Liputan6.com, Jakarta - Badan Keamanan Federal Rusia alias Rusia Federal Security Service (FSB) menyebut operasi espionase Amerika bekerja sama dengan Apple telah meretas ribuan iPhone menggunakan software mata-mata canggih.
Informasi ini berdasarkan perusahaan keamanan asal Rusia Kaspersky Lab. Di mana, Kaspersky menyebut belasan perangkat milik karyawannya adalah yang terdampak dalam operasi peretasan iPhone tersebut.
Baca Juga
Mengutip Reuters, Sabtu (3/6/2023), FSB dalam pernyataannya mengatakan, sekian ribu perangkat Apple telah terinfeksi software mata-mata tersebut. Termasuk di dalamnya iPhone milik para pelanggan dalam negeri Rusia dan diplomat asing yang berbasis di Rusia dan negara pecahan Uni Soviet lainnya.
Advertisement
"FSB telah mengungkapkan tindakan intelijen dari layanan khusus Amerika yang menggunakan perangkat seluler Apple," kata FSB dalam pernyataan.
FSB menyebut, plot spionase tersebut memperlihatkan adanya kerja sama yang erat antara Apple dan Badan Keamanan Nasional Amerika (NSA). Badan ini adalah lembaga yang bertanggung jawab atas intelijen dan keamanan kriptografi dan komunikasi.
FSB tidak memberikan bukti bahwa Apple bekerja sama atau mengetahui kampanye mata-mata yang dituding dilakukan oleh Amerika ini.
Apple Membantah, NSA Tak Mau Komentar
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Apple membantah tudingan tersebut. Perusahaan yang bermarkas di Cupertino AS itu mengatakan, "Kami tidak pernah bekerja dengan pemerintah mana pun untuk memasukkan backdoor ke produk Apple apa pun, dan tidak akan pernah," kata pihak Apple dalam pernyataannya.
Pada sisi lain, NSA menolak untuk berkomentar.
Bermula dari Pengumuman Kaspersky
Sebelumnya, CEO Kaspersky Eugene Kaspersky melalui Twitter mengatakan, belasan iPhone milik karyawan Kaspersky diretas melalui sebuah operasi.
Kaspersky mendeskripsikan operasi tersebut, "sangatlah kompleks dan ditargetkan secara profesional, terhadap pekerja di manajemen puncak dan menengah."
Peneliti Kaspersky Igor Kuznetsov mengatakan pada Reuters, perusahaannya secara independen menemukan lalu lintas yang tidak normal pada jaringan WiFi perusahaan sekitar awal tahun.
Ia menyebut, Kaspersky tidak mengedarkan temuan ini ke Tim Tanggap Darurat Komputer Rusia hingga baru-baru ini, Kamis 1 Juni 2023.
Ia mengatakan, tidak dapat mengomentari tudingan pemerintah Rusia bahwa orang-orang Amerika yang bertanggung jawab atas peretasan terhadap ribuan sasaran ini.
"Sangat sulit untuk mengaitkan apa pun dengan siapa pun," katanya.
Advertisement
Jejak Peretasan dari Tahun 2019
Sementara itu, dalam sebuah unggahan blog, Kaspersky mengatakan, jejak infeksi tertua yang mereka temukan berasal dari tahun 2019.
"Pada saat penulisan pada Juni 2023, serangan itu sedang berlangsung. Meskipun staf terkena serangan, kami cukup yakin bahwa Kaspersky bukanlah target utama serangan siber ini," kata pihak Kaspersky.
Kiprah Amerika Serikat di Dunia Siber
Amerika Serikat menjadi salah satu negara adidaya termasuk dalam hal kekuatan siber melalui upaya dan kapabilitasnya. Demikian menurut Harvard University's Belfer Center Cyber 2022 Power Index.
Setelah Amerika Serikat, posisi negara lain yang juga memiliki kekuatan dan kapabilitas bidang siber adalah Tiongkok, Rusia, Britania Raya, dan Australia.
Baik Kremlin maupun kementerian luar negeri Rusia menunjukkan pentingnya masalah ini.
"Pengumpulan data tersembunyi dilakukan melalui kerentanan software di ponsel buatan AS," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
"Badan intelijen AS telah menggunakan perusahaan IT selama beberapa dekade untuk mengumpulkan data berskala besar dari pengguna internet, tanpa sepengetahuan mereka," kata kementerian tersebut.
Â
Pejabat Rusia Tak Boleh Pakai iPhone
Sementara itu, para pejabat Rusia mengatakan, komplotan yang melakukan aksi spionase ini terungkap sebagai bagian dari upaya bersama petugas FSB dan orang-orang dari Layanan Pengawal Federal (FSO). FSO merupakan sebuah badan yang menjalankan pengawalan pada pemerintah Rusia.
Pejabat di Rusia, yang menurut mata-mata barat telah membangun struktur pengawasan domestik yang canggih pun kabarnya telah mempertanyakan keamanan teknologi AS.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan, semua pejabat di pemerintahan mengetahui bahwa gadget seperti iPhone benar-benar bersifat 'transparan.'
Awal tahun 2023 ini, pemerintah Rusia mengatakan pada para pejabat yang terlibat dalam pemilihan presiden Rusia 2024 untuk tidak memakai iPhone karena khawatir perangkat tersebut rentan terhadap serangan intelijen negara-negara barat.
Advertisement