Liputan6.com, Jakarta - NASA mengungkapkan Sistem Pengendalian Lingkungan dan Pendukung Kehidupan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (Space Station’s Environmental Control and Life Support System/ECLSS) sedang mendaur ulang 98 persen urin (air seni) dan keringat dari semua astronaut.
Secara fungsional, sistem ini beroperasi dengan cara yang mirip dengan Stillsuits yang dijelaskan dalam 'Dune' karya Frank Herbert.
Baca Juga
Salah satu bagian dari ECLSS menggunakan "dehumidifier canggih" untuk menangkap kelembaban yang dihirup dan dikeluarkan oleh kru stasiun saat mereka melakukan tugas sehari-hari.
Advertisement
Subsistem lain, yang secara imajinatif diberi nama "Urine Processor Assembly", memulihkan apa yang dikencingi astronaut dengan bantuan distilasi vakum.
Menurut NASA, proses penyulingan menghasilkan air dan air urin yang masih mengandung H20 yang dapat didaur ulang. Demikian sebagaimana dilandir Space.com, dikutip dari Engadget, Selasa (27/6/2023).
NASA baru-baru ini mulai menguji perangkat baru yang dapat mengekstrak air yang tersisa di air asin, dan berkat sistem itulah NASA mengamati tingkat pemulihan air sebanyak 98 persen di International Space Station (ISS), di mana sebelumnya stasiun tersebut mendaur ulang sekitar 93 hingga 94 persen air yang dibawa astronaut.
“Ini adalah langkah maju yang sangat penting dalam evolusi sistem pendukung kehidupan,” kata Christopher Brown dari NASA, bagian dari tim yang mengelola sistem pendukung kehidupan ISS.
“Katakanlah kamu mengumpulkan 100 pounds (sekitar 45 liter) air di stasiun. Kamu kehilangan dua pon dan 98 persen lainnya terus berputar-putar. Menjaga agar tetap berjalan adalah pencapaian yang cukup luar biasa. Jika memikirkan orang lain meminum air seni mereka menyebabkan kamu muntah, jangan khawatir," paparnya.
Mirip Sistem Distribusi Air Terestrial
Menurut Jill Williamson, manajer subsistem air ECLSS NASA, pemrosesan ini pada dasarnya mirip dengan beberapa sistem distribusi air terestrial, hanya dilakukan dalam gaya berat mikro.
“Para kru tidak meminum air seni; mereka meminum air yang telah diambil kembali, disaring, dan dibersihkan sedemikian rupa sehingga lebih bersih daripada yang kita minum di Bumi,” kata Williamson.
Ia menambahkan, sistem seperti ECLSS akan sangat penting karena NASA melakukan lebih banyak misi di luar orbit Bumi.
“Semakin sedikit air dan oksigen yang harus kita kirim, kian banyak sains yang dapat ditambahkan ke kendaraan peluncuran,” kata Williamson.
“Sistem regeneratif yang andal dan kuat, berarti kru tidak perlu khawatir tentang hal itu dan dapat fokus pada maksud sebenarnya dari misi mereka,” ucapnya memungkaskan.
Advertisement
NASA Kirimkan 4 Awak Program Artemis II untuk Eksplorasi di Bulan
Sebelumnya, NASA dikabarkan akan mengirimkan empat astronaut dalam program Artemis yang kedua pada 2024.
Artemis kedua menjadi misi berawak terjadwal pertama dari pesawat luar angkasa Orion NASA, yang dijadwalkan akan diluncurkan pada November 2023.
Program ini akan membangun keberadaan yang lebih lama di bulan dengan melibatkan beberapa negara. Dalam misinya, ada empat kru yang terlibat, yaitu tiga pria dan seorang wanita asli Kanada dan Amerika Serikat.
Mereka adalah Reid Wiseman, Jeremy Hansen, Victory Glover, dan Christina Koch. Christina Koch terpilih menjadi satu-satunya astronot perempuan yang pernah ditugaskan dalam misi ke bulan.
Christina Koch memiliki pengalaman yang sangat berharga dalam penerbangan luar angkasa. Sebelumnya, dia berhasil memecahkan rekor di luar angkasa selama 328 hari dan kembali ke Bumi pada 2020 bersama dua astronot lainnya yang berasal dari Badan Antariksa Eropa. Artinya, pengalaman dari astronot wanita dengan penerbangan luar angkasa terpanjang dalam sejarah NASA.
Dilansir dari BBC, Christina tidak hanya memecahkan rekor selama 328 hari saja, tetapi juga berhasil menyelesaikan 5.248 orbit bumi dengan menempuh jarak 223 juta kilometer atau setara dengan 139 juta mil.
Selain itu, dia juga menyelesaikan misinya dengan berhasil mencetak rekor sebanyak 6 spacewalks untuk pertama kalinya bersama astronot perempuan lain.
Persiapkan Eksplorasi di Bulan
Saat berada di luar angkasa, Christina memiliki misi untuk bantu NASA pergi ke Mars dengan bereksperimen dan penyelidikan kekuatan vertebral yang berfokus pada membantu mengembangkan penanggulangan terhadap dampak penerbangan luar angkasa.
NASA mengatakan, Christina juga bagian dari penyelidikan sel ginjal yang mempelajari perkembangan batu ginjal dan osteoporosis di luar angkasa serta penyelidikan kristal mikrogravitasi yang dapat mengarah pada perawatan kanker lebih baik.
“Misi Koch yang diperpanjang akan memberi kesempatan pada para peneliti untuk mengamati efek penerbangan luar angkasa dalam durasi panjang,” jelasnya.
Tentu saja, misi ini akan membuka peluang baru dalam eksplorasi di bulan dengan jangka panjang. Harapannya bisa memberikan penemuan ilmiah, industri, komersial, kemitraan akademik, dan generasi artemis yang dapat menjadi pendekatan eksplorasi Bulan ke Mars yang dilakukan oleh NASA.
Advertisement