Sukses

Ramai Soal Nikuba, BRIN Dorong Temuan Tersebut Bisa Teruji Secara Ilmiah

BRIN akhirnya angkat bicara soal ramai teknologi nikuba atau niku banyu untuk mendorong agar temuan tersebut diuji secara ilmiah.

Liputan6.com, Jakarta - BRIN akhirnya angkat bicara soal penemuan nikuba atau niku banyu oleh Aryanto Misel. Menurut Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Haznan Abimanyu, pada dasarnya BRIN mendukung agar temuan tersebut dapat diuji secara ilmiah.

Alasannya, secara ilmiah, air memang dapat diubah menjadi energi dengan menggunakan prinsip elektrolisis, di mana arus listrik searah DC dialirkan ke air (H20) dengan menambahkan zat kimia yang terdiri dari Sulfuric Acid (H2SO4).

Proses tersebut akan menyebabkan air melepaskan elektron pada sisi anoda (+) untuk memisahkan O2 atau Oksigen. Lalu, ion Hidrogen menerima elektron di sisi katoda (-). Adapun asam sulfat digunakan ion untuk menghantarkan arus listrik.

Lebih lanjut Haznan menuturkan, produk elektrolisisnya berupa hidrogen yang bisa digunakan di berbagai sektor, dari sektor pembangkit listrik, industri terutama industri petrokimia, perumahan, hingga alat transportasi/kendaraan.

"Terkait nikuba yang merupakan produk penelitian/inovasi masyarakat, BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide inovasi karena BRIN berkomitmen untuk mendorong inventor atau inovator untuk bisa membuktikan secara ilmiah agar bisa diterima oleh komunitas," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (14/7/2023).

Adapun untuk pengujiannya, ada tujuh tahapan yang perlu dilakukan. Mulai dari Idea Generation (Idea formulation), Idea Evaluation (Screening), Concept Testing (pengujian konsep), Product Development (pengembangan produk), Testing and Execution (pengujian dan eksekusi), Post Development (Commercialization, Market Introduction), pengembangan lanjut (komersialisasi dan penetrasi pasar), hingga Support and Maintenance (pendukung dan perawatan).

"Tahapan testing atau uji ini sangat penting untuk validasi dari konsep atau klaim temuan baru. Dengan hasil uji, investor dapat mengetahui performa hasil risetnya, bisa membuktikan secara ilmiah serta dapat melakukan improvement/perbaikan yang terus menerus," ujar pria peraih gelar doktor dari Korea University of Science and Technology tersebut.

Sementara bagi investor dan komunitas, apabila inovasi tersebut sudah teruji, mereka bisa menerimnya dengan lebih yakin dan terjamin. Untuk membantu upyaa tersebut, BRIN juga memiliki fasilitas uji motor propulsi di Laboratorium Teknologi Termodika Motor dan Propulsi (LT2MP).

Fasilitas itu dapat digunakan untuk menguji emisi, torsi, konsumsi bahan bakar, dan lainnya, serta berpengalaman melakukan pengecekan kondisi mesin sebelum dan setelah uji bahan bakar. Fasilitas ini pun bisa dimanfaatkan para inovator atau penemu untuk membuktikan temuannya secara ilmiah, sehingga bisa diterima.

 

2 dari 3 halaman

BRIN Apresiasi Kemuncul Inovasi dari Kalangan Masyarakat

Di sisi lain, Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah BRIN Dadan Nugraha mengatakan, pihaknya sangat menghargai, mengapresiasi dan bahkan mendorong munculnya inovasi-inovasi dari kalangan masyarakat luas, termasuk temuan Nikuba.

"Tentunya, agar temuan tersebut dapat diterapkan dan dimanfaatkan secara luas, maka perlu divalidasi sesuai kaidah ilmiah (saintifikasi), didaftarkan untuk mendapatkan perlindungan Kekayaan Intelektual (KI), serta disempurnakan dan dilakukan sertifikasi sesuai ketentuan yang berlaku,” ujarnya.

Dadan menuturkan, BRIN bisa memfasilitasi inovasi yang berasal dari masyarakat lewat skema FIAR atua Fasilitasi Inovasi Akar Rumput. Fasilita itu dimaksudkan agar inovasi yang berasal dari masyarakat dapat diuji dan dibuktikan secara ilmiah, terlindungi, serta memenuhi standar yang ditetapkan regulator.

"Saat ini kami sedang menelaah dan melakukan review atas kurang lebih 80 potensi inovasi akar rumput yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Selanjutnya akan dilakukan pendampingan dengan melibatkan periset dari bidang yang sesuai," tuturnya melanjutkan.

Beberapa contoh inovasi akar rumput yang telah teridentifikasi dan diusulkan adalah mesin teknologi tepat guna (TTG), teknologi pengolahan limbah, bahan bakar alternatif, aplikasi teknologi digital, pemanfaatan IoT dalam pertanian, hingga diversifikasi olahan pangan.

Program ini pun terbuka untuk masyarakat, baik individu maupun kelompok yang bukan berasal dari institusi pemerintah, industri, perguruang tinggi atau lembaga riset. Dadan juga menegaskan, FIAR bukan merupakan insentif pembiayaan langsung, melainkan pendampingan teknis.

Dengan kata lain, BRIN tidak membantu dalam bentuk dana atau peralatan, melainkan anggaran bersifat at-cost sesuai kebutuhan masing-masing kegiatan.

"Kami mendorong agar semakin banyak inovasi yang dihasilkan oleh akar rumput yang tersaintifikasi, terlindungi, memenuhi syarat regulasi, diterapkan/dikomersialisasikan, serta memberikan dampak ekonomi bagi inovatornya," tutur Dadan menutup pernyataannya.

 

3 dari 3 halaman

Viral Penemu Nikuba Aryanto Misel Kecewa pada BRIN: Saya Dibantai Habis, Enggak Butuh Mereka

Sebelumnya, Penemu Nikuba, Aryanto Misel, mengaku tidak butuh dukungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Hal ini dia katakan dalam sebuah video wawancara dengan televisi yang kemudian beredar viral di internet.

Sekadar informasi, Nikuba atau "Niku Banyu" adalah alat yang diciptakan oleh Aryanto Misel, yang diklaim memungkinkan untuk mengubah air menjadi bahan bakar guna menjalankan kendaraan bermotor tanpa bahan bakar fosil.

Dalam wawancaranya dengan Metro TV yang potongan videonya viral di media sosial, Aryanto mengatakan, "Saya nggak butuh mereka (BRIN) saya sudah dibantai habis, enggak mau."

Hal itu dikatakannya saat pewawancara menanyakan apa yang bisa dilakukan BRIN untuk membantu mengembangkan inovasi Nikuba ciptaannya.

Aryanto pun mengatakan, dirinya mengaku lebih memilih bekerja sama dengan perusahaan otomotif asing. Bahkan, dirinya bermaksud menawarkan teknologi Nikuba untuk dijual ke perusahaan otomotif asing sebesar Rp 15 miliar.

Sebelumnya, Aryanto mengaku berangkat ke Milan, Italia, untuk mempresentasikan teknologi Nikuba ke perusahaan otomotif asing.

"Saya diajak ke lab --laboratorium--, mereka sedang mengembangkan Nikuba juga, alatnya dibeli dari Rumania, tapi alat mereka tidak bisa untuk menghidupkan atau menjalankan motor," kata Aryanto saat bercerita.

(Dam)