Liputan6.com, Singapura - Pemanfaatan artificial intelligence atau AI generatif saat ini juga sudah merambah ke dunia gaming. Salah satu perusahaan yang sudah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan ini adalah sebuah startup game berbasis Web3 bernama Ethlas.
Di sini, Ethlas memiliki sebuah game bernama Battle Showdown, permainan multiplayer shooter, yang memungkinkan komunitas atau developer, untuk membuat sendiri aset di dalam game, dengan bantuan AI generatif.
Baca Juga
Selain itu, aset yang dibuat oleh pemain dengan bantuan AI ini tak cuma dapat digunakan dalam permainan, tetapi juga bisa menjadi sebuah NFT dengan blockchain.
Advertisement
Elston Sam, Co-Founder dan CPO dari Ethlas dalam presentasinya, Selasa (17/10/2023) di Singapura mengungkapkan, saat membuat aset dalam game, akan membutuhkan banyak desainer.
Namun dengan bantuan AI, pengguna cukup mengambar input semampunya tanpa harus menjadi seorang desainer ahli, untuk kemudian dibantu oleh kecerdasan buatan menyelesaikan output-nya.
Dalam Google Cloud Gen AI SEA Media Summit 2023 beberapa waktu lalu, mengungkapkan bahwa untuk ini, mereka juga menggunakan teknologi AI generatif Stable Diffusion dan Google Cloud Platform Vertex AI.
Lebih lanjut, kepada Tekno Liputan6.com, Elston mengakui bahwa platform game yang punya konsep User-Generated Content (UGC) bukanlah sesuatu yang baru. Sebut saja Roblox atau Animal Crossing.
Namun, menurutnya, apabila dibandingkan dengan Roblox saja yang lebih ketat soal desain, Elston ingin Ethlas bisa lebih leluasa dalam pembuatan konten atau aset.
"Kami ingin membuatnya seperti sebuah tempat bermain yang terbuka, jadi semua orang bisa memutuskan bagaimana hasil buatan mereka terlihat," kata salah satu pendiri dari startup game tersebut.
Lebih Mudah Digunakan
Selain itu, seringkali platform-platform dengan UGC juga masih mengharuskan kreator atau pengembang untuk mengerti soal-soal teknis, mulai dari kecepatan atau keseimbangan aset, di mana ini lumayan kompleks.
"Kami ingin membuat ini ke pasar yang lebih luas di mana yang didesain hanya seperti apa kelihatannya, bagaimana wajahnya, mungkin ini sedikit mirip filter TikTok atau Instagram," kata Elston.
"Saya rasa kami fokus ke pasar yang sangat mudah dijangkau, ini lumayan berbeda ketika kita mencoba membuat level yang terlalu sulit, juga tidak terlalu ketat seperti Roblox."
Bicara soal tren NFT yang kabarnya sedang turun, Elston mengatakan bahwa nilai NFT memang unik.
"Jika melihat dari perspektif UGC, anggaplah kamu menggambar senjata lalu dijual di marketplace, kita harus bisa memverifikasi semua pendapatan hanya masuk ke akunmu, ini bisa diverifikasi di chain," kata Elston.
"Level transparansi semacam ini menurut kami adalah inti dari blockchain," imbuhnya.
Ia mengakui, ada tantangan seperti scam atau penyalahgunaan, di mana ini juga terjadi di semua teknologi baru. Untuk ini, Ethlas juga membentuk divisi yang bertugas menjaga keamanan siber.
Advertisement
AI Generatif Bisa Tingkatkan Produktivitas Perusahaan
Dalam kesempatan yang sama, juga diungkap bahwa AI generatif atau Generative AI, kini sudah sampai ke berbagai bidang lain mulai dari tugas-tugas seperti membantu virtual meeting, pembuatan konten, hingga keamanan siber.
"Kami percaya AI generatif punya kemampuan untuk mengurangi tugas-tugas rutin yang dilakukan orang-orang," kata Darryl McKinnon, Director, Asia Pacific, Google Workspace di kantor Google Singapura, Selasa (17/10/2023).
Menurut McKinnon, tugas-tugas rutin seperti membuat jadwal, mengatur data, menulis dokumen dari nol, bisa dikurangi hingga 60 sampai 70 persen dari waktu pekerja setiap harinya.
"Kami tidak ingin menggantikan manusia, yang kami lakukan sebenarnya adalah membantu manusia mengganti tugas-tugas rutin mereka, membuat mereka jadi lebih fokus pada pekerjaan yang kreatif atau lebih penting," ujarnya di Google Cloud Gen AI SEA Media Summit.
"Membuat jadwal itu menghabiskan banyak waktu kan? Membuat tujuan, buat catatan, tulis ulang catatan, berpikir mulai dari mana, menulis email terima kasih, semua menghabiskan waktu," pungkasnya.
Â
Fitur AI di Google Workspace
Google pun mengungkapkan layanan seperti Google Workspace pun juga telah memiliki alat-alat AI generatif yang ditujukan untuk membantu industri menjalankan bisnisnya dan meningkatkan produktivitas.
Alat seperti Duet AI pun dinilai dapat mengurangi masalah semacam ini. Dirilis melalui layanan Google Workspace for Enterprise pada Agustus lalu, teknologi ini diklaim sudah dipakai satu juta pengguna.
Duet AI di Google Workspace sendiri dapat membantu pengguna menulis di Gmail dan Docs, melakukan proofreading, melakukan merapikan Sheets, memvisualisasikan Slides, hingga dukungan untuk Google Meet.
Di Google Meet, pengguna Duet AI dapat meningkatkan kualitas suara dan tampilan, menggunakan terjemahan langsung, hingga membuat gambar latar, yang semuanya memakai bantuan kecerdasan buatan generatif.
Selain itu, Google juga menyediakan Vertex AI, di mana developer dapat membuat model mereka sendiri dan aplikasi yang ditenagai oleh kecerdasan buatan dengan data perusahaan.
(Dio/Isk)
Advertisement