Sukses

Cyberbullying Kian Masif di Ruang Digital, Ini Cara Mencegah dan Mengantisipasinya

Cyberbullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan melalui teknologi digital yang berdampak buruk bagi emosi, fisik, dan psikologis korban, sehingga penting untuk dicegah.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama dengan  Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Workshop Literasi Digital.

Acara yang digelar pada Kamis, 8 Juni 2023 di Jawa Barat, ini mengangkat tema “Problematika Budaya Cyberbullying yang Kian Masif di Ruang Digital,” guna menyoroti masalah maraknya aksi perundungan siber yang terjadi internet dan media sosial.

Salah satu faktornya pun ditandai dengan masih kurangnya literasi digital Indonesia. Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021, Indonesia berada dalam kategori sedang, dengan angka 3,49 dari skala 5.

Dalam acara ini, Fikri Andhika selaku Partnership Director Next Generation Indonesia, menjelaskan bahwa cyberbullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan melalui teknologi digital, seperti pesan teks, e-mail, atau media sosial. 

Bentuknya pun beragam, dapat berupa ejekan, panggilan buruk, kata-kata kasar, aksi teror mental, atau mengisolasi orang lain. 

Secara mental, dampak dari aksi ini terhadap korban dapat menyebabkan kekesalan, malu, dan merasa bodoh. Tak hanya itu, hal ini juga mampu menyerang fisik, hingga menimbulkan gejala kelelahan, sakit perut, dan sakit kepala. 

Fikri melanjutkan, perundungan siber juga dapat merugikan psikologis, seperti menurunkan harga diri, depresi, bahkan menimbulkan keinginan untuk mengakhiri hidup. Karenanya, sangat penting untuk melindungi diri dan orang lain dari aksi ini.

2 dari 4 halaman

Cara Mencegah dan Mengantisipasi Cyberbullying

Cyberbullying dapat dicegah dengan menghentikan penyebaran konten tidak pantas, mengedukasi anak untuk bijak dalam bermedia sosial, dan membuka komunikasi dengan orang terdekat tentang pengalaman online mereka.

“Perundungan siber melibatkan teknologi dan peralatan tertentu, seperti ponsel, komputer, dan, memanfaatkan jaringan telekomunikasi, media dan informatika secara global; atau media sosial tempat berinteraksi,” tutur E. Rizky Wulandari, Treasure Member of ACSB Regional Jawa Timur.

Untuk mencegah dan mengantisipasinya, Rizky menghimbau masyarakat untuk memanfaatkan fitur “report and block” yang tersedia di media sosia, atau mengaktifkan “filter komentar”. Pengguna juga bisa mengatur privasi akun. 

Apabila perundungan siber yang dialami sudah melampaui batas, masyarakat dapat melaporkannya ke pihak berwenang.

3 dari 4 halaman

Faktor Penyebab Cyberbullying

Rizky Wulandari menambahkan, perundungan siber dapat terjadi akibat beberapa faktor, yakni kemudahan akses teknologi digital, minimnya empati terhadap lingkungan, masalah kejiwaan, dan pengaruh media atau budaya populer.

Sayangnya, kasus semacam ini masih sulit dibendung. Menurut Kepala Divisi Komunikasi Publik Relawan TIK Jember, Guntur Rahmatullah, hal itu karena menipisnya wawasan kebangsaan, berkurangnya sopan santun, serta minimnya pengetahuan terhadap hak-hak digital.

Guntur menekankan, masyarakat sebaiknya menahan diri untuk tidak menanggapi atau merespons perundungan siber. Masyarakat dapat screenshot aktivitas tersebut sebagai barang bukti. 

“Bisa juga membicarakannya dengan orang lain untuk meminta solusi, jangan dipendam,” ujar Guntur.  

4 dari 4 halaman

Kemenkominfo Beri Pelatihan Anak Muda Papua-Maluku Atasi Cyberbullying

Tidak hanya melalui workshop tersebut, Kemenkominfo dan GNLD Siberkreasi juga sempat mengadakan pertunjukan offline berisikan pelatihan Literasi Digital sektor pendidikan.

Adapun pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi di jenjang anak-anak dan remaja timur Indonesia khususnya Papua-Maluku terhadap media digital atau media sosial.

Pelatihan diselenggarakan pada Kamis, 25 Mei 2023, di Plataran Aula Bupati Kabupaten Buru-Maluku dan berjalan selama kurang lebih 2 jam. 

Menurut Pegiat Literasi Digital, Alim Syariati, yang menjadi narasumbernya, aksi merugikan ini dapat diatasi dengan kecakapan digital. Artinya, pengguna harus paham tentang dasar digital, baik dalam memilah, mencari, maupun menggunakan media digital.

"Setelahnya, manfaatkan fitur digital dengan aman. Dengan memposting hal-hal menarik dan positif berkaitan dengan prestasi dan pencapaian," papar Alim.