Sukses

Gara-Gara Threads Instagram Meta, Jumlah Download Aplikasi Bernama Sama Melonjak

Banyaknya orang yang tak ingin ketinggalan tren Threads Instagram, rupanya juga membuat mereka yang kebingungan mengunduh aplikasi komunikasi alternatif Slack yang punya nama sama.

Liputan6.com, Jakarta Jejaring sosial buatan Instagram dan Meta, Threads, meraup kesuksesan dengan 100 juta pendaftaran dalam lima hari usai dirilis secara global.

Di sisi lain, aplikasi dengan nama serupa di Google Play Store, App Store, dan situs web, juga dilaporkan mengalami lonjakan unduhan, karena banyak orang yang bingung dengan nama media sosial pesaing Twitter itu.

Threads, yang merupakan aplikasi komunikasi alternatif Slack, dan rilis 2019, mengalami peningkatan traffic secara signifikan di situs web-nya selama beberapa hari setelah peluncuran Threads Meta.

Hal ini sebagian besar karena Threads alternatif Slack, memiliki nama domain Threads.com, sementara Threads Instagram berada di Threads.net.

Kepada Tech Crunch, dikutip Senin (17/7/2023), Data.ai mencatat antara 6 sampai 12 Juli, Threads bukan Meta mendapatkan lebih dari 880.000 download secara global di iOS, setelah cuma punya "sedikit unduhan" sebelumnya.

Bahkan di App Store, tercatat bahwa unduhan tertinggi berasal dari Jerman, Spanyol, dan Italia, membuatnya jadi aplikasi ke-10 yang paling banyak diunduh pekan tersebut di antara tiga negara.

Tentu saja, ini terkait dengan banyaknya orang yang tidak tahu dan bingung, karena Threads Instagram belum tersedia di Uni Eropa. Sementara di Google Play Store Android, Threads bukan Meta mendapatkan lebih dari 1 juta unduhan.

Bahkan, agar tidak salah dengan Threads Instagram, Threads non-Meta harus memajang pesan "Kami tidak terkait dengan Instagram" di situs web, Google Play, serta App Store.

Di akun Twitter-nya @Threads, mereka juga sampai memberikan tulisan di deskripsi profilnya

"Threads adalah pengganti Slack yang dirancang untuk pembuat. Juga, kami tidak memiliki afiliasi dengan Meta. Tapi Anda dipersilakan untuk tetap tinggal!" kata mereka.

2 dari 4 halaman

CEO Threads Non-Meta Pernah Kerja di Facebook

Uniknya, salah satu pendiri aplikasi komunikasi Threads, yang saat ini menjabat sebagai CEO, Rousseau Kazi, pernah bekerja di Facebook (sebelum menjadi Meta), sebagai product management selama enam tahun.

Kazi kepada Tech Crunch pun mengatakan, "Threads" atau "Utas", adalah kata yang kuat dan istilah asli internet.

"Mengingat hal ini, tidak mengherankan jika Meta memiliki label yang kuat untuk mewakili pandangan mereka dalam membangun alun-alun kota," kata Kazi.

"Zuck (Mark Zuckerberg), Adam Mosseri (sekarang CEO Instagram), dan tim secara mudah adalah beberapa mentor dan pemikir terbaik yang pernah saya ajak bekerja sama dan belajar darinya," imbuh Kazi.

Meski begitu, jumlah pengunjung dan unduhan yang melonjak ini belum tentu tercatat sebagai kesuksesan bisnis baru, mengingat banyak orang yang kecewa karena ini bukan yang mereka cari.

Namun, peningkatan tersebut dapat dianggap oleh startup tersebut, sebagai publisitas secara cuma-cuma.

3 dari 4 halaman

Waspada Aplikasi Threads Instagram Palsu

Di sisi lain, perusahaan keamanan siber Kaspersky mengingatkan pengguna untuk berhati-hati terhadap aktivitas scam atau scamming, yang memanfaatkan popularitas media sosial Threads.

Menurut Kaspersky, seperti yang sering terjadi pada tren populer, para penjahat siber tidak membuang waktu untuk memanfaatkan popularitasnya.

Pakar Kaspersky telah menemukan beberapa taktik penipuan yang digunakan oleh scammers untuk mengeksploitasi basis pengguna aplikasi.

Ini melibatkan penyamaran sebagai aplikasi Threads untuk mengelabui pengguna, kemungkinan mendapatkan akses tidak sah menuju akun, data pribadi, dan bahkan informasi keuangan mereka.

Menurut Kaspersky, penjahat siber membuat laman phishing yang meniru Threads versi web, yang belum ada. Pengguna tertipu dan memasukkan kredensial login, tanpa sengaja membocorkan informasi pribadinya.

Karena Threads ditautkan ke layanan Meta lainnya, pengguna juga dapat menghadapi risiko kehilangan akses ke berbagai akun media sosial, seperti Instagram dan Facebook.

Kaspersky menyebut, tidak hanya menimbulkan masalah privasi seperti pencurian identitas dan doxing, tetapi hal ini juga dikhawatirkan risiko finansial.

Informasi perbankan pribadi atau bahkan keuangan perusahaan, karena bisnis menggunakan akun ini untuk membuat kampanye iklan, berpotensi jatuh ke tangan yang salah.

 

4 dari 4 halaman

Korban Bisa Kehilangan Uang

Ditemukan juga layanan fiktif bernama Threads Coin, yang mengklaim menawarkan kemungkinan yang ditingkatkan, dalam menjembatani kesenjangan antara dunia fisik dan digital, khususnya di dalam Metaverse.

Pengguna tergoda untuk membeli koin ini menggunakan Ethereum. Padahal, satu-satunya hasil yang didapatkan adalah kerugian finansial.

Skema lain yang digunakan para penipu adalah untuk menghasilkan followers secara gratis untuk akun Threads.

Korban diminta memilih 10.000, 25.000, hingga 50.000 pengikut. Setelah opsi yang diinginkan dipilih, pengguna diminta untuk menjalani proses verifikasi manusia.

Proses verifikasi ini melibatkan pemilihan salah satu opsi yang tersedia, yang mungkin termasuk mengirim SMS dan berpotensi memenangkan hadiah khusus.

Namun, untuk mengklaim hadiah, pengguna diharuskan melakukan pembayaran. Sayangnya, pengguna akhirnya kehilangan uang dan tidak pernah menerima hadiah yang dijanjikan.

Selain itu, skema tersebut mendorong pengguna untuk berbagi informasi tersebut melalui SMS, yang tanpa disadari menjadi alat untuk menyebarkan penipuan.

(Dio/Isk)