Sukses

Tak Seperti Twitter, Pengguna X Tak Bisa Blokir Akun untuk Cegah Pelecehan

Elon Musk mengatakan layanan X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter telah menghilangkan opsi untuk memblokir pengguna lain, kecuali untuk DM.

Liputan6.com, Jakarta Elon Musk, pemilik platform dan Chief Technical Officer X, mengatakan layanan yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter telah menghilangkan opsi untuk memblokir pengguna lain, kecuali untuk DM.

Musk, yang sebelumnya mengisyaratkan keinginannya untuk menghapus fitur tersebut, menyarankan 'tidak masuk akal' untuk memblokir pengguna lain alih-alih membisukan mereka. Opsi bisu (mute) akan tetap tersedia.

Banyak orang menggunakan fitur blokir untuk melindungi diri dari pelecehan. Ini sudah lama menjadi fitur keamanan utama dari platform. 

Menghapus fitur ini sama saja membuka pintu bagi pengguna yang mungkin melihat lebih banyak konten kebencian yang tidak ingin mereka tangani di feed dan notifikasi mereka.

Selain itu, seperti dikutip dari Engadget, Minggu (20/8/2023), beberapa pengguna memblokir pengiklan dan merek yang tidak ingin mereka lihat.

Sebelumnya, pada musim semi (sekitar Juni 2023), X mematikan API gratis platform, yang 'merusak' banyak aplikasi pihak ketiga.

Satu tahun sebelumnya, Twitter (seperti yang dikenal pada saat itu) mulai merekomendasikan aplikasi pihak ketiga untuk digunakan pengguna dengan tujuan mengurangi pelecehan di platform.

Salah satu alat tersebut, Block Party, juga telah hilang di Twitter setelah perubahan API. Block Party adalah alat anti-pelecehan yang bertujuan untuk menjaga keamanan pengguna dari pelecehan yang ditargetkan di Twitter. 

2 dari 6 halaman

X alias Twitter Bakal Kehadiran Fitur Video Call

X, yang sebelumnya lebih dikenal dengan nama Twitter, bakal kehadiran fitur baru berupa panggilan video atau video call.

Sang CEO Linda Yaccarino, baru-baru ini mengungkapkannya dalam sebuah wawancara. Kedatangan fitur video call ini juga menjadi bagian dari transformasi X menjadi "aplikasi segalanya."

"Anda akan segera dapat melakukan panggilan obrolan video tanpa harus memberikan nomor telepon Anda kepada siapa pun di platform ini,” kata Yaccarino kepada Sara Eisen dari CNBC.

Dikutip dari Tech Crunch, Sabtu (12/8/2023), fitur video call X ini pun akan dimasukkan setelah beberapa fitur lain yang direncanakan oleh X, salah satunya adalah video berdurasi panjang dan langganan untuk kreator.

Elon Musk juga baru-baru ini memamerkan fitur baru X, yaitu melakukan siaran langsung atau live streaming.

Dalam uji coba live streaming melalui akunnya @elonmusk, pemilik X itu menunjukkan dirinya mengangkat barbel seberat 45 pon (sekitar 20 kilogram) di ruang rapat kantor Twitter.

"Kelihatannya fitur video kami bekerja dengan lebih baik," kata Elon Musk menutup uji coba siaran langsung itu, seperti dikutip dari akun X-nya.

Tak cuma untuk komunikasi, Twitter X diketahui baru saja mengambil alih handle @music dari salah seorang warganet Twitter, yang sudah lama memakainya. Ini mengindikasikan mereka juga mungkin akan terjun ke industri musik.

Dalam wawancaranya dengan CNBC, Yaccarino pun mendukung ide Elon Musk soal konsep "aplikasi segalanya." Dia mengaku bergabung dengan perusahaan, dengan pemahaman bahwa transformasi adalah tujuannya.

"Ketika Elon mengumumkan saya bergabung dengan perusahaan… dia sangat spesifik dan sangat jelas bahwa saya bergabung dengannya untuk membantunya mentransisikan Twitter ke X, aplikasi segalanya," kata Yaccarino.

CEO Twitter itu juga kembali menegaskan, dia akan bekerja menjalankan perusahaan termasuk kemitraan, hukum, penjualan, dan keuangan, sementara Elon Musk akan fokus pada desain produk.

3 dari 6 halaman

Elon Musk Ingin Ubah X Jadi Aplikasi Segalanya

Adapun, Elon Musk pernah mengungkapkan dirinya terinspirasi untuk membuat X menjadi "aplikasi segalanya", dari aplikasi WeChat di Tiongkok.

Di Negeri Tirai Bambu, WeChat adalah satu-satunya platform untuk berkomunikasi secara langsung, setidaknya dengan cara yang biasa dilakukan melalui WhatsApp atau aplikasi serupa.

Namun, WeChat bukan cuma sekadar aplikasi perpesanan atau media sosial. Melalui platform ini, pengguna dapat menerima dan mengirim uang, serta membayar tagihan, baik untuk utilitas maupun belanja.

Pengguna juga bisa menggunakannya untuk melakukan pembayaran di kafe dan restoran, serta membeli tiket transportasi umum: bus, kereta api, kereta bawah tanah, atau bahkan pesawat terbang.

Dilansir Gizchina, Rabu (2/8/2023), pengguna WeChat bahkan dapat berlangganan ke layanan lain melalui platform secara langsung.

4 dari 6 halaman

Elon Musk Terinspirasi WeChat di Tiongkok

Elon Musk telah lama mengungkapkan ketertarikannya pada fenomena WeChat dan telah mencari cara untuk mendorong sesuatu yang serupa di negara Barat.

"Tidak ada yang setara dengan WeChat di luar Tiongkok," ujarnya pada Juni tahun lalu dalam pertemuan dengan karyawan.

"Pada dasarnya Anda hidup di WeChat di Tiongkok. Jika kita bisa membuat ulang yang seperti itu dengan Twitter, kita akan sukses besar," kata Elon Musk, dikutip dari The Verge.

Tencent di Barat belum mencoba memperluas platform WeChat ke tingkat yang memiliki fungsi serupa di China. Alasan sederhananya adalah khusus untuk pasar China dan disesuaikan dengan aksara China.

Memperluas ke Barat akan menantang dalam banyak hal. Ada tantangan keuangan karena sejumlah besar uang yang harus diinvestasikan tanpa jaminan pembayaran.

5 dari 6 halaman

Ingin Bikin Twitter Seperti WeChat

Tencent mungkin juga akan menghadapi sanksi, seperti yang terjadi pada banyak perusahaan China lainnya di AS dan Uni Eropa.

Setelah penelitian panjang, Elon Musk rupanya ingin menerapkan potensi seperti itu di Twitter. Media sosial microblogging tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk visinya tentang 'The Everything App'.

Dengan basis pengguna sekitar setengah miliar, Twitter kemungkinan besar bisa memulai transformasi yang telah direncanakan Musk. Apakah itu akan berhasil tergantung pada banyak faktor.

Terlepas dari masalah yang dihadapi Twitter, perlu dicatat hambatan pertama untuk membuat klon WeChat di Barat adalah pekerjaan yang berat. Terutama karena perbedaan budaya yang memengaruhi kebiasaan pengguna.

6 dari 6 halaman

Infografis: Deretan Konten Medsos yang Merenggut Nyawa (Liputan6.com / Triyasni)

Video Terkini