Sukses

Teleskop James Webb untuk Pertama Kali Menangkap Lubang Hitam Supermasif Aktif Terjauh, Begini Penampakannya

Berkat gambar inframerah dekat dan menengah yang diambil James Webb, para peneliti dapat menemukan lubang hitam supermasif di galaksi yang mereka beri nama CEERS 1019.

Liputan6.com, Jakarta - Tak bisa dipungkiri kalau teleskop ruang angkasa James Webb memungkinkan para ilmuwan bisa menemukan benda-benda langit yang tidak dapat mereka temukan sebelumnya, seperti galaksi kuno yang secara teoritis seharusnya tidak ada.

Terbaru, sebagai bagian dari proyek Cosmic Evolution Early Release Science (CEERS), para peneliti menemukan lubang hitam supermasif aktif terjauh yang pernah kita lihat hingga saat ini.

Berkat gambar inframerah dekat dan menengah yang diambil James Webb, para peneliti dapat menemukan lubang hitam supermasif di galaksi yang mereka beri nama CEERS 1019.

Mengutip laman Engadget, Senin (10/7/2023), para peneliti juga dapat melihat bahwa lubang hitam itu hanya ada 570 juta tahun, setelah Big Bang dan sekitar 9 juta massa matahari.

Selain itu, data yang diberikan oleh teleskop James Webb memungkinkan mereka sampai pada kesimpulan bahwa lubang hitam memakan banyak gas dan menghasilkan bintang baru.

"Penggabungan galaksi bisa jadi ikut bertanggung jawab untuk memicu aktivitas di lubang hitam galaksi ini, dan itu juga bisa mengarah pada peningkatan pembentukan bintang," kata anggota tim CEERS Jeyhan Kartaltepe dari Rochester Institute of Technology di New York.

Pada gambar di bawah ini, kamu dapat melihat lubang hitam CEERS 1019 muncul sebagai tiga rumpun terang.

<p>Gambar lubang hitam supermasif aktif terjauh yang ditangkap Teleskop James Webb. Credit: NASA, ESA, CSA, Leah Hustak (STScI)</p>

Dengan massa 9 juta matahari, lubang hitam ini jauh lebih kecil daripada lubang hitam supermasif aktif lainnya yang ditemukan sebelumnya. Benda-benda angkasa itu biasanya mengandung lebih dari 1 miliar kali massa matahari, yang membuatnya lebih terang dan lebih mudah dideteksi.

Lubang hitam CEERS 1019 lebih mirip dengan yang ada di pusat galaksi kita, yaitu sekitar 4,6 juta kali massa matahari.

 

2 dari 4 halaman

Keberadaan Lubang Hitam

NASA mengatakan para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa lubang hitam yang lebih kecil pasti telah ada lebih awal di alam semesta, tetapi baru setelah James Webb beroperasi, mereka dapat memastikan keberadaannya.

Bahkan, tim Survei CEERS juga menemukan dua lubang hitam kuno tapi kecil lainnya melalui data mereka. Lubang hitam CEERS 746 ada 1 miliar tahun setelah Big Bang, sedangkan lubang hitam CEERS 2782 ada sejak 1,1 miliar tahun setelah peristiwa tersebut.

Jika dilihat melalui instrumen lain, lubang hitam ini tampak seperti galaksi pembentuk bintang biasa. Para astronom juga sedang meninjau lubang hitam lain yang lebih jauh yang ditemukan menggunakan data James Webb saat ini, jadi CEERS 1019 mungkin akan kehilangan rekornya lebih cepat daripada nanti.

Ketua tim CEERS Steven Finkelstein dari University of Texas di Austin, mengatakan sampai sekarang penelitian tentang objek di alam semesta awal sebagian besar bersifat teoretis.

"Berkat James Webb, kami tidak hanya dapat melihat lubang hitam dan galaksi pada jarak yang ekstrem, sekarang kami dapat mulai mengukurnya secara akurat. Itulah kekuatan luar biasa dari teleskop ini," klaim Finkelstein.

Namun, para ilmuwan masih kesulitan menjelaskan bagaimana lubang hitam ini terbentuk begitu cepat setelah alam semesta dimulai. Tapi di masa depan, data James Webb bisa memberi mereka informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana lubang hitam awal terbentuk.

3 dari 4 halaman

Teleskop James Webb Pertama Kali Temukan Exoplanet, Ukuran 99 Persen Bumi

Sebelumnya, Teleskop James Webb berhasil menemukan exoplanet untuk kali pertama. Menurut catatan para astronom, planet ini memiliki jarak sekitar 41 tahun cahaya dan berada di konstelasi Octan.

Planet yang diberi nama LHS 475 b ini disebut memiliki ukuran diameter yang hampir mirip Bumi, sekitar 99 persen. Adalah tim astronom dari laboratorium Applied Sciences di Johns Hopkins University yang menemukan keberadaan planet ini.

Awalnya, mereka menemukan exoplanet ini ketika melakukan penggalian data dari Transisting Exoplanet Survey Satellite (TESS) NASA. Namun, pembacaan Near-Infrared Spectrograph (NIRSpec) dari teleskop James Webb yang kemudian mengonfimasi keberadaannya.

"Tidak diragukan lagi planet itu ada. Data asli Webb memvalidasinya," tutur Jacob Lustig-Yaeger sebagai pimpinan tim astronom tersebut.

Saat ini, tim astronom tengah menganalisis spektrum transmisinya untuk mengetahui jenis atmosfer di planet tersebut, jika memang ada.

Kendati demikian, tangkapan data saat ini menunjukkan planet tersebut memiliki permukaan berbatu. Selain itu, suhu permukaan planet ini sekitar 300 celcius, ratusan derajat lebih hangat dari Bumi.

Apabila nantinya ditemukan tutupan awan di planet ini, ada kemungkinan iklim di planet tersebut akan lebih mirip Venus. Para peneliti juga memastikan LHS 475 b mampu mempertahankan orbit pasang surut dengan bintangnya hanya dua hari.

Sebagai informasi, di antara teleskop yang beroperasi saat ini, baik teresterial maupun orbit, hanya teleskop James Webb yang memiliki kemampuan secara akurat untuk memperhitungkan dan mengkarakterisasi atmosfer planet di luar Tata Surya yang seukuran Bumi.

4 dari 4 halaman

Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan. (Liputan6.com/Triyasni)

Video Terkini