Sukses

SpaceX dan Blue Origin Jadi Target Mata-Mata China dan Rusia: Ingin Curi Teknologi dan Data Sensitif

Badan-badan intelijen prihatin dengan meningkatnya minat agen mata-mata China dan Rusia pada perusahaan ruang angkasa komersial AS, seperti SpaceX dan Blue Origin.

Liputan6.com, Jakarta - Mata-mata China dan Rusia disebut-sebut ingin mencuri teknologi dan data sensitif dari perusahaan luar angkasa Amerika Seriakt (AS), termasuk SpaceX dan Blue Origin.

Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional, FBI, serta Angkatan Udara memperingatkan bahwa entitas intelijen asing mengakui pentingnya industri luar angkasa komersial bagi ekonomi AS dan keamanan nasional, termasuk meningkatnya ketergantungan infrastruktur penting pada aset ruang angkasa.

“Mereka melihat inovasi dan aset terkait luar angkasa AS sebagai potensi ancaman serta peluang berharga untuk memperoleh teknologi dan keahlian vital,” demikian menurut ketiga lembaga di atas, seperti dilaporkan New York Times.

Badan-badan intelijen prihatin dengan meningkatnya minat agen mata-mata China dan Rusia pada perusahaan ruang angkasa komersial AS.

Itulah sebabnya pemerintah federal menginginkan perusahaan seperti SpaceX dan Blue Origin untuk memperketat protokol keamanan mereka, terutama mengingat fakta bahwa AS telah bergantung pada perusahaan luar angkasa untuk infrastruktur teknologinya.

Badan-badan tersebut memperingatkan bahwa musuh AS menggunakan serangan dunia maya, investasi strategis (termasuk usaha patungan dan akuisisi), penargetan simpul rantai pasokan utama, dan teknik lain untuk mendapatkan akses ke industri luar angkasa AS.

Mengutip New York Post, Senin (21/8/2023), hubungan AS dengan China dan Rusia diketahui semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Invasi Rusia ke Ukraina dan pembangunan militer China di Laut China Selatan serta ancaman terhadap Taiwan telah merusak hubungan dengan AS.

Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif awal bulan ini yang melarang investasi tertentu AS dalam teknologi China yang sensitif--sebuah langkah yang dirancang untuk menopang masalah keamanan nasional di tengah meningkatnya ketegangan antara negara adidaya.

2 dari 4 halaman

Elon Musk Lepas Semua Bitcoin SpaceX, Harga Bitcoin Amblas

Bicara soal Space X, perusahaan transportasi luar angkasa milik Elon Musk ini mencatat nilai kepemilikan bitcoinnya sebesar USD 373 juta selama dua tahun terakhir, dan kemudian menjualnya dalam jumlah yang dirahasiakan.

Menurut laporan terbaru, perusahaan Elon Musk lainnya, yakni Tesla, telah mengambil langkah serupa atas kepemilikan bitcoin.

Melansir Bitcoin.com, Sabtu (19/8/2023), kondisi ini memunculkan spekulasi bahwa Spacex telah melikuidasi seluruh kepemilikan bitcoinnya, membuat harga bitcoin jatuh.

Namun, banyak orang menggunakan media sosial untuk menunjukkan bahwa menuliskan investasi adalah praktik akuntansi standar untuk bisnis, dan tidak menyiratkan bahwa investasi telah dijual atau dilikuidasi.

Bitcoin (BTC) amblas secara tiba-tiba menjadi hampir USD 25.300, tidak lama setelah Wall Street Journal (WSJ) menerbitkan sebuah laporan yang memuat data keuangan SpaceX.

Laporan tersebut mengatakan bahwa SpaceX mencatatkan nilai bitcoin yang dimilikinya dengan total USD 373 juta tahun lalu dan pada tahun 2021 dan telah melakukan aksi jual.

Meskipun pada Juli 2021 Elon Musk mengungkapkan bahwa Spacex memiliki sejumlah aset bitcoin, detail kepemilikan BTC perusahaan sebagian besar masih dirahasiakan.

Sebaliknya, ada transparansi yang lebih besar mengenai posisi bitcoin Tesla. Menurut Wall Street Journal, kedua perusahaan telah melirik pendekatan serupa terhadap kepemilikan bitcoin mereka.

Selama kuartal pertama 2021, Tesla membeli bitcoin senilai USD 1,5 miliar. Perusahaan kemudian memangkas simpanan BTC-nya dua kali. Pertama diketahui pada kuartal I 2021, dan lainnya dilakukan pada Juli tahun lalu, tahun yang sama Spacex dilaporkan mencatat kepemilikan bitcoinnya.

3 dari 4 halaman

Jual 75 Persen

Pada kuartal I 2021, Tesla menjual USD 272 juta dalam bentuk BTC. Musk mengklarifikasi bahwa penjualan itu untuk membuktikan likuiditas bitcoin sebagai alternatif untuk menyimpan uang tunai di neraca.

Pada Juli tahun lalu, perusahaan menjual sekitar 75 persen dari bitcoin-nya, yang menambahkan uang tunai sebesar USD 936 juta ke neraca perusahaan.

Musk menjelaskan bahwa perusahaan perlu memaksimalkan posisi kasnya karena "ketidakpastian penguncian Covid-19 di China.

Terlepas dari dua penjualan BTC, Tesla masih memiliki bitcoin senilai USD 184 juta, seperti yang diungkapkan dalam keuangan kuartal II perusahaan.

 

4 dari 4 halaman

Infografis: Asgardia, Negara di Luar Angkasa