Liputan6.com, Jakarta Perusahaan teknologi iklim untuk mempermudah proses pengembangan offset karbon berkualitas, Fairatmos, berkolaborasi dengan Boston Consulting Group (BCG) merilis laporan berjudul 'Climate Technology: Southeast Asia's Role in Combating Climate Change'.
Laporan ini mengungkapkan peluang signifikan yang ditawarkan oleh solusi berbasis alam (Nature-Based Solutions/NbS) di wilayah Asia Tenggara, dengan proyeksi potensi pasokan offset karbon sekitar 30% secara global pada tahun 2030, meskipun luas wilayah Asia Tenggara mencakup kurang dari 1% dari total luas daratan dunia.
Baca Juga
CEO Fairatmos, Natalia Rialucky, menilai potensi Asia Tenggara sangat besar dalam menghadapi perubahan iklim melalui solusi atau teknologi berbasis alam.
Advertisement
"Sebagai perusahaan teknologi iklim pionir di Asia Tenggara, kami tergerak oleh visi bersama dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam solusi-solusi yang memberikan manfaat lingkungan dan sosial yang nyata,” ujar Natalia, dikutip Jumat (11/8/2023).
Sementara Managing Director dan Senior Partner dari BCG, Yulius, berpendapat mengatasi perubahan iklim adalah usaha yang signifikan, di mana keberhasilannya akan tidak mungkin dicapai tanpa kolaborasi.
"Agar kemajuan dapat dicapai dalam mempercepat penerapan solusi berbasis alam dan teknologi iklim, yang kita perlukan dengan mendesak sekarang adalah tindakan kolektif dari para penyedia teknologi, pemimpin industri, pihak keuangan, pemerintah, dan regulator," ucapnya.
Dengan masa depan lingkungan kita ada dalam bahaya, kata Yulius, setiap penundaan dalam melakukannya bisa berarti konsekuensi yang tidak dapat diubah bagi komunitas dan generasi mendatang.
Diluncurkan pada acara Indonesia Future of Climate Summit 2023 di the Dharmawangsa Hotel Jakarta, laporan ini mengungkapkan wawasan kritis tentang potensi yang belum dimanfaatkan dari Asia Tenggara dalam mengurangi dampak perubahan iklim melalui adopsi solusi berbasis alam (NbS).
Nature-based Solutions (NbS) adalah pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi serta dengan menggunakan prinsip-prinsip alam dan ekosistem.
NbS Berkontribusi dalam Mencapai Net-Zero
Solusi-solusi di atas mencakup beragam inisiatif, termasuk reboisasi, penanaman hutan, restorasi lahan basah, dan pertanian berkelanjutan yang semuanya berkontribusi pada penyimpanan karbon dan konservasi biodiversitas.
Laporan ini mencatat Asia Tenggara akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi global, dengan proyeksi pertumbuhan PDB riil sebesar 4,6% pada tahun 2028, melampaui proyeksi global sebesar 2,8%.
Meskipun terdapat tantangan terkait pengumpulan modal, komitmen terhadap investasi hijau di Asia Tenggara mulai terlihat ditunjukkan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan.
Potensi Pendekatan Berbasis pada Alam (NbS) juga semakin diterima sebagai salah satu jalan untuk mengatasi perubahan iklim dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan data pada laporan ini, Nature-based Solutions (NbS) dapat secara signifikan berkontribusi terhadap usaha dalam mencapai net-zero, dengan potensi mitigasi maksimal sebesar 21,7 Gt CO2e/tahun, atau mengurangi 60% emisi yang diproyeksikan pada tahun 2030.
Advertisement
Tantangan
Dengan biaya kurang dari US$10/ton CO2e, pasokan global yang diproyeksikan dari offset karbon NbS pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 700 hingga 1.000 Mt CO2e/tahun.
Asia Tenggara berpotensi menyediakan hingga 200 hingga 300 Mt CO2e/tahun dari kompensasi karbon NbS di tahun 2030, walaupun wilayah Asia Tenggara hanya mencakup 0,7% dari total luas dunia.
Meskipun Asia Tenggara berpotensi besar, laporan ini juga menyoroti berbagai tantangan di seluruh rantai nilai yang menghambat adopsi luas NbS.
Masalah terkait transparansi proyek, visibilitas permintaan, dan jaminan kualitas diidentifikasi sebagai hambatan yang harus diatasi secara kolaboratif untuk membuka potensi penuh wilayah ini dalam menghadapi perubahan iklim.