Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi dilaporkan telah bertemu dengan Elon Musk dalam kunjungannya ke Amerika Serikat.
Dalam pertemuan tersebut, ia menjajaki kerja sama dengan Starlink, dengan harapan jaringan satelit internet itu bisa menyediakan akses internet di Puskesmas wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Baca Juga
Terkait penjajakan tersebut, Menteri Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Budi Arie Setiadi menuturkan, Menkes Budi Gunadi memang sudah menginformasikan padanya mengenai puskesmas yang tidak memiliki internet.
Advertisement
Ia menuturkan, ada sekitar 1.200 puskesmas yang tidak memiliki akses internet, dan secara spesifik ada 400 puskesmas ada internet tapi lebih lambat. Karenanya, kerja sama yang dilakukan Kemenkes itu merupakan B2B (Business to Business), karena Starlink hadir melalui Telkom.
"Biar itu B2B antara Kemenkes dan operator seluler, sebagai sarana konektivitas untuk dan solusinya itu salah satunya pakai Starlink," tutur Menkominfo.
Sebelumnya, Menkes menuturkan, penjajakan kerja sama dengan Starlink merupakan upaya Kemenkes untuk memastikan layanan kesehatan yang setara dan merata.
“Sebagai garda terdepan untuk menciptakan masyarakat yang sehat, infrastruktur Puskesmas dipastikan harus memadai,” ujarnya.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI, saat ini ada lebih dari 10 ribu puskesmas di Indonesia. Namun, belum semuanya memiliki akses internet.
Masih ada sekitar 2.200 puskesmas dengan 11.100 puskesmas pembantu tidak terhubung dengan internet.
Hal ini menyulitkan mereka untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat, terutama di masa pandemi Covid-19.
Lewat jaringan internet milik Starlink, Menkes berharap dapat memberikan akses lebih baik ke layanan kesehatan, komunikasi antar daerah lebih mudah.
"Tak hanya itu, peningkatan konektivitas internet ini dapat membantu tenaga kesehatan membuat laporan dari fasilitas pelayanan secara real time.
Manfaat Kerja Sama Starlink dengan Kemenkes
Kerja sama antara Indonesia dan Starlink diharapkan bisa membawa dampak positif bagi kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya di daerah 3T.
Dengan adanya akses internet lebih baik, puskesmas bisa memberikan layanan kesehatan secara online, melaporkan data secara real time, dan meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pelatihan jarak jauh lewat jaringan internet.
Lantas, apa itu Starlink? Seperti disebutkan sebelumnya, Starlink merupakan penyedia layanan internet berbasis satelit.
Mengutip informasi dari situs resminya, Senin (7/8/2023), layanan internet Starlink memanfaatkan satelit yang berada di orbit rendah Bumi. Perusahaan ini mengklaim mampu menawarkan layanan internet berkecepatan tinggi dengan low-latency di seluruh dunia.
Menurut perusahaan, hal itu dimungkinkan karena layanan Starlink didukung konstelasi ribuan satelit yang mengorbit dekat dengan Bumi, sekitar 550km. Jumlahnya pun tersebar di seluruh Bumi.
Oleh sebab itu, dengan posisi yang tidak terlalu jauh dari Bumi, latency yang dihasilkan satelit ini jauh lebih rendah, jika dibandingkan satelit geostationery biasa. Perusahaan mengklaim latency yang dihadirkan satelit Starlink hanya 25ms.
Berbekal latency tersebut, layanan internet yang ditawarkan pun bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Mulai dari mengakses layanan streaming, game online, video call, hingga layanan digital lainnya.
Advertisement
Mengenal Starlink Milik Elon Musk, Layanan Satelit Internet yang Diharapkan Bisa Bantu Jangkau Puskesmas di 3T
Dijelaskan pula, ide di balik kehadiran Starlink adalah untuk memberikan akses internet berkecepatan tinggi ke masyarakat di daerah paling terpencil sekali pun. Pengembangan jaringan satelit ini dimulai pada 2015, dengan purwarupa pertama diluncurkan ke orbit pada 2018.
Sejak saat itu, SpaceX telah meluncurkan hampir 2.000 satelit internet Starlink ke orbit. Kemudian pada 3 Februari 2022, perusahaan juga mengirimkan 49 satelit lainnnya.
Saat ini, layanan internet Starlink telah menjangkau kebutuhan konsumen perumahan, bisnis, termasuk mendukung kehadiran internet di pelayaran dan terbaru di penerbangan. Di Indonesia sendiri, layanan ini telah dimanfaatkan oleh Telkom Group.
Pada pertengahan 2022, Kementerian Kominfo sudah memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) pada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) sebagai pengguna korporat backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup satelit Starlink.
Adapun layanan yang diberikan bukan akses internet ke pelanggan secara langsung oleh Starlink, melainkan layanan backhaul untuk keperluan Telkom Group. Sebagai tindak lanjutnya, pada Maret 2023, Telkomsat dan APJII telah melakukan kerja sama.
Lewat penandatangan nota kesepahaman, keduanya ingin mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai 100 persen penetrasi internet di 2024. Terlebih, melalui kerja sama dengan Starlink, kapasitas bandwidth Telkomsat meningkat signifikan.
(Dam)