Sukses

Blockchain Gunakan Energi Terbarukan, Atasi Masalah Perubahan Iklim

Blockchain tinggalkan jejak karbon dan emisi gas rumah kaca. Penggunaan energi terbarukan menjadi solusi atas masalah ini.

Liputan6.com, Jakarta - Blockchain teknologi merupakan buku besar digital terdesentralisasi dan terdistribusi yang dikelola oleh jaringan komputer. Teknologi ini memiliki jejak karbon yang signifikan.

Ini disebabkan oleh proses verifikasi transaksi dan pembuatan blok baru di blockchain yang memakan banyak energi. Proses verifikasi ini dilakukan melalui proses penambangan.

Proses penambangan ini melibatkan penyelesaian algortima matematika yang kompleks untuk verifikasi transaksi dan membuat blok baru pada blockchain.

Konsumsi energi penambangan utama disebabkan oleh penggunaan peralatan komputasi berdaya tinggi, seperti ASIC (Application-Specific Integrated Circuit) dan GPU (Graphic Processing Unit).

Konsumsi energi berlebih dari teknologi blackchain ini menghasilkan emisi gas rumah kaca yang juga signifikan. Dengan demikian, dapat berakibat pada perubahan iklim.

Dikutip dari Nasdaq, Jumat (22/9/2023), pemanfaatan sumber energi berkelanjutan menjadi salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang diakibatkan oleh blockchain ini. 

Strategi alternatif melibatkan pemanfaatan peralatan penambangan yang lebih hemat energi atau penerapan algoritma konsensus alternatif, seperti Proof of Stake.

Ini membutuhkan energi yang jauh lebih sedikit dibandingkan algoritma Proof of Work konvensional yang digunakan oleh Bitcoin. Meningkatnya popularitas teknologi blockchain menimbulkan kekhawatiran yang signifikan mengenai konsumsi energinya.

Meski demikian, upaya untuk mengatasi masalah ini sedang dilakukan dan membangun kerangka keberlanjutan yang lebih tahan lama untuk teknologi blockchain (energi terbarukan).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jejak Karbon Teknologi Blockchain dan Dampaknya Bagi Perubahan Iklim

Dilansir Nasdaq, Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF) melaporkan, Bitcoin saat ini menggunakan sekitar 110 Terawatt Jam setiap tahunnya, atau setara dengan konsumsi energi tahunan di negara-negara kecil.

Dengan demikian, jejak karbon teknologi blockchain merupakan isu potensial bagi perubahan iklim internasional.

Banyak upaya dilakukan untuk membuat blockchain lebih ramah lingkungan dan mengurangi dampaknya terhadap pemanasan global. Pilihan tepat bagi operasional tambang adalah dengan menggunakan sumber energi terbarukan. Misalnya, menggunakan tenaga surya, angin, ataupun air.

Dengan menggunakan sumber energi terbarukan, jejak karbon dari teknologi blockchain dapat dikurangi secara signifikan. Tidak hanya itu, beberapa proyek blockchain telah dikembangkan agar lebih hemat energi atau telah beralih ke algoritma konsensus berbeda.

Dengan upaya-upaya ini, teknologi blockchain dapat berkontribusi terhadap masa depan yang berkelanjutan.

3 dari 4 halaman

Emisi Karbon Dapat Dikurangi di Ruang Blockchain

Mengurangi emisi karbon di ruang blackchain memerlukan pendekatan multifaset yang menangani berbagai aspek teknologi dan operasinya.

Salah satu strategi yang efektif adalah dengan mengintegrasi sumber energi terbarukan ke dalam operasi penambangan blockchain. Dengan menjalin kemitraan dengan penyedia energi terbarukan atau berinvestasi pada infrastruktur energi terbarukan di lokasi dapat memastikan pasokan energi yang lebih ramah lingkungan untuk operasi blockchain.

Meningkatkan efisiensi energi peralatan dan infrastruktur penambangan blockchain juga merupakan langkah penting menuju emisi karbon. Upaya penelitian dan pengembangan dapat fokus pada perancangan perangkat keras penambangan yang lebih hemat energi, seperti penambang ASIC atau GPU.

Pusat data dan fasilitas pertambangan juga dapat menerapkan sistem pendingin hemat energi, teknik manajemen server, dan optimalisasi perangkat keras untuk meminimalkan pemborosan energi.

Transisi dari algoritma konsensus Proof of Work (PoW) tradisional ke Proof of Stake (PoS) juga dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan di ruang blockchain.

 Algoritme PoW sangat boros energi karena mengharuskan penambang memecahkan teka-teki matematika yang rumit. 

4 dari 4 halaman

Desain Blockchain Hemat Energi Dapat Mengurangi Jejak Karbon

Justin Sun, pendiri TRON mengatakan, "desain blockchain yang hemat energi adalah cara lain untuk mengurangi jejak karbon dari teknologi blockchain. Mengoptimalkan desain dan arsitektur jaringan blockchain dapat meningkatkan efisiensi energi. Hal ini termasuk mengurangi kebutuhan komputasi, meminimalkan penyimpanan data, dan mengoptimalkan protokol jaringan."

Dia menambahkan, dengan menerapkan transaksi off-chain atau solusi penskalaan layer-two, dapat meringankan beban pada jaringan blockchain terkemuka, mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon.

Penelitian dan inovasi yang berkelanjutan sangat penting untuk menemukan solusi baru yang mengurangi jejak karbon dari teknologi blockchain. 

Hal ini termasuk mengeksplorasi algoritma konsensus alternatif, mengembangkan teknik penambangan yang lebih efisien, dan mengoptimalkan protokol blockchain untuk meminimalkan kebutuhan energi sambil menjaga keamanan dan desentralisasi.

Pemerintah dan badan pengatur dapat memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon di bidang blockchain. Dengan memperkenalkan kebijakan yang memberi insentif atau menegakkan energi terbarukan, mendorong efisiensi energi, atau memberikan manfaat pajak untuk operasi blockchain yang berkelanjutan, regulator dapat mendorong praktik sadar lingkungan dalam industri ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini