Liputan6.com, Kalimantan Timur- XL Axiata tak mau disebut sebagai operator yang hanya memfokuskan perluasan dan pembangunan jaringan di Pulau Jawa. Untuk itulah, sejak 2018 dan 2019, perusahaan mulai fokus membangun jaringan di luar Jawa, termasuk di antaranya di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Diungkapkan oleh Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa, sejak 2018 perusahaan mengembangkan jaringan di Kalimantan dan wilayah lainnya.
Baca Juga
"Kini, 53 persen jaringan di Jawa dan 47 jaringan di luar Jawa, berimbang. Semoga akhir tahun bisa 50:50 kekuatan network-nya," kata Gede, ditemui di Kompleks Ibu Kota Negara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (8/6/2023).
Advertisement
Gede mengatakan, sejauh ini ketika membangun jaringan di luar pulau Jawa, panjang fiber optic di non Jawa 30 persen lebih panjang dibandingkan dengan di pulau Jawa. Menurutnya, hal ini terjadi karena jarak antar site lebih jauh dan wilayah yang lebih luas.
Ia pun mengungkap salah satu tantangan pengembangan jaringan seluler di luar pulau Jawa adalah melihat kepadatan penduduknya.
"Satu tantangan pengembangan jaringan seluler sangat melihat kepadatan penduduk. Semakin padat penduduknya, jaraknya dekat-dekat, semakin mudah dibangun jaringan dan profit bagi site," kata Gede.
Gede menjelaskan, dalam membangun jaringan seluler di luar Jawa, pihaknya harus membuat perhitungan terpisah. Hal ini karena, ketika jarak antarpenduduk makin jauh, site yang dibangun pun tidak berdekatan.
"Otomatis, effort membangun jaringan di luar pulau Jawa itu jauh lebih besar dibandingkan dengan membangun jaringan di wilayah pulau Jawa," tutur dia.
Namun menurutnya sejalan dengan perkembangan gaya hidup masyarakat yang mengarah ke digital, daya beli masyarakat di luar pulau Jawa, terutama di Kalimantan dan Sulawesi Selatan itu terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kehadiran XL Axiata di Kalimantan
Sebagai gambaran, di region Kalimantan, saat ini rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) lebih tinggi dibandingkan dengan ARPU nasional. Khusus di Kalimantan Timur, nilai ARPU 10-15 persen lebih tinggi dibandingkan seluruh wilayah Kalimantan.
Kemudian dari segi lalu lintas data, trafik jaringan di Kalimantan tumbuh 40 persen dalam setahun. Sementara dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, trafik data di Kalimantan tumbuh 20 persen.
Untuk memenuhi kebutuhan permintaan akan jaringan berkualitas di luar pulau Jawa itulah, XL terus membangun jaringan di luar pulau Jawa, termasuk di Kalimantan. XL Axiata juga terus melakukan peningkatan infrastruktur penjualan produk secara agresif.
Gede menambahkan, ke depan untuk membangun jaringan di luar Jawa XL Axiata fokus di Sumatera hingga Kalimantan.
"Kami akan sangat agresif (membangun infrastruktur) di Sumatera karena sudah kuat dan potensinya masih sangat besar. Selanjutnya juga Kalimantan Timur dan Tengah, dan Sulawesi Utara hingga Tenggara karena ada kantong-kantong industri," kata Gede.
Advertisement
Dua Bulan Rilis, XL Axiata Kebanjiran Peminat eSIM
Di sisi lain, sekitar dua bulan sejak layanan eSIM XL Axiata dirilis, perusahaan telekomunikasi ini menyebut animo pelanggan akan layanan eSIM sangat tinggi. Menurut data perusahaan, saat ini tercatat 30.000 pelanggan memakai eSIM di jaringan mereka.
Meski begitu, XL Axiata tidak mau buru-buru membuat seluruh pelanggannya beralih ke eSIM alih-alih kartu SIM fisik.
Pihaknya tetap memilih untuk melakukan edukasi kepada pelanggan mengenai layanan eSIM XL Axiata agar secara natural pelanggan mengenal dan mulai mengganti kartunya ke eSIM.
"Edukasi-edukasi kita lakukan, jadi lebih ke bagaimana sih kita memberikan edukasi. Namun ternyata animo masyarakat tentang eSIM itu tinggi, jadi tanpa diedukasi di awal mereka sudah sering sekali menanyakan eSIM," kata Group Head Corporate Communications XL Axiata Retno Wulan, ditemui di Balikpapan, Selasa (7/6/2023).
Apalagi, ketersediaan handset atau smartphone yang sudah mendukung penggunaan eSIM makin banyak di Indonesia. Hal ini membuat pelanggan pun berminat untuk berganti ke layanan eSIM.
Di sisi lain, perusahaan tak menampik bahwa kehadiran layanan eSIM begitu memudahkan operator, apalagi setelah supply chip untuk membuat kartu SIM turut terganggu perang Rusia dan Ukraina.
"Sekarang demand eSIM tinggi sekali. Dari sisi operator, eSIM ini sangat memudahkan, pertama karena supply (chip) terganggu perang Rusia dan Ukraina. Bermula dari itu, tetapi kami tetap bertahap melihat kebutuhan masyarakat," katanya.
Edukasi Masyarakat Agar Bertahap Migrasi ke eSIM
Wulan pun mengatakan, pihaknya memilih untuk bertahap mengajak pelanggan beralih ke eSIM dengan mengedukasi seiring waktu.
"Secara natural akan berpindah ke eSIM, karena eSIM sangat membantu. Misalnya terjadi kehilangan smartphone, pelanggan tidak perlu secara fisik mengganti kartu SIM-nya," katanya, menyebut salah satu manfaat penggunaan eSIM dibandingkan kartu SIM.
Wulan juga menyebut, bagi pelanggan, eSIM memberikan benefit lain. Misalnya pengalaman pelanggan yang lebih baik karena semua diatur secara digital.
"Dari segi customer experience lebih bagus, semua digitalisasi, jadi kalau misalnya kehilangan nggak perlu ke XL Center. Dari segi harga pun tidak ada yang dibedakan," tuturnya.
Sementara bagi operator, layanan eSIM memiliki sejumlah manfaat.
"eSIM sangat seamless, dari segi operator nggak ada yang dibedakan, dari billing tetap sama, hanya tidak ada kartu fisik saja. Plusnya, bisa memudahkan ketersediaan SIM, karena tidak perlu SIM card fisik. Touch point-nya digital, bisa di mana-mana, jadi bisa lebih dekat ke pelanggan," katanya.
(Tin/Dam)
Advertisement