisten AI berdampak pada hasil bagi dokter dan pasien."

Selain meningkatkan alur kerja, investasi ke dalam pesan asisten AI dapat berdampak pada kesehatan pasien dan kinerja dokter.

Senada, Mark Dredze, John C Malone Associate Professor of Computer Science di Johns Hopkins dan salah satu penulis studi ini, menekan bahwa kita dapat menggunakan teknologi ini untuk melatih dokter dalam komunikasi yang berpusat pada pasien guna "menghilangkan kesenjangan kesehatan yang diderita oleh populasi minoritas yang sering mencari layanan kesehatan melalui perpesanan, membangun sistem keamanan medis baru, dan membantu dokter dengan memberikan perawatan yang lebih berkualitas dan lebih efisien."

5 dari 5 halaman

Infografis Dokter Berguguran di Medan Tempur Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.