Sukses

Adobe Rilis Firefly, AI Generatif yang Terhubung dengan Berbagai Aplikasi Adobe

Adobe Rilis secara komersial AI Generatif Firefly ke Adobe Creative Cloud, Adobe Express, dan Adobe Experience Cloud.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah berkembangnya aplikasi yang diciptakan dengan kecerdasan buatan (AI), mereka menawarkan beragam opsi dan fitur dalam membuat konten.

Terdapat ChatGPT yang bisa membuat konten teks, hingga Adobe Firefly yang dapat membuat gambar AI generatif.

Adobe telah merilis secara komersial model AI generatif Firefly ke Adobe Creative Cloud, Adobe Express, dan Adobe Experience Cloud. Ditenagai kecerdasan buatan, Firefly memudahkan kamu dalam mewarnai ulang vektor di Illustrator, efek teks-ke-gambar di Express, dan fitur Generative Fill di Photoshop.

Selain itu, Adobe juga meluncurkan aplikasi web Firefly yang memungkinkan pengguna menjelajahi kemampuan generatif tanpa harus berlangganan Adobe Creative Suite tertentu. Ini tersedia dalam paket berbayar Creative Cloud dan Express Premium.

Firefly untuk Enterprise juga telah dirilis. Adobe melatih Firefly dengan Adobe Stock dan konten domain publik, sehingga pemilik bisnis dapat menggunakannya secara komersial tanpa masalah hak cipta.

MengutipThe Verge, Selasa (26/9/2023), perusahaan juga sedang mengembangkan cara bagi pelanggan untuk menyesuaikan model Firefly dengan merek mereka sendiri.

Untuk memudahkan pengguna mengelola penghitungan dan biaya AI generatif, Adobe memperkenalkan sistem berbasis kredit yang dapat digunakan pengguna untuk mengakses workflow Firefly lebih cepat.

Pengguna Creative Cloud semua aplikasi akan menerima 1.000 kredit per bulan. Selebihnya, kamu dapat membeli langganan kredit Firefly Generative seharga USD 4,99 atau setara dengan Rp 77.000. 

Pengguna masih bisa membuat konten AI generatif Firefly jika melebihi batas kredit mereka, meskipun akan lebih lambat dari biasanya. 

Kamu akan diberikan kredit secara gratis, tetapi tak banyak dan akan mengharuskanmu untuk membeli kredit tambahan jika habis sebelum reset bulanan.

2 dari 5 halaman

Microsoft Beri Perlindungan Hukum untuk Pelanggan yang Gunakan AI Generatif

Microsoft mengumumkan akan memberi perlindungan hukum kepada para pelanggan apabila mereka dituntut atas pelanggaran hak cipta atas keluaran yang dihasilkan oleh AI (Artificial Intelligence).

Dilansir Reuters, Selasa (12/9/2023), Microsoft menyatakan akan bertanggung jawab atas potensi risiko hukum timbul dari tuntutan hukum oleh pihak ketiga selama pelanggan menggunakan pembatas dan filter konten dalam produknya. Seperti pengguna Copilot, Bing Chat, dan layanan AI lainnya.

Langkah yang diambil oleh Microsoft ini sebagai bentuk tanggapan dari kekhawatiran para pengguna atas banyaknya penggunaan teknologi AI generatif.

Mereka menyuarakan keprihatinannya atas kemampuan teknologi tersebut dalam menghasilkan konten tanpa merujuk pada pembuat aslinya.

Kebijakan mengenai perlindungan hukum ini disebut Komitmen Hak Cipta Copilot. Ini merupakan perluasan cakupan ganti rugi kekayaan intelektual Microsoft yang ada.

Microsoft meningkatkan pertumbuhannya pada GenAI. Dilaporkan dari Ars Technica, perusahaan perangkat lunak ini juga membangun investasi pada OpenAI melalui produknya, seperti GitHub Copilot dan Bing Chat.

Produk buatan Microsoft ini dapat menghasilkan kode, teks, dan gambar asli sesuai permintaan. Model AI ini mengambil data dari internet tanpa meminta izin tertulis pada pemegang hak cipta.

Maka dari itu, dengan menawarkan perlindungan hukum, Microsoft berupaya memberikan kepercayaan kepada pelanggan dalam menerapkan sistem AI tanpa khawatir masalah hak cipta.

Kebijakan baru ini juga meliputi kerugian dan biaya hukum, sehingga pelanggan mendapat  perlindungan tambahan.

3 dari 5 halaman

GitHub Copilot Sempat Digugat Atas Dugaan Pelanggaran Hak Cipta

Maraknya penggunaan teknologi AI generatif membuat industri teknologi menghadapi berbagai pertanyaan terkait pemberian kredit atau lisensi pada materi sumber berhak cipta yang digunakan untuk pelatihan model AI.

Berkaitan dengan permasalahan hak cipta tersebut, GitHub Copilot bersama dengan OpenAI sempat digugat oleh Firma Hukum Joseph Saveri.

Dilansir Ars Technica, Minggu (10/9/2023), Gugatan tersebut diajukan pada November 2022, dan pada tahun Januari 2023 kelompok hukum yang sama mengulangi formula tersebut.

Gugatan tersebut merupakan gugatan class action terhadap stability AI, Midjourney, dan DeviantArt atas generator gambar AI. Firma hukum tersebut menggambarkan ChatGPT dan LLaMA sebagai "penjiplak berkekuatan industri yang melanggar hak penulis buku."

Namun faktanya, Microsoft telah menarik ligitasi atas teknologi Copilot. Gugatan yang diajukan pertama kali pada November 2022 muncul karena adanya dugaan pelanggaran hak cipta GitHub Copilot yang timbul dari adanya pelatihan sistem AI pada repositori GitHub publik.

4 dari 5 halaman

Microsoft Merancang Copilot dalam Rangkaian Aplikasinya

Diberitakan oleh Computer World, Minggu (10/9/2023), Microsoft kini sedang membangun Copilot-nya ke dalam serangkaian penawaran software bisnis, kemanan, dan perkantoran.

Ratusan perusahaan besar turut berpartisipasi dalam peluncuran percontohan Copilot dalam rangkaian aplikasi Microsoft 365. Mencakup aplikasi produktivitas dan kolaborasi, seperti Word; Outlook; Excel; dan Teams.

Asisten Copilot AI dirancang untuk menghemat waktu pengguna dalam melakukan tugas-tugasnya. Contohnya seperti penulisan draft teks dalam dokumen dan email secara otomatis.

Kendati demikian, dengan kemudahan yang diciptakan ini, potensi munculnya informasi tidak akurat atau materi berhak cipta bisa saja masuk ke dalam konten pelanggan.

Microsoft mengatakan pihaknya sudah memiliki filter konten untuk mengurangi kemungkinan Copilot menghasilkan materi yang melanggar hak cipta.

Namun, masih banyak pengembangan yang harus dilakukan untuk memastikan pelanggan tidak lagi mengkhawatirkan penggunaan alat genAI ini.

5 dari 5 halaman

Infografis Sampah Antariksa dan Potensi Bahaya Masa Depan. (Liputan6.com/Trieyasni)