Liputan6.com, Jakarta - Google siap untuk merilis perangkat lunak kecerdasan buatan (AI) terbarunya. Gemini, perangkat lunak AI terbaru Google, akan menjadi pesaing baru ChatGPT OpenAI.
Dilansir TechGig, Kamis (20/9/2023), Gemini merupakan alat pintar yang menggunakan Large Language Models (LLM). Teknologi dari Google ini mampu menggerakkan chatbot, meringkas teks, atau membuat teks baru sesuai keinginan pengguna.
Baca Juga
Tidak hanya itu, Gemini juga dapat membantu pemrograman komputer menulis kode dan membuat gambar berdasarkan permintaan orang.
Advertisement
Google mengizinkan developer perangkat lunak untuk melakukan uji coba pada Gemini dan berencana menyediakannya bagi perusahaan melalui layanan Google Cloud Vertex AI mereka.
Perusahaan teknologi besar ini belum memberikan detailnya. Namun, baru-baru ini mereka menambahkan fitur AI ke alat penelusuran bagi pengguna di India dan Jepang.
Tidak hanya itu, Google juga menyediakan alat AI untuk bisnis dengan biaya sebesar USD 30 atau Rp 461.280 per pengguna setiap bulannya.
Dikutip dari Reuters, bagi Google, pertaruhan peluncuran Gemini sangatlah tinggi. Google telah mengintensifkan investasi pada AI generatif tahun ini untuk mengejar ketertinggalannya setelah peluncuran ChatGPT OpenAI yang didukung Microsoft sejak 2022.
Dilaporkan Search Engine Journal, model bahasa besar (LLM) yang sedang dikembangkan oleh divisi Google DeepMind (Brain Team + DeepMind) ini menggabungkan kekuatan sistem AlphaGo DeepMind.
AlphaGo DeepMind dikenal menguasai permainan Go nan kompleks, dengan kemampuan pemodelan bahasa yang luas.
Â
Â
Teknik AlphaGo Beri Gemini Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah
Dilansir Search Engine Journal, pada konferensi pengembang Google I/O pada Mei 2023, CEO Sundar Pichai mengumumkan sistem kecerdasan buatan (AI) Google yang akan segera diluncurkan, Gemini.
Pichai juga telah mengisyaratkan kemampuan masa depan, seperti memori dan perencanaan, yang dapat memungkinkan tugas-tugas penalaran.
Dalam pembaruan biografi profesionalnya, Kepala Ilmuwan Google Jeffrey Dean mengatakan, Gemini adalah salah satu model multimodal generasi berikutnya yang ia pimpin.
Dia menyatakan pihaknya akan memanfaatkan Pathways, infrastruktur AI baru Google, untuk memungkinkan peningkatan pelatihan pada beragam kumpulan data. Hal ini mengisyaratkan bahwa Gemini berpotensi melebihi ukuran GPT-3 dengan lebih dari 175 miliar parameter.
Detail tambahan datang dari Demis Hassabis, CEO DeepMind.
Dia mengatakan bahwa teknik dari AlphaGo, seperti reinforcement learning dan tree search, dapat memberi Gemini kemampuan baru seperti penalaran dan pemecahan masalah.
Dia juga menyebutkan, Gemini dapat memanfaatkan memori, pengecekan fakta terhadap sumber-sumber, seperti Google Search, dan peningkatan reinforcement learning untuk meningkatkan akurasi dan mengurangi konten berbahaya.
Advertisement
Keunggulan Gemini Bakal Menggeser Posisi ChatGPT?
Dilansir Techopedia, kehadiran Gemini kemungkinan dapat menggeser ChatGPT OpenAI. Kemampuan Gemini dalam menghasilkan teks dan gambar memberikan keunggulan serius dibandingkan GPT 4 dalam hal jangkauan konten yang dihasilkan.
Tidak hanya itu, banyaknya data pelatihan milik Google menjadi ancaman serius bagi ChatGPT. Google Gemini mampu memproses data yang diambil dari berbagai layanan, termasuk Google Search, YouTube, Google Books, dan Google Scholar.
Penggunaan data ekslusif dalam pelatihan model Gemini dapat menghasilkan keunggulan tersendiri dalam kecanggihan wawasan dan kesimpulan yang dapat diambil dari data.
Hal ini menjadi pendukung laporan awal bahwa Gemini dilatih menggunakan token dua kali lebih banyak daripada GPT 4.
Selain itu, kemitraan antara tim Google dengan DeepMind dan Brain tahun ini tidak dapat dianggap remeh. Karena hal ini menempatkan OpenAI berhadapan langsung dengan tim peneliti AI kelas dunia.
Termasuk salah satu pendiri Google Sergey Brin dan Senior AI DeepMind ilmuwan dan pakar pembelajaran mesin Paul Barham.
Apa Itu DeepMind?
Dikutip dari Technopedia, DeepMind Technologies Ltd. merupakan perusahaan asal Inggris yang menangani masalah kecerdasan buatan (AI).Â
Perusahaan yang didirikan pada tahun 2010 ini, telah diakuisisi oleh Google sejak tahun 2014.
DeepMind memiliki dewan etika baru yang mempelajari bagaimana etika dapat diterapkan dalam AI. Hal ini bertujuan untuk mencegah dampak negatif dari kemampuan superinteligence yang kemungkinan dapat terlepas dari kontrol manusia.
DeepMind sangat bermanfaat bagi pengembangan AI.
Perusahaan-perusahaan sedang mempelajari bagaimana mereka dapat mereplikasi aspek-aspek tertentu dari pembelajaran mesin, pembelajaran mendalam, dan AI, untuk pengembangan kecerdasan bisnis, keamanan siber, hubungan pelanggan, dan banyak lagi.
Para ahli dan komunitas pendukung juga mencari cara untuk memajukan gagasan penerapan etika pada AI.
Advertisement