Liputan6.com, Jakarta - Dalam upayanya untuk mengatasi perubahan iklim global, Google telah memilih untuk memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) sebagai salah satu alat utamanya.
Namun, perusahaan ini juga harus menghadapi tantangan dalam hal penggunaan energi dan air yang besar--diperlukan untuk solusi AI mereka.
Baca Juga
Mengutip GreenBiz, Sabtu (30/9/2023), dalam laporan lingkungan terbarunya yang dirilis pada 24 Juli 2023, Google menyoroti upaya mereka dalam menciptakan portofolio alat aksi iklim yang kuat dengan bantuan AI.
Advertisement
Penggunaan AI mencakup prediksi banjir dan kebakaran hutan, perhitungan emisi terkait transportasi, dan pendeteksian perubahan dalam keanekaragaman hayati.
Dalam sebuah posting blog, Senior Vice President of Learning and Sustainability Ben Gomes, dan Chief Sustainability Officer Kate Brandt, menjelaskan bagaimana Google mengoptimalkan operasinya sendiri dengan AI untuk mengurangi penggunaan energi dan emisi karbon di pusat data mereka.
Namun, perusahaan juga mengakui perlunya tindakan untuk terus mengurangi dampak lingkungan dari model AI mereka.
Perusahaan mencatat beban kerja AI terus berkembang pesat, tetapi Google berkomitmen untuk mengembangkan cara-cara baru agar komputasi AI menjadi lebih efisien.
Selama beberapa tahun terakhir, Google berhasil mengurangi penggunaan energi di jaringan pusat datanya dan beralih ke sumber daya listrik terbarukan berkat AI. Mereka bahkan mengurangi energi yang dibutuhkan untuk melatih model AI hingga 100 kali lipat dan emisi hingga 1.000 kali lipat.
Namun, masalah lingkungan bukan hanya sebatas penggunaan energi. Konsumsi air juga meningkat dengan penambahan pusat data untuk mendukung teknologi AI.
Google berkomitmen untuk mengisi kembali 120 persen air tawar yang dikonsumsinya pada tahun 2030, tetapi hingga tahun 2022, baru 6 persen air telah diisi kembali.
Meskipun demikian, Google telah mengalokasikan sebagian besar kapasitas AI mereka untuk layanan yang berfokus pada pemecahan berbagai aspek krisis iklim. Ini mencakup langkah-langkah untuk membantu mengatasi perubahan iklim yang semakin mendesak.
Berikut ini komitmen Google dalam melawan perubahan Iklim:
Otomatisasi Pengurangan Dampak Lingkungan
1. Mengotomatiskan Pengurangan Konsumsi Energi dengan Termostat Nest
Google mengembangkan termostat Nest yang menggunakan pembelajaran mesin untuk menyesuaikan pengaturan berdasarkan berbagai data, termasuk prediksi cuaca dan jadwal okupansi. Melalui layanan Nest Renew, pemilik rumah dapat memprioritaskan penggunaan green energy.
Dalam laporan Google, termostat Nest telah membantu mengurangi konsumsi energi secara kumulatif sebanyak 113 miliar kilowatt-hours sejak 2011, setara dengan dua kali lipat konsumsi energi tahunan Portugal.
2. Menonaktifkan Peralatan TI yang Tidak Terpakai dengan Bantuan AI
Google Cloud menawarkan layanan Active Assist yang menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi peralatan TI yang tidak terpakai dalam infrastruktur perusahaan, yang sering disebut sebagai 'zombie.'
Layanan ini membantu pengguna untuk mematikan sumber daya yang tidak diperlukan, berpotensi mengurangi emisi karbon.
Active Assist adalah bagian dari Carbon Sense Suite, yang membantu perusahaan menghitung emisi bulanan terkait teknologi mereka.
3. Mengidentifikasi Risiko Keamanan Air dengan Teknologi Lingkungan
Google telah menciptakan berbagai sumber daya yang menyediakan informasi terkait iklim dan ekosistem. Salah satu alat yang mencolok adalah Freshwater Ecosystems Explorer, yang dikembangkan melalui kemitraan dengan United Nations Environment Programme dan European Commission Joint Research Center.
