Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini Google mengungkap sejumlah update untuk layanan Bard AI-nya di konferensi pengembang Google I/O. Meskipun Google telah memperluas ketersediaan layanan Google Bard-nya ke 180 negara, sejumlah negara wilayah tertentu belum bisa merasakan pesaing ChatGPT ini.
Adapun negara-negara yang belum kebagian mencoba Google Bard adalah negara Uni Eropa dan Kanada. Menurut spekulasi yang beredar, aturan privasi yang ketat dan kekhawatiran akan penyalahgunaan AI jadi alasan di belakang keputusan Google tak hadirkan Bard di negara-negara tersebut.
Baca Juga
Sebelum masuk ke alasan-alasan kenapa Google tidak memboyong Bard ke negara-negara Uni Eropa dan Kanada, perlu diketahui dulu apa itu Google Bard.
Advertisement
Mengutip Gizchina, Jumat (19/5/2023), Google Bard merupakan sebuah layanan AI degenaratif yang dikembangkan oleh Google untuk meningkatkan pengalaman pengguna melalui berbagai layanan dan produk Google. Sejumlah layanan yang dimaksud meliputi Google Search, Workspace, Photos, dan Android.
Kehadiran Bard di 180 negara tetapi absen di negara-negara Uni Eropa dan Kanada cukup mengejutkan. Alasan utamanya kemungkinan karena ketatnya aturan hukum yang mengatur soal privasi di beberapa region ini, terutama di Eropa ada UU General Data Protection Regulation (GDPR).
Selain itu, adanya konsern mengenai potensi penyalahgunaan artificial intelligence alias AI yang bisa membawa bahaya juga turut memengaruhi keputusan Google tersebut.
Hubungan Bard dan GDPR Cukup Kompleks
Sekadar informasi, GDPR adalah serangkaian regulasi privasi yang memberikan hak bagi individual mengontrol data pribadinya. GDPR mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan persetujuan eksplisit sebelum mengumpulkan atau menggunakan data tersebut.
Peraturan ini dapat mempersulit Google untuk mengumpulkan dan menggunakan data yang diperlukan untuk memberdayakan Bard-nya di negara-negara Uni Eropa.
Hubungan antara GDPR dan AI cukup kompleks, karena sistem AI kerapkali membutuhkan data dalam jumlah besar agar berfungsi efektif. Pedoman ketat GDPR, terutama tentang pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data dinilai bisa menghambat pengembangan dan penetapan sistem AI, seperti Google Bard.
Â
Advertisement
Ada Juga Isu Tentang Penyalahgunaan AI
Faktor lain yang dapat menghambat Google untuk menerapkan Bard di UE dan Kanada adalah kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan AI.
Komisi Eropa sebelumnya telah menerbitkan laporan tentang risiko dan peluang AI. Laporan tersebut memperingatkan bahwa AI dapat digunakan untuk memanipulasi perilaku orang, menyebarkan disinformasi, hingga mendiskriminasi kelompok tertentu.
Seiring kemajuan AI, kebutuhan akan pedoman dan peraturan etika menjadi makin penting. Negara-negara Uni Eropa telah berada di garis depan dalam mengatasi masalah ini, menyerukan aturan seputar AI tools untuk keperluan umum, misalnya Google Bard.
Cara Jajal Google Bard, Pesaing ChatGPT
Chatbot Bard pun sudah bisa dicoba di Indonesia. Meski begitu, platform ini belum mendukung Bahasa Indonesia mengingat masih dalam tahap uji coba. Namun, pengguna sudah bisa mulai bertanya ke AI yang satu ini menggunakan bahasa Inggris.
Cara pakai Google Bard
Berikut ini langkah-langkah menggunakan platform chatbot AI Bard, yang baru saja dirilis Google ke publik:
- Buka browser di PC atau desktop maupun ponsel, kemudian masuk ke situs bard.google.com
- Login menggunakan akun Google untuk mengakses Bard
- Klik "Try Bard"
- Saat pertama kali mengakses akan ada laman terkait Terms & Privacy, klik setuju untuk melanjutkan
- Setelahnya, kamu akan menemukan tampilan chatbot seperti pada umumnya.
- Masukkan pertanyaan atau perintah yang diinginkan jika ingin memulai percakapan
Chatbot AIÂ Bard juga memiliki beberapa fitur lainnya, misalnya edit perintah atau pertanyaan dan mengekspor jawaban ke Docs atau Gmail melalui ikon tanda panah di bawah respons.
Advertisement