Liputan6.com, Jakarta - Facebook mengumumkan pihaknya akan menghentikan kemampuan mengirim dan menerima SMS melalui aplikasi Facebook Messenger. Fitur ini pertama kali diperkenalkan pada 2016, namun Facebook memutuskan untuk menghapus kemampuan tersebut.
Mengutip Gizchina, Rabu (9/8/2023), kabar ini tersedia di laman Facebook Help Center untuk menginformasikan ke pengguna tentang perubahan tersebut.
Baca Juga
Mulai 28 September 2023, para pengguna yang memakai Messenger sebagai layanan aplikasi default SMS mereka tidak akan bisa mengirim atau menerima pesan teks.
Advertisement
Facebook pun menyarankan para pengguna Android untuk berganti ke aplikasi pesan alternatif seperti Google Messages atau aplikasi pesan default di perangkat pengguna.
Dalam unggahan blognya, Facebook menjelaskan implikasi dari perubahan ini.
"Jika kamu menggunakan (aplikasi) Messenger sebagai aplikasi SMS default untuk perangkat Android, tolong ingat bahwa kamu tidak akan lagi bisa memakai Messenger untuk mengirim dan menerima pesan SMS yang dikirim dengan jaringan seluler, saat sudah update aplikasi pada 28 September 2023," kata pihak Facebook.
Namun, Facebook meyakinkan pengguna bahwa mereka masih punya opsi untuk mengirim dan menerima SMS melalui jaringan seluler. Riwayat pesan pun akan dapat diakses melalui aplikasi SMS default di smartphone mereka.
Dalam kasus saat pengguna gagal memilih aplikasi default, pesan SMS secara otomatis akan diarahkan ke aplikasi pesan default, seperti aplikasi pesan Android.
Informasi tambahan tentang bagaimana cara kerja aplikasi pesan default SMS tersedia di Google Help Center.
Cara Berpindah Aplikasi SMS
Berikut cara kamu bisa berpindah aplikasi SMS default di Android:
1. Buka aplikasi Setting.
2. Ketuk App & Notifications.
3. Ketuk pada See all apps.
4. Gulir ke bawah dan temukan Messenger.
5. Ketuk Advanced.
6. Ketuk pada Default SMS app.
7. Pilih aplikasi yang ingin dipakai sebagai aplikasi SMS default.
Singkatnya, pilihan Facebook untuk menghentikan perpesanan SMS di Messenger mengharuskan pengguna berpindah ke aplikasi berbeda. Misalnya Google Messages atau aplikasi pesan default di ponsel Android.
Perubahan ini akan berdampak setelah pengguna update aplikasi Messenger pada 28 September 2023.
Â
Advertisement
Meta Terancam Denda Rp 1,4 M Per Hari di Norwegia
Di samping itu, perusahaan induk Facebook, Meta, bakal dikenakan denda 1 juta crown atau USD 98,500 (setara Rp 1,4 miliar) per hari karena masalah pelanggaran data beberapa waktu lalu.
Informasi ini diungkapkan oleh otoritas perlindungan data Norwegia. Denda yang bakal diterapkan kepada Meta ini diyakini memiliki implikasi lebih luas bagi bisnis Meta di Eropa.
Mengutip Reuters, Rabu (9/8/2023), regulator data Irlandia, Datatilsynet, mengungkap pada 17 Juli lalu bahwa perusahaan akan dikenakan denda jika tidak menangani masalah pelanggaran privasi yang ditemukan oleh regulator.
Sebagai respon, Meta Platforms meminta ke pengadilan di Norwegia untuk menghentikan sanksi denda yang dikenakan regulator.
Kepada pengadilan, Meta meminta pemutusan sementara terhadap perintah tersebut. Petisinya akan diajukan pada 22 Agustus, selama dua hari sidang.
Datatilsynet mengatakan, Meta Facebook berupaya untuk menghentikan pengenaan denda tersebut.
Alasan Meta Dikenakan Denda oleh Norwegia
Datatilsynet menyebut, Meta tidak bisa memanen data pengguna di Norwegia. Dalam hal ini, data pribadi yang dimaksud berbentuk lokasi fisik pengguna. Di mana, data ini dipakai untuk menargetkan iklan ke si pengguna.
Regulator menyebut praktik ini sebagai behavioural advertising, sebuah model bisnis yang umum dipakai oleh perusahaan teknologi besar.
Meta pun memiliki waktu hingga 4 Agustus untuk membuktikan ke regulator bahwa mereka telah menangani masalah ini.
"Mulai Senin depan, denda harian sebesar 1 juta crown (setara Rp 1,4 miliar) akan mulai berlaku," kata Kepala Bagian Internasional Datatilsynet Tobias Judin, kepada Reuters.
Denda sendiri rencananya akan diberlakukan hingga 3 November 2023. Bahkan, regulator bisa membuat denda ini bersifat permanen dengan merujuk ke Badan Perlindungan Data Eropa.
Advertisement