Alat ini memvisualisasikan pergerakan air dari daratan ke atmosfer dan dapat menjadi alat yang berguna bagi tim keberlanjutan yang berfokus pada pengelolaan air.
Advertisement
Perlindungan Bayangan Pohon bagi Pejalan Kaki
4. Mempetakan Ruang Teduh Pohon Kota
Google telah memperkenalkan modul Tree Canopy Insights sebagai bagian dari Environmental Insights Explorer.
Modul ini ditujukan untuk para perencana kota dan daerah dan menggunakan kombinasi pembelajaran mesin dan pemantauan udara untuk mengevaluasi tutupan pohon di lingkungan perkotaan.
Ini juga memungkinkan pembuatan skenario reforestasi yang dapat membantu mengurangi efek pulau panas perkotaan. Hingga Maret, lebih dari 350 kota di empat benua telah menjadi bagian dari modul ini.
5. Rute Ramah Lingkungan di Google MapsÂ
Google Maps menyediakan pilihan rute yang ramah lingkungan bagi pengemudi. Selain memberikan estimasi waktu perjalanan, fitur ini juga memberi tahu pengemudi opsi dengan konsumsi bahan bakar atau daya baterai yang paling efisien.
Data yang digunakan berasal dari sumber seperti Kalkulator Ekuivalensi Gas Rumah Kaca dari Environmental Protection Agency. Pengemudi dapat mengaktifkan fitur ini dengan memperbarui pengaturan ponsel mereka.
6. Prediksi Banjir dan Pemantauan Kebakaran HutanÂ
Google menggunakan AI untuk memprediksi banjir di berbagai wilayah, termasuk India dan Bangladesh.
Melalui platform Flood Hub, Google memberikan prakiraan hingga tujuh hari sebelumnya untuk daerah dengan risiko banjir tinggi di berbagai negara di seluruh dunia.
Terkait dengan pemantauan kebakaran hutan, Google menggunakan citra satelit dan analisis AI dari Google Earth Engine untuk mengidentifikasi titik api aktif dan memetakan batas-batas kebakaran hutan. Hal ini memberikan wawasan berharga bagi petugas pemadam kebakaran dan keselamatan warga setempat.
Kesimpulan Upaya Google Menghadapi Perubahan Iklim
Dalam rangka menghadapi tantangan perubahan iklim, Google telah memanfaatkan teknologi AI dengan berbagai solusi yang telah dijelaskan di atas.
Contoh-contoh ini mencerminkan komitmen Google dalam memberikan solusi yang inovatif dan berdampak positif terhadap lingkungan.
Pembaruan lingkungan Google yang terbaru dan berisi metrik terkait kemajuan pada tahun 2022 menunjukkan dedikasi perusahaan ini terhadap keberlanjutan.
Google juga menggunakan AI untuk mengelola operasi komputasi awannya dengan lebih efisien, termasuk penggunaan energi yang lebih hemat karbon.
Upaya ini telah membantu perusahaan mengurangi intensitas karbon pendapatannya sebesar 76 persen sejak tahun 2011, yang merupakan pencapaian yang signifikan dalam mengurangi dampak lingkungan.
Salah satu langkah konkret yang diambil Google adalah mempercayakan tugas pengelolaan pendinginan dan efisiensi energi pusat data kepada AI, yang telah memberikan saran-saran berharga untuk meningkatkan efisiensi operasional.
Pengurangan konsumsi air di lokasi tertentu adalah contoh nyata dari dampak positif yang dihasilkan dari pemanfaatan AI dalam operasi perusahaan.
Penting untuk dicatat bahwa Google juga melakukan perubahan pada metodologi penghitungan karbon Scope 3-nya, yang merupakan bagian signifikan dari total jejak karbon perusahaan. Hal ini menunjukkan komitmen Google dalam meningkatkan transparansi dan akurasi dalam mengukur dampak lingkungannya.
Dengan terus mengintegrasikan AI dalam operasinya dan dengan komitmen kuat terhadap keberlanjutan, Google terus menjadi pemimpin dalam upaya melawan perubahan iklim dan memberikan contoh bagaimana teknologi dapat digunakan untuk menjaga planet kita.
Advertisement